03. Kecelakaan itu

85 24 56
                                    

Inikah takdirku? Apakah pundak rapuh ini sanggup memikulnya?

Inikah takdirku? Apakah pundak rapuh ini sanggup memikulnya?

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.


.

.

Kecelakaan dua tahun silam masih membekas segar di ingatan Minhyung. Waktu itu dirinya dan Chenle akan pulang sekolah menaiki taksi karena saat itu supir pribadi mereka tengah sakit.

Taksi yang mereka tumpangi sudah melaju meninggalkan area sekolah. Minhyung dan Chenle terlibat percakapan yang random, saling membahas bagaimana kegiatan mereka selama belajar di kelas.

Taksi pun berhenti di perempatan lampu merah yang menandakan setiap pengendara harus berhenti untuk menunggu lampu berganti menjadi hijau.

Tak ada yang terjadi sebelum klakson mobil truk mengagetkan semua pengendara yang sedang berhenti. Sepersekian detik terjadilah tabrakan beruntun yang tak bisa dihindari akibat sopir truk tidak bisa menginjak rem karena tidak berfungsi.

Banyak mobil dan sepeda motor yang menjadi korban karena tak sempat melarikan diri. Termasuk taksi yang ditumpangi oleh kakak-beradik Lee itu.

Bagian belakang di sisi kiri taksi tergilas kuat hingga membuat taksi tersebut terlempar ke seberang jalan dan berhenti karena menabrak pembatas jalan.

Keadaan di dalam taksi hancur. Minhyung yang paling merasakan dampaknya karena ia duduk di kursi sebelah kiri, sedangkan Chenle di sisi kanan berjejeran dengan supir.

Dorongan keras itu membuat kursi penumpang yang diduduki oleh Minhyung terdorong ke depan dan berakibat pada tubuhnya terkhusus kedua kakinya terjepit di antara kolong kursi di depannya.

Di keadaan seperti itu Minhyung sempat-sempatnya melindungi Chenle dari benturan keras dengan memeluk tubuh sang adik walaupun gagal karena Chenle pingsan setelah membentur kursi supir di depannya.

Sang supir mengalami luka-luka tak terlalu parah karena airbag pengemudi menyelamatkannya. Chenle juga hanya pingsan dan mendapatkan luka-luka lebam di dahi serta dadanya. Paling parah adalah Minhyung.

Kepala belakangnya terbentur keras sehingga tengkoraknya sedikit mengalami keretakan. Pelipisnya sobek hingga darah merembes keluar dengan jumlah banyak. Lalu kedua tulang keringnya patah akibat terbentur besi kolong kursi yang berada di depannya.

Pertolongan medis sedikit terlambat mengingat banyak orang yang menjadi korban tabrakan beruntun tersebut sehingga Minhyung sempat hampir kehabisan darah saat tiba di rumah sakit dan terbaring koma selama 18 hari.

Setelah bangun dari tidur panjangnya, Minhyung tidak dapat melihat sekitar dengan jelas karena penglihatannya kabur. Lalu kedua kakinya yang tidak bisa ia rasakan dan gerakkan.

Dokter memberikan sebuah kacamata berlensa minus untuknya, dan Minhyung baru bisa melihat jika kedua kakinya masih ada tetapi saat ia mengusap atau mencubitnya, syarafnya tak bisa merasakan sentuhan tersebut. Kakinya telah mati rasa.

Minhyung frustasi saat dokter mengatakan kondisinya yang lumpuh akibat patah tulang akibat benturan keras yang menimpa punggung dan pinggulnya. Lalu benturan pada belakang tengkorak Minhyung menyebabkan syaraf mata terganggu hingga berakibat pada tingkat penglihatannya yang menurun.

Setelah mengetahui kondisinya yang tak sesempurna dahulu, membuat Minhyung sempat susah makan dan tidur. Ibunya bahkan berusaha keras untuk membujuk putra sulungnya agar mau membuka mulutnya untuk sekedar mengisi tenaga.

Sekitar satu bulan Minhyung tak karuan makan, menjadikan tubuhnya kurus dan hanya mengandalkan cairan infus sebagai sumber makanan dan vitamin yang masuk ke dalam tubuhnya.

Chenle juga ikut andil dalam membujuk sang kakak agar mau mengikuti terapi berjalan.

Mereka satu ruangan, Minhyung bisa memperhatikan kondisi sang adik yang masih mengalami sesak nafas pasca kecelakaan tersebut. Hantaman cukup keras di dadanya membuat sebagian tulang rusuknya menusuk ke paru-paru. Hal itu lah yang menjadi sebab Chenle mengalami sesak pada pernafasannya. Anak itu menjalani terapi pijat untuk menggeser tulang rusuknya ke tempat semula.

Jika sesak nafas Chenle kambuh, maka Minhyung segera memencet tombol yang ada di dekat brankarnya untuk memanggil dokter, begitupun sebaliknya.

Mereka berdua saling membantu hingga Chenle tak merasa sesak nafas lagi dan Minhyung dinyatakan dapat dilakukan rawat jalan di rumah dan menghadiri jadwal terapinya di rumah sakit setiap akhir pekan.

Berhubung Minhyung sudah memasuki kelas akhir untuk jenjang JHS, maka ayahnya mengajukan permohonan ke sekolah Minhyung untuk melakukan homeschooling pada putra sulungnya sampai lulus nanti.

Sang ayah mengerti kondisi mental sang sulung yang masih takut menampakkan diri di depan umum dengan keadaannya yang cacat.

Pihak sekolah menyetujui dan Minhyung bisa belajar di rumah didampingi oleh guru privat yang didatangkan langsung oleh ayahnya untuk mengajari Minhyung. Sedangkan Chenle kembali sekolah seperti biasa setelah dinyatakan sembuh total.

Apakah Minhyung merasa tidak adil dengan kondisinya sekarang? Jawabannya tidak. Selama adiknya baik-baik saja, ia tidak masalah walaupun ia harus mengubur dalam-dalam impiannya karena keadaan yang menimpanya.

Lalu saat Minhyung lulus dari  JHS dan melanjutkan pendidikannya ke jenjang SHS, orangtuanya menyarankannya agar sekolah di sekolah umum dan berhenti homeschooling.

Bukan tanpa alasan orangtuanya mengambil keputusan tersebut. Kata dokter, Minhyung harus banyak berinteraksi dengan banyak orang agar ketakutannya akan dunia luar perlahan sembuh. Ini akan membantu memulihkan jiwa sosialnya yang sempat memburuk akibat kecelakaan itu.

Karena Minhyung adalah anak yang patuh, maka ia menerima keputusan orangtuanya walaupun dengan berat hati.

Ternyata kekhawatirannya akan dirinya yang mendapatkan perundungan benar-benar terjadi. Alih-alih berinteraksi dengan orang banyak, ia malah dijauhi karena kondisinya. Sopir akan mengantar hanya sampai gerbang sekolah saja. Selebihnya Minhyung bersemedi di kelas dan akan keluar jika jam pulang tiba.

Pada saat jam istirahat ataupun jam kosong Minhyung disuruh mengerjakan tugas dari teman sekelasnya yang tak sempat mereka kerjakan di rumah. Jika Minhyung tak menuruti perintah mereka, mereka mengancam akan menjatuhkan kursi rodanya dari rooftop sekolah.

Mau tidak mau Minhyung menyleesaikan tugas mereka jika tidak ingin dicelakai.

Hal itu ia jalani selama setahun. Pergantian tahun ajaran dan Minhyung naik ke tingkat dua, perilaku buruk teman-teman sekelasnya tak lagi ia dapatkan berkat kehadiran sang adik, Lee Chenle.

Hal buruk tersebut diketahui oleh Chenle. Sebagai adik ia tidak bisa membiarkan kakaknya dimanfaatkan oleh orang-orang bodoh itu. Maka jika ada yang berani melakukan hal itu, Chenle siap memasang badan di depan kakaknya, memarahi orang itu hingga pergi. Kalau perlu ia hajar orang-orang yang telah membuat kakaknya menderita di sekolah ini sampai tak ada satupun orang yang terlewatkan oleh kepalan tinjunya. Tetapi Minhyung selalu menegur sang adik untuk tidak menggunakan kekerasan saat menegur.

Chenle menurut saja, tetapi ia tidak janji untuk tidak menghajar habis-habisan pada orang yang ketahuan akan berniat mencelakai kakak tersayangnya itu.



Bersambung..

I'm [not] Perfect | Lee Mark [ON GOING]Onde histórias criam vida. Descubra agora