Pt. 1

149 20 3
                                    

"Pagi, Noya." Aku menyapa lelaki dengan surai putih ini.

Ia berbalik lalu tersenyum hangat, "pagi juga, Sean." Dia pun melanjutkan kegiatannya.

Aku duduk disampingnya, memperhatikan sekilas darkness blood yang sedang melayang rendah di atas telapak tangannya. Jujur saja rasanya mengerikan melihat benda itu.

"Lu mau apain tuh darkness blood? Di mainin terus." Tanyaku.

Ya, mengapa dia memainkan benda sepenting itu? Dikira tidak menyeramkan apa ya.

Noya pun mengepalkan tangannya dan seketika itu juga darkness blood menghilang sebagai percikan merah kecil.
Ia menatap langit dengan badan sedikit ke belakang dan tangan sebagai penumpu. Noya menghela nafas berat.

"Dimana Moon? Tumben ga sama kau." Tanya dia membuka pembicaraan.

"Masih tidur. Kan udah biasa, emang kebo dia nya" jawabku santai. Noya pun terkekeh pelan, denganku yang tersenyum tipis.

Beberapa saat, kami duduk dalam lengang. Dirinya berbaring sembari menutup mata. Aku tetap duduk dan bersandar ke batu yang di belakang. Kami ada di dekat tower segel. Tapi tepat di bawah.

"Noya! Sean!" Teriak seseorang. Teriakan itu membangunkan Noya dan menyadarkan ku dari lamunan.

Orang itu mendekat dengan berlari. Memangnya dia tak punya ender pearl ya?

"Nah. Ini nih, bocah kebo akhirnya bangun. Mimpi apaan lu dah?" Cibirku langsung.

"Bacot ya." Mendengarnya membuatku dan Noya tertawa pelan. Dia melirik pria di sampingku, "eh Noy, lu kenapa ga pake armor?" Seketika aku langsung menoleh ke Noya.

Benar juga, mengapa dia tak memakai armor?

"Ah ... itu, gua males aja pake. Rasanya berat. Jadi di lepas aja" ia nyengir.

"Heh. Nanti kalo ada Ragnarok gimana bodoh?? Lu mau mati langsung hah??" Timpal Moon.

"Udah, tenang aja napa si. Armor nya gua taruh di ender chest. Jadinya pas lihat ada Ragnarok tinggal ambil aja." Dia kembali berbaring. Moon duduk di samping Noya juga.

Ah, Noya. Dia, pembohong yang buruk. Setidaknya untukku.
Setelah permainan senjata ke-7, keadaan Noya menjadi aneh. Ia jadi lebih suka sendiri, memainkan darkness blood saat tak ada orang lain, menjelajah area di luar border sendirian, dan lain lagi. Kenapa aku bisa tahu? Itu karena, aku lah yang selama ini di dekatnya. Aku selalu mengikuti Noya dari sejak setelah permainan senjata Pride. Aku lakukan itu untuk memastikan Noya baik-baik saja. Tak akan ada yang bisa mengganggunya. Namun semakin lama, Noya semakin berubah. Ini jauh berbeda dari dirinya beberapa bulan lalu. Awalnya aku tak terlalu yakin, tapi hari ini aku menjadi yakin.
Dan salah satu hal yang aku yakini ialah, tubuh Noya, mulai melemah. Maksudku, lihatlah! Ia bahkan tidak memakai armor. Yang padahal sudah dari dulu ia kenakan. Setiap kali dia menatapku, tatapannya semakin layu. Seolah ia sudah kelelahan. Noya bahkan sudah jarang mengoceh dan memarahi kami. Aku jadi cemas akan keadaannya.

Tapi kurasa, hanya aku yang merasakan perbedaan Noya. Karena ia itu pandai menyembunyikan keadaan tubuhnya sendiri. Dia tak langsung lemah atau semacamnya, tapi secara perlahan, bahkan saking pelan nya orang-orang takkan bisa sadar. Tapi tidak untukku. Dari pengkhianatan Jerry, aku jadi lebih teliti akan perubahan sikap orang lain. Aku takkan biarkan hal itu terulang.

"Mmm ... Sean, Moon." Noya bangun. Menoleh kan kepalanya dan menatap kami. Seperti sebelumnya, tatapan Noya sayu.

"Gua, gua bakal lakukan penyegelan untuk darkness blood."

Aku terkejut. Sungguh. Tak kusangka kalimat itu akan keluar dari mulutnya.

"Hah!? Penyegelan!? Buat apa?? Bukannya kita bisa manfaatkan itu buat mengalahkan Ragnarok!?" Seru ku sontak. Ya siapa juga yang ga kaget? Salah satu counter untuk mengalahkan musuh malah disegel.

Brutal Legends || Short StoryWhere stories live. Discover now