[E] 0.9 : THE TRAUMA

49 17 0
                                    

Tap! Tap! Tap!

Seorang gadis berlari dengan tertatih, menghindari kejaran dari sosok yang ia takuti. Penampilannya berantakan, terdapat banyak robekan di baju dan celananya. Bahkan ia melupakan kardigan rajut pemberian ibunya yang hilang entah ke mana.

Dia terus berlari, menyusuri gang kecil nan gelap dengan jalanan yang becek dan kumuh. Lalu ia mendapati sebuah tong sampah yang besar, dan tentunya penuh dengan sampah.

Tanpa pikir panjang gadis itu langsung masuk ke tong dan bersembunyi di antara sampah-sampah itu. Dia tidak peduli dengan bau yang menyengat, yang penting sekarang adalah bersembunyi dari kejaran.

Walaupun berada di dalam tong sampah, tapi gadis itu masih bisa mendengar suara di luar. Dia mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat.

"Aku tahu kau ada di sekitar sini, gadis manis."

Derap langkah semakin mendekat, tapi gadis itu tetap bungkam agar persembunyiannya tidak ketahuan.

"Keluarlah! Aku berjanji tidak akan menyakitimu lagi!"

Penculikan, penganiyaan, hingga penculikan yang dia alami tidak serta merta membuat dia percaya dengan ucapan sang pelaku.

"Ayolah! Keluar kau, jalang nakal!" ucap sang pelaku yang mulai kesal, "kau pikir kau bisa lari dariku, hah?!"

Gadis itu tetap bungkam dan diam di tempat persembunyiannya. Dia tidak ingin menderita lagi dengan pria yang dia sebut si bajingan.

Hingga akhirnya dia mendengar suara lain, seorang pemuda yang bicara dengan si bajingan itu.

"Kau cari seorang gadis yang lewat sini?" tanya pemuda itu mendekat.

"Kenapa? Kau melihatnya?"

Pemuda itu mengangguk, kemudian menunjuk ke arah utara. "Aku lihat gadis berlari ke arah sana, tampilannya berantakan sih ... sepertinya aku tahu di mana dia bersembunyi."

"Yakin? Sekarang tunjukkan tempatnya! Awas saja kalau kau bohong."

"Aku tidak akan berbohong! Percayalah padaku!"

Jantung gadis itu berdegup kencang, ia takut jika si pemuda benar-benar tahu kalau dia bersembunyi di tong sampah. Namun, tak lama kemudian ia tidak mendengar suara apa pun.

Apakah mereka sudah pergi? Entahlah, dia tidak berani mengintip ke luar. Bahkan ia rela jika harus menunggu hingga pagi hari.

Akan tetapi, tiba-tiba tutup tong sampah terbuka dan ia mendengar suara seorang perempuan yang bicara padanya.

"Keluarlah, kau aman .... Pria brengsek itu sudah pergi dengan Yoongi," ucapnya sambil mengais-ngais sampah yang menutupi tubuh gadis itu.

︻デ══一 •• ︻デ══一

"Sudah minum obatmu?"

Seulgi hanya berdeham sambil memandangi pantulan diri di cermin.

"Jangan sampai kejadian tadi malam terulang lagi," ingat Taehyung sambil bersandar di pintu.

Secercah keraguan muncul dalam pikiran Seulgi. Apakah dia bisa melanjutkan misinya setelah mengetahui sebuah informasi kemarin?

Wanita itu berjalan gontai melewati Taehyung, kemudian pergi ke ruang tamu. Di sana sudah ada dua kakaknya dan ... seorang psikiater. Ah! Seulgi membenci hal ini.

Wanita itu menghela napas, lalu ia berbisik kepada Taehyung yang sekarang ada di sebelahnya.

"Aku tidak ingin konsultasi lagi, aku baik-baik saja."

"Baik-baik saja dari mana? Semalam kau melukai diri, dan kau bilang kau baik-baik saja?" balas Taehyung, "gila."

Wanita itu menghela dan menghadap Taehyung. "Iya!! Aku memang gila!! Puas?!"

Seulgi tersinggung dengan ucapan sahabatnya. Tentu, siapa yang tidak tersinggung jika memiliki penyakit mental tapi disebut gila? Seulgi tidak tahu mengapa akhir-akhir ini ucapan Taehyung kepadanya terasa begitu pedas.

"Aku memang gila! Seharusnya bawa saja aku ke rumah sakit jiwa!" ucapnya kesal.

Taehyung menghela. Ia tahu, seharusnya dia lebih berhati-hati memilih kata untuk diucapkan, tapi dia terlalu malas dengan sikap Seulgi yang selalu menghindar jika harus berkonsultasi dengan psikiater. Padahal itu untuk kebaikan dirinya sendiri.

"Tenanglah ... dan duduklah di ruang tamu. Doktermu sudah menunggu." Pria itu menepuk pelan bahu Seulgi, membujuknya agar mau berkonsultasi.

Seulgi tidak memiliki pilihan lain selain menuruti kemauan Yoongi dan Joohyun. Ya, mereka berdua yang memanggil psikiater datang ke sini untuk mengobati Seulgi. Padahal menurutnya, dia tidak butuh penanganan mental apa pun. Seulgi merasa dirinya baik-baik saja.

Setelah Seulgi duduk berhadapan dengan sang psikiater, mereka mulai melakukan sesi konsultasi mengenai trauma Seulgi yang kambuh tadi malam.

Joohyun menceritakan kejadian tadi malam, mengenai dirinya yang memberitahu Seulgi tentang target selanjutnya.

"Jadi tadi malam, saat aku berbincang dengan Seulgi mengenai seorang target yang akan dia temui yang merupakan mantan gangster, tiba-tiba Seulgi kaget dan mentalnya langsung ke-trigger. Traumanya muncul dan dia langsung menyakiti dirinya sendiri. Ini salahku karena tidak memperhalus kata-kataku tanpa menyebut 'gangster'."

Sang psikiater yang sudah tahu sebenarnya mereka adalah kelompok kriminal pun hanya mnegangguk paham. Dia juga sudah tahu tentang trauma Seulgi mengenai gangster.

"Trauma tidak akan mudah muncul jika dia rutin minum obat. Aku tahu, kau pasti tidak minum obatmu 'kan, Seulgi?" tanya sang psikiater yang bernama Mina.

Seulgi hanya diam dan menghela.

"Seharusnya kau minum obat secara rutin. Jangan hanya saat traumamu muncul. Obat itu mengurangi rasa kepanikan atau kecemasanmu sehingga kau tidak akan menyakiti dirimu sendiri."

Seulgi hanya mengangguk tanpa mengeluarkan suara, walaupun sebenarnya dia tidak ingin terlalu sering minum obat. Dia tidak suka obat.

"Dan aku sarankan untuk menemui target yang kalian maksud, sebaiknya jangan Seulgi," ucap Mina sembari menatap Joohyun dan Yoongi, "bisa 'kan?"

Joohyun mengangguk. Karena sejatinya eksekutor target bukan hanya Seulgi, namun mereka berempat bisa menjadi eksekutor. Wanita itu hanya ingin Seulgi berhasil menghabisi salah satu orang yang terlibat dalam pembunuhan keluarganya.

"Iya, bisa. Biarkan aku dan Taehyung yang mengurus masalah itu," sahut Yoongi sambil melirik pria di sampingnya.

Mina mengangguk. Atensinya beralih ke Seulgi yang sedari tadi bungkam. Ia tahu, Seulgi tidak suka berkonsultasi tapi dia harus. Mina ingin membantu wanita itu sembuh secara mental karena dia peduli dengan pasien sekaligus teman SMA-nya itu.

Sang psikiater cantik itu mengajak Seulgi untuk melakukan terapi kecil di kamar Seulgi, hanya berdua. Sementara sisanya menunggu di luar kamar, sembari menyusun ulang strategi untuk pertemuan dengan target selanjutnya.

«○●○»

To be continued ....

EAGLET - KSG [M] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang