11 • Time Truth Takes Part

50 18 0
                                    

📌Tandai typo, revisi setelah end.
Langsung VOTE aja hehe... jangan lupa komen juga.

***
"Terlalu rumit kalau gue harus ketemu lo lagi."
—Zein Revalgarn Lesmana
***

"Papa!" Vhaisa turun tangga terburu-buru, saking semangatnya menanti sang papa yang baru saja tiba di rumah.

Glen yang sedang menutup pintu tersenyum bahagia melihat putri tunggalnya sudah tampil rapi dan cantik menyambutnya. Dia pun menaruh koper dan tas kerjanya ke tepi dekat pintu, lalu merentangkan tangan mengarah putrinya.

"Assalamualaikum, my princess!" Senyumannya begitu lepas.

Mereka berpelukan dan Vhaisa menjawab salam itu. Kemudian, Vhaisa mencium punggung tangan papanya.

"Loh, kamu belum masuk sekolah? Ayash mana?" tanyanya celingak-celinguk mencari Ayash.

"Belum, karena sengaja nunggu Papa. Kalau Ayash, sih, dia ke minimarket depan, lagi beli beberapa kebutuhan aku. Kenapa, sih, dia itu keras kepala, aku kan bisa beli sendiri ke sana," sungutnya kesal.

"Itu artinya Ayash peduli. Kamu, kan, baru keluar dari rumah sakit. Takut kenapa-napa. Ayash juga laporan ke Papa kalau kamu lemah lagi waktu di jembatan itu," respons Glen sambil melepas jasnya. Lalu, duduk bersandar di sofa. Vhaisa pun duduk si sebelahnya.

"Iyain, aja, deh. Yang penting sekarang aku udah sehat!" Vhaisa mengacungkan kedua tangannya yang ke samping. Tersenyum lepas hingga rentetan giginya terlihat.

"Alhamdulillah. Ceria banget, tumben. Ada apa?" Glen mengangkat dagu Vhaisa dengan telunjuknya agar lebih mendongak menatapnya. Tubuh Vhaisa yang kecil dan agak kurus itu tingginya hanya sampai dada Glen.

"Kan, aku udah cerita semua ke Papa kemarin. Masa lupa," katanya.

Glen terkekeh kecil dan menepuk jidat. "Oh, iya. Di mana Anna sekarang?"

Vhaisa pun berteriak memanggil Anna. Tapi, gadis yang dipanggil tak kunjung keluar. Lalu, dia menyusul ke kamar agar gadia itu mau turun dan bertemu papanya. Hal yang pertama kali Vhaisa lihat adalah Anna yang sedang duduk menekuk memeluk tubuhnya sendiri di bawah ujung ranjang, bersandar di sana.

"Anna?" Langkah itu mendekat ke arahnya.

Anna mendongak sembari menggigiti kuku-kukunya.

"Ada apa? Kenapa?"

Anna pun menggeleng. "Gapapa. Aku cuma lagi nenangin diri aja, kok," katanya.

Mata Vhaisa memastikan, sepertinya Anna menyembunyikan sesuatu, dia mencoba mengendalikan rasa takutnya. Vhaisa masih melihat kesedihan di matanya belum surut sama sekali.

"Papaku udah pulang. Ke bawah, yuk! Papa ingin ketemu kamu, Na."

Pelan-pelan Anna pun bangun. Vhaisa memberinya kekuatan lewat genggamannya dan segera menghampiri kembali Glen yang sedang duduk santai sambil memainkan iPad di ruang tengah.

"Papa, ini Anna, Pa."

Ucapan Vhaisa mengalihkan Glen. Wajahnya menyapa kehadiran Anna di depannya, tersenyum hangat. "Halo, Anna," sapanya.

Vhaisa mengajak Anna duduk di sebelahnya. Gadis itu langsung membicarakan topik utama perihal tes beasiswa di SMA Araspati. Glen meminta agar Anna tidak usah khawatir memikirkan hal lainnya dan cukup fokus mempelajari materi-materi yang kemungkinan akan keluar ketika tes. Semuanya akan Glen selesaikan, tapi di waktu tententu dia juga butuh Anna untuk meminta tanda tangan jika diperlukan.

Setelah berbincang cukup lama, Vhaisa dan Anna kembali ke kamar. Di hari itu juga Anna belajar dan Vhaisa sesekali menghiburnnya dan menghidupkan suasana.

ANNAZEIN (SEGERA TERBIT)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin