9. ~AS~ Gelang Syahida

6 1 0
                                    


-
-
-
-
-

Sore tiba, Syahida bersama Syifa sedang menunggu jemputan di depan gerbang sekolah. Sambil menunggu Syifa sambil menanyakan tugas yang tak ia fahami pada Syahida.

Syifa tampak frustasi dengan perhitungan, kenapa harus matematika?

"Mau bantuin gak Da?" tanya Syifa.

Syahida mengangguk. "Iya, boleh sini."

"Ohh ini mah aku juga gak bisa."

Syifa menegadah menatap Syahida, ia pikir Syahida tahu. "Siapa sih yang nyiptain matematika?"

"Kakekku"

"Hah?"

"Bercanda Syif."

Tidd

Tidd

Suara klakson Motor mengalihkan perhatian mereka,

"Eh aku dah di jemput Da duluan ya." Ucap Syifa sambil memasukkan buku tadi kedalam tas.

"Oh iya iya, hati-hati ya."

"Iya, Assalamualaikum." Syifa melambaikan tangannya pada Syahida.

"Waalaikumussalam warahmatullah."

Syahida menatap kepergian temannya itu, hingga yang terlihat tinggal tas ransel nya saja dari kejauhan.

"Syahida."

"Baim? ada apa?" tanya Syahida sedikit melangkah mundur, menjaga jarak.

"Gue mau kasih gelang lo yang jatuh di lapangan."

Syahida melihat gelang kaokah yang selalu ia kenakan ada ditangan Baim. "Terima kasih." ia menerimanya.

"Da." panggil Baim lemah lembut.

"Iya?"

"Gue mau ngomong."

"Ngomong apa?"

"Gue, gue suka sama lo."

Tubuh Syahida menegang, nafasnya tercekat. "Lebih baik kamu mundur."

"Kenapa, Da? Lo gak mau jadi pacar gue?"

Syahida menatap Baim dengan tajam, "Im kalo kamu mau ngejar cewek, pake cara yang halal, bukan haram, meskipun nanti ujung-ujungnya bakal nikah, tapi tetep Im Syahida gak suka kalo Syahida di jemput pake cara yang haram!" Syahida pergi meninggalkan Baim.

la pikir dengan jauhnya Fahri dari Syahida akan membuat dirinya meraih kemenangan, tetapi ternyata tidak.

Tanpa berpikir terlebih dahulu, Baim menarik tangan Syahida dan membawanya lebih dekat ke arahnya. Syahida tersentak, ia berusaha sekuat mungkin untuk melepaskan cekalan Baim di tangannya.

"Lepasin, Baim!" teriak Syahida.

Baim menggunakan tangan nya yang lain, membungkam mulut Syahida agar tidak bersuara. Sebulir air mata jatuh membasahi tangan Baim baik hati maupun fisiknya sakit, ternyata Baim bisa lebih kasar dari Fahri.

"Gue kira setelah lo putus dari Fahri, gue bakal dapet celah. Ternyata sama aja." ucap Baim.

"Da gue minta maaf ya kalau kali ini gue kasar, soalnya gue udah kebelet banget buat pacarin lo."

"Lo itu cantik, sayang kalau gak di pacarin."

Baim menyeringai. "You will be mine darling."

Syahida menoleh melihat siapa yang datang begitu juga Baim, mata Syahida sukses membelalak saat melihat siapa orang itu.

"Jauhkan tangan kotor kamu dari perempuan itu." ucap Ama dengan mendorong Baim kesamping, ia kini berdiri di antara Syahida dan Baim.

Baim menatap tajam Abdurrahman.

"Siapa lo dateng-dateng ikut campur?"

"Saya Abdurrahman Asy-Syafi'i sepupunya Syahida Nur Hafidzah Asy-Syafi'i, dan saya tidak suka dengan cara kamu memperlakukan Ning Syahida. Sekarang saya yang bertanya, maksud kamu menemui Syahida untuk apa? untuk mengkasarinya, atau untuk membentaknya dengan mulut kotor kamu?"

Tangan Baim mengepal, usahanya selama ini untuk mendapatkan Syahida harus pupus ditengah jalan akibat Abdurrahman. Ya, pria yang berdiri didepannya sekarang, yang sering di sebut Gus Ama.

"Ning, tunggu di mobil." titah Abdurrahman tanpa menoleh.

"Ta-tapi."

"Masuk."

Syahida mengangguk, ia segera masuk ke dalam Mobil. Kini hanya tersisa Abdurrahman dan Baim yang saling beradu tatap.

"Saya peringatkan ke kamu, jangan sekali-kali menyentuh Syahida. Syahida ini bukan milikmu,  dan kamu tidak berhak membentaknya seperti tadi, kalau kamu memang mencintai Syahida maka cintailah dia karena Allah bukan karena nafsu. Cinta yang didasari oleh nafsu akan berakhir pada kedzaliman, dimana mata kamu tidak bisa mengontrol setiap kamu menatap Syahida. Kamu hanya ingin kecantikan Syahida bukan? itu yang berarti kamu tidak benar-benar mencintai Syahida, kamu hanya ingin memuaskan kesenangan kamu tanpa memikirkan perasaan si korban. Mulai hari ini, detik ini, saya minta kamu jauhi Syahida." tukas Abdurrahman tegas.

Setelah mengatakan itu, Abdurrahman memilih pergi daripada tersulut emosi nantinya. Sedangkan Baim hanya diam mencerna setiap ucapan yang keluar dari mulut Abdurrahman.

'Ning?, bukannya itu sebutan buat anak kyai-kyai gitu ya?, ck, gue harus cari tau tentang Syahida' Baim bermonolog dalam batin nya.

-
-
-
-
-

23 Mei 2024, 15.10 WIB

AS-SYAFI'I Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang