08 • Dia yang Kini Bersamaku

65 23 0
                                    


📌Tandai typo, revisi setelah end.
Langsung vote!

"Waktu juga ikut andil dalam pertemuan dan perpisahan, sekalipun itu soal kenyamanan."
—ANNAZEIN

Vhaisa menggandeng Anna ke kamarnya. Ayash tidak ikut bersama mereka, wanita itu pergi ke tempat steam untuk mencuci mobil milik tuannya, ayah Vhaisa. Ketika menginjakkan kaki di sana, selain dibuat tak bisa berkata-kata melihat rumah mewah bertiang tinggi dan luas, Anna lebih bungkam melihat kondisi kamar Vhaisa yang anggun dan sangat rapi. Ruangan itu didominasi dengan warna soft, dan terdapat banyak lukisan alam dan benda mati terpajang di dinding. Ada satu yang menarik minatnya, yaitu boneka kelinci putih di nakas yang seakan-akan sedang menyambutnya. Sekaya apa keluarga Vhaisa ini? Bahkan, kekayaan ini melebihi kekayaan papa dan mamanya.

Gadis pemilik kamar itu mengajaknya duduk di tepi kasur. "Kamu duduk dulu di sini, ya. Aku mau cari pakaian yang cocok buat kamu." Vhaisa menghampiri lemari besarnya.

Anna terus memainkan jari-jarinya. "Tapi aku—"

"Tenang aja. Gak ada yang perlu dicemasin. Aku dengan senang hati, kok, ngelakuin ini." Tangannya bergerak mencari setelan pakaian. "Mmm ... yang mana, ya? Oh, yang ini aja, deh." Dia mengambil pakaian pilihannya dan menyerahkannya pada Anna.

Melihat sikap Vhaisa barusan, Anna malah dibuat bingung. Kenapa Vhaisa menerimanya di rumah ini? Bahkan dia meminjamkan pakaian itu padanya. Padahal, Anna itu jelas betul orang asing baginya. Kenapa Vhaisa percaya padanya? Bahkan gadis manis itu tak sedikit pun ragu mengajaknya ke rumahnya. Bukan apa-apa sebetulnya, hanya saja Anna dibuat bertanya-tanya dengan soal yang tak seharusnya dia pikirkan. Toh, yang penting, sekarang masih ada orang yang peduli dan mau menolongnya.

Baju setelan lengan panjang sepasang dengan celana ditatap dalam genggamannya. Sekilas, Anna melihat pakaian Vhaisa yang menggantung di lemari itu hampir tidak ada lengan pendek atau pun berbahan mini.

"Oh, ya, aku lupa. Sampai sekarang aku belum tau nama kamu. Waktu di rumah sakit, aku teriakin namaku, entah kamu dengar atau nggak—"

"Aku dengar, kok," potong Anna, "nama kamu Vhaisa, kan?"

Senyuman langsung terbit di wajah Vhaisa, lalu dia menyodorkan tangan. "Ya, Vhaisa."

"Aku Anna." Jabatan tangan itu dibalas oleh Anna, tak lupa mengukir senyum.

"Oke, sekarang kamu mandi dulu dan pakai baju ini, ya." Vhaisa menunjuk baju yang dimaksud. "Aku mau masak dulu. Nanti, setelah itu kamu boleh cerita apa aja."

"Tapi, aku gak tau kamar mandinya di mana," kata Anna.

Vhaisa menepuk jidat. "Oh, iya, ya. Sini, aku anter!" Dia menarik tangan Anna dan melangkah keluar kamar, menuruni tiap anak tangga menuju kamar mandi.

Setelah melakukan kegiatan masing-masing—Anna mandi dan Vhaisa memasak, gadis manis berhijab itu mengajak Anna untuk makan hasil masakannya, nasi goreng. Anna menerimanya meski ragu, dia merasa sungkan sebenarnya. Tapi, mereka sama-sama menikmati makan nasi gorengnya di meja makan dekat dapur.

"Gimana, nasi goreng buatanku enak, gak?" tanya Vhaisa meminta pendapat.

Anna mengangguk tersenyum. "Enak!" jawabnya sambil mengunyah.

"Alhamdulillah. Syukur, deh. Ini, tuh, resep dari bibiku. Aku baru aja praktekin ini barusan. Berarti percobaan pertamaku langsung berhasil!" Gadis itu terkekeh kecil, lalu melahap sesendok nasi gorengnya.

Anna tersenyum kikuk. Ada sesuatu yang membuatnya penasaran. Dia menggigit bibir bawahnya, menatap gadis di depannya yang sangat menikmati hasil masakannya.

ANNAZEIN (SEGERA TERBIT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora