7. PENYESALAN

94 68 5
                                    

BRAK...

Elzio menendang pintu markas cukup keras sehingga membuat orang-orang yang ada di sana kaget bukan main, dia masuk tanpa peduli dengan tatapan syok juga pertanyaan² dari temannya, dia terus berjalan melewati mereka lalu mulai menaiki anak tangga menuju kamar pribadinya yang memang ada di markas.

Tiba di kamarnya, dia langsung menidurkan Shania di kasurnya lalu beranjak dari sana, menutup pintu kamar dengan sangat hati-hati, lalu berbalik mendapati Sean tengah berada di sana menatapnya dengan tatapan yang sangat mengerikan menurutnya.

"Dia kenapa?"

Satu pertanyaan singkat yang mampu membuat Elzio terdiam cukup lama karena mengingat penyebab gadis itu seperti saat ini adalah dirinya.

"El, gue nanya lo!" Sean kembali bersuara karena tidak ada jawaban dari Elzio "El, lo tau kan apa yang gue pikirin saat ini?"

Yah Elzio sangat mengerti dengan apa yang di maksud Sean, memang setelah pertemuan mereka dengan Shania di jalan saat pulang sekolah hari itu Sean menjadi sangat dekat dengan Shania, bukan karena dia menyukai gadis itu, tapi Sean seperti melihat sosok yang sudah lama dia rindukan pada diri shania. Dan saat melihat kedatangan Elzio bersama Shania dengan keadaan yang tidak memungkinkan membuat Sean merasa gagal.

"Maafin gue."

"Buat ap?"

"Karena udah buat dia seperti itu!"

"Maksud lo ap El gue nggak ngerti," Sean medekati Elzio.

"Gue penyebabnya."

"Jelasin El gue sekarang gak paham apa maksud lo!" Sean memang orang yang paling paham dengan perkataan singkat yang selalu temannya lontarkan, tapi untuk sekarang Sean cukup tidak paham dengan apa yang di maksud Elzio.

Kemudian Elzio mulai menceritakan semuanya dari awal.

BUGH

"Anjing lo, lo punya otak nggak sih, dia cewek bangsat," Sean sangat tersulut emosi ketika mendengar penyebab Shania seperti itu adalah temannya sendiri.

BUGH

"Selama seminggu ini gue selalu jagain dia El, gue berusaha buat ngelindungi dia, tapi lo malah dengan seenaknya nyiksa dia tanpa mikirin perasaan gue? Lo yang sangat tau gue El, bahkan gue sendiri yang bilang ke lo kalau gue akan ngelindungi dia sebisa mungkin dan tidak akan gagal lagi seperti gue yang gagal ngejaga Sila waktu itu El," Sean menjeda ucapannya karena dia tiba-tiba teringat kejadian yang merenggut nyawa orang yang sangat berharga di hidupnya.

"Gue pikir gue udah berhasil El tapi ternyata gue gagal, lo nyiksa dia saat gue berusaha ngejaga dia. perasaan lo di mana? OTAK LO DI MANA BANGSAT, LO BUAT GUE JADI ORANG PALING BRENGSEK DI DUNIA EL, LO BUAT GUE NGGAK BISA NEPATIN JANJI PADA DIRI GUE SENDIRI."

Baru kali ini Elzio melihat Sean semarah itu karena kebodohannya, jujur dia sangat menyesali perbuatannya, dia lebih mementingkan egonya dari pada perasaan seseorang yang sekarang ada di hadapannya.

"Gue minta maaf, gue nyesel."

"Basi, Gue kecewa sama lo" Sean menuruni tangga dengan tangan terkepal kuat lalu setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya. Sean menangis ketua Blaze itu menagis hari ini.

"Sean ada apa?" Tanya Vano saat melihat Sean menuruni tangga, lalu Vano kaget melihat Sean yang menangis.

"Sean, lo gakpapa?" tanya Vano lagi, tapi Sean hanya melewati nya begitu saja, tak lama dari situ Elzio juga menuruni tangga dan membuat Vano lebih terkejut lagi saat melihat Lebam yang ada pada wajah Elzio Ada apa dengan mereka? Pikirnya.

Elzio And ShaniaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora