254 25 0
                                    

.
.
.
.
.
*****

Aku dan Azumi itu dari lahir sudah bersama.

Meskipun kami sering bertengkar dan adu jotos, tapi Azumi tidak pernah marah. Itu yang kupikirkan.

Sejak kami pergi ke panti asuhan Azumi jadi jarang bicara, jarang tersenyum, dan lebih sering murung. Anak ini lebih sering menyendiri dan banyak melamun.

Mungkin dia tidak suka disini.

Kupikir Azumi tidak pernah marah sampai ...

"Kenapa wajahmu?" Kulihat alis Azumi terangkat dan menatap ku heran.

"Dipukul." Sahutku.

"Lalu kenapa kau kembali?" Entah kenapa Azumi ... Terlihat kesal.

"Hah? Apa mak—ugh!"

Azumi memukulku hingga membuatku terjatuh.

Azumi meraih wajahku dan membuatku menatapnya.

"Dengar bocah. Jika kau dipukul balas mereka! Kenapa kau malah pulang?"

Itu pertama kali Azumi terlihat marah padaku.

"Apa-apaan kau!" Kutepis tangannya dari wajahku. "Jangan sok tau."

----

BRAK!!!

Si sialan ini malah menyeret melempar ku keluar panti dengan marah dan membanting pintu.

Sebelum masuk dia sempat berteriak padaku,

"Jangan kembali sebelum kau memukul semua orang yang memukul mu!!"

BLAM!!!

Dan dia masuk begitu saja. Dasar sialan! Tukang atur, gila, asu.

Tapi, dari semua pukulan yang ku terima hari ini entah kenapa pukulan Azu yang paling sakit, padahal dia tidak memukulku sekuat yang lain. Dasar asu.

Kulihat bibi pengurus panti mengintip dari balik jendela, dia berusaha membela ku tapi sepertinya Azumi lebih galak jadi dia mundur.

****

Aku akhirnya kembali setelah memukul semua orang yang memukul ku tadi, walaupun aku jadi lebih babak belur dari tadi.

Saat masuk kulihat nenek lampir itu sudah tertidur pulas, baguslah. Jadi dia tidak akan menggangu ku.

Baru selangkah masuk kamar si nenek lampir itu malah bangun! Dia ini punya pendengaran ultrasonik apa bagaimana?!

"Pfft—"

Ck! Ck! Ck! Lihatlah dia, bukannya menanyakan keadaan ku dan khawatir dia malah menahan tawa.

"Jika kau tertawa sekali saja, kubunuh kau!" Wajahnya benar-benar menyebalkan. Kenapa aku bisa punya kembaran sepertinya?

"Ahahaha!!! Kau seperti gembel! Baju compang-camping, muka kotor, babak belur lagi! Haha"

"Diam sialan!!! Kau pikir siapa yang membuat ku jadi begini!"

"Hahaha!!!"

Hah ... Sepertinya tidak sia-sia aku bonyok hari ini, sudah lama Azumi tidak tertawa seperti ini.

Akhirnya dia mengobati luka ku setelah tersedak saat tertawa, mampus kau.

"Makanya jangan lemah, jadi cowok kok lemah."

"Apa katamu?!"

Aku mencengkram kerah baju Azumi dengan kuat, anak ini benar-benar jago membuat kesal.

"Setidaknya belajar berkelahi sana."

Azumi malah tidak peduli dan lanjut mengoleskan obat di wajahku. Mau marah tapi ... Ah, sudahlah.

****

Hari ini seseorang yang mengaku sebagai kakak ku datang mengunjungi ku, baru kali ini aku melihatnya.

Dia bilang namanya Sano Shinichiro.

Apa benar dia kakak ku? Kalau begitu berarti kami punya kakak kan!

Tapi aku tidak melihat Azumi seharian ini. Dia menghilang entah kemana, kakucho bahkan tidak tau.

Semakin sering Shinichiro mengunjungi ku semakin sering juga aku tidak melihat Azumi, bahkan tidak sama sekali.

Nenek lampir sialan itu membuat orang cemas saja. Kemana dia?

Setelah beberapa hari aku tidak melihatnya akhirnya aku menemukan Azumi sedang duduk sendirian di bangku taman.

"Akhirnya ketemu! Dari mana saja kau?" Aku memperhatikan Azumi yang hanya melamun menatap langit malam.

" ... "

"Hey, Jawab! Kau kesurupan?"

Kulihat Azumi hanya menatap kosong kearah ku selama beberapa detik, itu membuatku merasa tidak nyaman.

Setelah menatap ku dia kembali menatap langit. Aneh.

Aku duduk disampingnya dan ikut menatap langit.

"Azu, hari ini Shinichiro datang lagi dan mengajariku mengendarai motor. Itu menyenangkan! Kenapa kau selalu menghilang saat dia datang? Aku ingin mengajakmu padahal."

Azu hanya diam dan mendengarkan cerita ku, dia menyandarkan kepalanya pada bahuku saat aku bercerita.

Aku menceritakan semua yang kulakukan hari ini dan Azumi mendengarkan dalam diam.

"Lalu setelah itu kami—

"Iza ... "

Cerita ku terpotong saat Azumi memanggilku, tidak biasanya nada bicaranya seperti ini.

"Kenapa?" Tanya ku.

"Apapun yang terjadi jangan temui ibu, ya?" Kulihat Azumi menatap ku.

"Ada apa dengan ibu?"

"Jangan mencarinya bahkan jika dia yang menemui mu lebih dulu. Dan jangan pernah dengarkan perkataan ibu. Jangan pernah, janji padaku."

Ini pertama kali aku melihat Azumi seperti ini.

"Kau kenapa? Sakit?"

"Janji saja padaku."

Dia mengangkat tangannya dan memperlihatkan jari kelingkingnya.

"Baiklah ... Aku janji." Aku hanya menghela napas dan menautkan jari kelingking ku.

Dasar Azu, tidak pernah bisa ditebak.

"Eh? Kau nangis ya?" Kulihat matanya berair.

"Aku kelilipan." Dia menggosok matanya dengan tangan.

"Bilang aja kau sedih kan~ aku tau, tidak usah malu—BUAGH!

Aduh!"

Kepalaku langsung dipukul dengan Azumi saat aku mengatakan itu.

"Rambut mu masuk mataku sialan! Lagian ngapain rambutmu kau panjangkan?"

"Biar keren~" jawabku bangga.

"Dih! Keren enggak kek jamet iya."

"Sialan! Apa katamu?!"

"Jamet! Jamet! Jamet! Wlee!"

Akhirnya aku bertengkar lagi dengan Azumi malam itu sebelum pulang.

*****
.
.
.
.
.

Yahooo~ hai semua^^ vide balik bikin book lagi setelah kemarin sibuk belajar buat snbt.

Ini pertama kali vide nyoba bikin dari POV orang pertama, sepertinya aneh(⁠・⁠–⁠・⁠;⁠)⁠ゞ

Tapi vide tetap mau coba! Kek seru aja gitu nyoba hal baru buat nulis.

Makasih buat yang udah baca! Dan seperti biasa jangan terlalu berharap dengan cerita ini(⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

Vide masih harus banyak belajar buat nulis, vide hanya menjadikan cerita ini hanya sebagai bahan hiburan saja makanya jika ada yang vide kurang perhatikan tolong ingatkan dan koreksi <⁠(⁠ ̄⁠︶⁠ ̄⁠)⁠>

|•|From Past To Present|•| Kurokawa IzanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang