Chapter 38 : Sang Penguasa Ambisi

179 25 0
                                    

Bagian dalam Katedral Tidak Sepenuhnya Kotor dan berantakan. Masih ada Sisa-sisa Barang Yang menurut Freya masih Bagus dan baru. Berbeda dengan beberapa Tempat Angker yang pernah Freya datangi, Katedral Ini Memiliki Keunikannya sendiri. Suasana di bagian dalam Cukup terang Dengan penerangan Yang bersumber dari matahari di balik awan. Cukup hangat dengan udara saat ini.

Freya memasuki bagian dalam Katedral, Dimana Di suatu ruangan Utama, Adalah tempat Orang-orang memanjatkan Doa. Bagian Depan Biasanya Diisi Dengan Platform Yang terbuat dari kayu, Dan digunakan Sebagai tempat Khotbah. Tempat Yang biasanya di duduki Oleh Para pendatang terlihat Usang dan sedikit Dimakan rayap. Freya berjalan kedepan, Layaknya Orang yang Akan di baptis. Entah apa yang mendorong Freya Untuk terus maju ke depan dengan tatapan kosong.

Freya entah menyadarinya Atau tidak, Tapi Ruang dan waktu seketika bergerak dengan Kecepatan yang Luar Biasa. Layaknya adegan dalam sebuah Film Fantasy, Ruang dan waktu di dunia Nyata, Seakan tertarik kebelakang. Dan ketika Freya menyadarinya, Dirinya sudah berada di sebuah Institusi Mental.

***

Saat Freya sampai di meja depan, Dia meminta Kepada resepsionis dan mengatakan kalau Dia ingin mengunjungi seseorang yang disebut “Sang Penguasa Ambisi”

Respon yang keluar dari mulut si resepsionis Terdengar sangat ringan, dia Terlihat bereaksi dengan 'Oh' atau Terkadang 'Hm'. seolah permintaan Freya tidak berarti Untuknya. Freya juga mungkin merasakan keraguan atas ketidakjelasan responnya. Namun semua keraguan Freya Seketika terjawab saat Resepsionis Tersebut membimbing Freya menuju sebuah lorong dengan tangga yang disinari banyak jendela.

Di puncak tangga, si pegawai Tiba-tiba meninggalkan Freya dan menyuruhnya melanjutkan perjalanan sendiri. Perjalanan Freya itu belum selesai, karena si pegawai yang mengantarkan Freya sepertinya hanya mengantar setengah jalan saja. Selebihnya, Freya memasuki lorong lain yang senyap dan menakutkan.

Di perjalanan Freya yang sendirian, Freya Terkadang sering menjumpai bayangan yang berjalan di sepanjang dinding. Freya Tidak Berniat menyusul, jika tidak ingin dibawa ke tempat yang tak ingin Siapapun datangi. tempat yang menggambarkan ketakutan dan kegagalanmu yang paling dalam dan kau tidak bisa kembali.

Tidak peduli berbentuk apa bayangan itu, dan tidak peduli bagaimana ia memuaskan mimpi Freya dengan hasrat dan harapan terbesarnya, Freya Tidak Membiarkan ia merayu penglihatannya dan tetaplah berjalan.

Tidak lama Freya berhasil sampai ke ujung lorong tanpa kehilangan tekadnya, Freya kemudian menemukan pintu yang terbuka. sebenarnya itu hanyalah kusen yang tidak ada pintunya sama sekali. Dari dalam ruangan, Freya melihat cahaya menyilaukan yang mungkin tidak bisa mengintip apapun yang ada di dalam.

Ini adalah kesempatan Freya untuk kabur jika Dia menginkannya. Semisal Freya memutuskan untuk batal membicarakan The Holder Of Ambition, Maka Dia Harus berjalan kembali ke lorong tempatnya datang dan jangan melongok untuk sekedar mengintip apa yang ada di ruangan.

Namun Tidak, Freya tetap membahas The Holder Of Ambition. Dia masuk  ke ruangan dengan perlahan dan Memastikan seluruh bagian tubuhnya sudah masuk sepenuhnya sebelum Freya memperhatikan keadaan di dalam ruangan.

Ruangan yang Freya masuki Terlihat bersinar terang. Cahaya itu datang dari jendela-jendela kaca tinggi yang menjulang dan menutupi setiap sisi dinding. Meskipun demikian, sumber cahaya dari balik tembok sudah dipastikan bukanlah matahari.

Di tengah ruangan, Freya melihat ada seseorang yang tinggi dan berfisik bagus. Dia Terlihat berdiri telanjang dan melihat keluar jendela tepat ke arah cahaya. Tubuhnya ditutupi oleh tato dan bekas luka yang tak terhitung, bahkan hampir setiap bagian tubuhnya tergores tato kecuali wajahnya.

Freya mungkin mencapai kesimpulan di mana ia melihat, dan berusaha mencari objek apa yang diperhatikannya. namun itu sia-sia karena Freya tidak menemukan apa pun, tidak peduli seberapa teliti Dirinya memperhatikan.

Pria itu tak Terlihat bereaksi pada pertanyaan apa pun kecuali Satu hal, “Apa yang menyatukan mereka?” Tanya Freya.

Saat Freya bertanya, Pria Itu Terlihat menoleh dan menatap mata Freya dengan intens. Freya menatap balik matanya. Namun Freya ingat, semisal Dia belum siap dan Pria Tersebut menyadari sedikit saja keraguan dari sorot matanya, maka kesadaran Freya akan diambil dan tubuhnya hanya akan menjadi seonggok daging yang diam di tempat selamanya.

Jika, di pihak lain, mengungkapkan Freya secara jujur, maka Pria Itu akan mulai berbicara dengan suara enteng. Nadanya akan jadi sangat menggelikan, dan ia akan bercerita seolah-olah mereka (para obyek) sama sekali tak bermakna, namun Freya tak boleh melewatkan satu katapun, pasalnya cerita ini akan menjadi cerita yang sangat penting.

Freya mendengarkan dengan hati-hati ceritanya, dan Mengingat setiap detailnya.

Saat Pria Itu selesai berbicara, Pria Tersebut menempelkan tangannya ke dada, Lalu mulai melepaskan jahitan dari salah satu bekas lukanya yang terlihat. Saat jahitannya terlepas, Dia  mengalami pendarahan hebat dan dalam. Ia tidak mempedulikan darah itu, tidak sebelum benang jahitan yang dia pegang sudah lepas seutuhnya dari bekas lukanya.

Saat sudah lepas seutuhnya, dia kemudian memberikan gumpalan benang itu pada Freya. Dalam suara serak dan desah, dia berucap,
“Memilih untuk mencari... artinya mendekati takdir yang tak terelakkan...”

Gumpalan benang jahit bedah itu adalah objek ke-12 dari 538.

'Bagaimana Freya menggunakannya tergantung dari cerita apa yang Freya  dengar.'

***

Saat Freya keluar dari katedral satu jam kemudian, Dia merasa sedikit pusing dan mual. Tidak lama Freya muntah di tempat Dengan banyak belatung yang keluar dari bekas muntahannya, disertai dengan sedikit darah. Setelah rasa mual dan pusingnya sedikit mereda, Freya memutuskan Untuk pulang. Namun, betapa terkejutnya Dia, Ketika Susana Di luar Berkabut tebal dan gelap. Freya Menduga, kabut tebal tersebut di akibatkan Oleh asap pembakaran Yang terjadi. Apalagi lokasi dia sekarang sedikit dekat dengan Lokasi pembakaran tersebut.

Freya tidak tau, apakah asap tebal ini sudah sampai Ke kota New York atau belum. Dan yang Lebih menyebalkannya lagi, Karena asap ini—Freya Tidak bisa menemukan Kendaraan Untuk Kembali. Dia menduga Kondisi di kota Juga Tidak kalah Kacau. Dengan tebalnya kabut, Bisa di pastikan Kegiatan Akan tertunda untuk sementara. Freya akhirnya memutuskan Untuk tinggal sejenak di dalam Katedral, Sampai Kabut sedikit menipis. Namun, Sampai malam menjelang, Kabut Tidak kunjung menipis dan malah bertambah Tebal.

Freya menghembuskan nafas lelah. Udara di sini terasa dingin, Namun Tidak membuat Freya takut dengan kegelapan yang menyelimutinya. Freya mencari beberapa Kayu Di dalam Katedral lalu menumpuknya menjadi Api Unggun dari hasil gesekan Batu yang dia temukan. Setidaknya Hal itu akan sedikit membuat Freya merasakan hangat. Dia sepertinya akan menginap di sini malam ini.

Tidak lama, Freya mendengar suara langkah kaki yang berat berjalan ke arahnya, "Siapa di sana?" Ucap Freya dengan tajam. Mata merah delimanya sudah bersinar terang dalam kegelapan. Freya merasakan ada Aura Asing yang mendekatinya dari balik kegelapan. Lalu kemudian Sosok Seorang pastur dengan wajah Hancur berjalan Mendekati Freya. Dia adalah Pere Dagobert, yang merupakan seorang Pastur di era abad ke 18 silam.

Sosok pastur menyeramkan Itu Tidak membuat Freya takut sedikitpun. Sebaliknya, Dia merasa bersalah karena Menginap dan menyalakan api Unggun di tempat ini tanpa Ijin dari penghuninya. Namun, Freya Tidak merasakan ada Aura negatif Dari sosok hantu pastur Tersebut.

"Maaf, Aku tidak bermaksud Mengganggumu. Kabut sangat tebal di luar, Aku tidak bisa pulang. Dan udara di sini sangat dingin, Jadi aku menyalakan api Unggun." Ucap Freya.

Sosok Pastur tersebut kemudian berubah, menjadi bentuk saat dia masih Hidup. Wajahnya nampak Cerah dan berseri. Dia juga terlihat ramah. "Tidak masalah, selama Niatmu baik." Ucap pastur tersebut.

FREYA : Holders Of Lost Object ( BOOK 1 )Where stories live. Discover now