12. Rumah Semen

17 2 0
                                    

jangan lupa follow, vote, dan komen~

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

jangan lupa follow, vote, dan komen~

Enjoy~~

🥀☕️

°~°~°~°

"Kata orang, jatuh cinta berawal dari mata turun ke hati. Tapi nyatanya, perasaan itu muncul berawal dari kasihan lalu turun ke hati." –DUNIA KITA BERBEDA.

🥀☕️

"Waalaikumsalam. Nyari siap– abang?!"

Gadis muda yang keluar dari rumah berdinding semen itu terdiam dengan mata melotot ke arah mereka. Dia Nala, wajahnya sangat terkejut, pandangannya tertuju pada Hali.

"Abang kenapa?" Nala mendekat menatap luka-luka yang ada di wajah Hali. "Ayo masuk, Kak," Ia mempersilahkan Rhea untuk membantu Hali masuk ke dalam rumahnya.

"Bawah." Hali bersuara lirih kepada Rhea untuk merebahkan dirinya di tilam saja–tempat biasa ia tidur.

"Enggak!" Nala bersuara tegas. "Di kasur," tangannya membuka tirai yang menghalangi kasur, kemudian mempersilahkan Rhea untuk membantu Hali tiduran di sana.

Setelah merebahkan tubuh lelaki itu, barulah Rhea bisa melihat leluasa rumah semen ini. Kecil, seperti kos-kosan. Dalam satu ruangan terdapat kasur, tilam, tv, meja jahit, meja belajar, lemari, dapur, dan kamar mandi.

Lamunan Rhea tersadar saat mendengar ringisan Hali karena salah satu lukanya tidak sengaja di sentuh oleh Nala. "Apa ada obat-obatan?" Rhea bertanya.

"Obat pil, Kak?" Nala bertanya.

"Bukan, obat buat luka."

"Nggak ada, Kak. Kami nggak nyimpan obat kayak gitu."

Rhea terdiam sebentar, memutar otak dengan cepat. "Di dekat sini ada Apotik?" Ia bertanya lagi.

"Ada, Kak." Nala bangkit dari sana. "Nanti pas Kakak udah keluar dari gang, Kakak belok ke kanan. Nah, nggak jauh di sana ada Apotik sebelah kiri," ia mengangkat kedua tangannya sembari menjelaskan denah jalan.

Rhea mengangguk paham, "Yaudah, gue ke Apotik sebentar." Di ambang pintu Rhea memakai sendal siapa saja yang terlihat di hadapannya, lalu melangkah pergi. Dan ternyata sendal yang di pake Rhea adalah sendal milik Hali.

"Cakra lagi, Bang?" Nala bertanya, duduk tepat di pinggir kasur menatap wajah Abangnya yang sudah babak belur.

Hali mengangguk dengan mata terpejam, mencoba untuk mengusir rasa sakit di tubuhnya.

DUNIA KITA BERBEDAOù les histoires vivent. Découvrez maintenant