(Extra Part) Kekesalan Wira

20 3 2
                                    

" nak? Ada apa? " Tanya bunda seraya mendekati putra sulungnya itu yang terduduk di teras belakang rumah kami dan menghadap ke arah taman yang di terangi cahaya lampu dan sinar rembulan.

" Kak? " panggil bunda sekali lagi dan membuat Wira tersentak. Terkejut akan kehadiran sang bunda di sampingnya kini.

" Bunda? "

" Kenapa kamu? Kok tumben kamu bisa marah sama Arka? Sampai nangis begitu cucu bunda. " Tanya bunda pelan seraya mengusap bahu anak sulungnya ini.

Beliau tahu pasti ada alasannya mengapa anaknya bisa sekeras ini pada cucunya. Apalagi ini kali pertama Wira memperlakukan Arka seperti itu. Dan itu terjadi di saat tidak adanya diri ku seperti ini.

" dia nyakitin Acha nda. Wira gak suka. Dia nyaris bikin Acha menangis. Padahal Wira sebisa mungkin gak bikin air mata istri Wira keluar. Tapi Arka malah segampang itu menyakiti ibu nya. Wira selalu mengusahakan kebahagiaan istri Wira. Tapi Arka malah menyakiti hati istri Wira. " jawab Wira menghela nafas kasar.

Dengan berat hati pun, Wira akhirnya memberitahu bunda semua yang dirinya tanpa sengaja lihat saat aku mengajak anak semata wayang kami itu untuk mandi sore. Sebenarnya dirinya juga tak ingin bersikap seperti ini ke Arka. Anak sulungnya. Tapi Wira marah saat tahu Arka bisa meninggikan suaranya di hadapan ku seperti tadi sore. Bahkan membentak ku.

" Jadi ini alasannya kamu telepon Dinda untuk ngajak Acha pergi ke luar? Dan minta bunda tinggal di sini? " Tanya bunda akhirnya paham kenapa Wira begitu meminta beliau dan Dinda untuk datang ke sini dan mengajak ku pergi.

" Iya. Kalau Acha ada, pasti dia bakal larang Wira negur Arka. Padahal kakak gak suka ada yang nyakiti istri kakak. Siapa pun itu. Punya hak apa memangnya Arka bisa nyakitin istri kakak? " Tanya Wira kesal.

" Gak boleh begitu kak. Arka kan masih kecil. Masih belum ngerti dia. " ujar bunda.

" Kalau dari kecil dia bisa nyakitin Acha, gak menutup kemungkinan nanti nanti dia bisa bikin nangis istri kakak bun. Kakak dari dulu selalu mengusahakan kebahagiaan istri kakak. Kakak gak mau ada yang nyakitin hati Acha. " jelas Wira dan membuat bunda mengusap punggung anak sulungnya ini.

" bunda paham, maksud Wira menegur Arka. Tapi gak harus begitu. Bunda juga gak membenarkan sikap Arka yang menggunakan nada tinggi ke Acha. Karena bunda pun selama ini gak pernah begitu ke menantu bunda. Tapi Arka masih belajar jadi anak kak. Begitu pun kakak sama Acha. Baru kali pertama belajar menjadi orang tua. Sama seperti bunda dan ayah yang juga baru kali pertama menjadi kakek dan nenek. Semua orang masih berproses belajar kak. Dan gak ada salahnya melakukan kesalahan untuk kali pertama. " Beritahu bunda menasehati Wira.

" Tapi, dengan kamu bicara seperti tadi. Pasti hati Arka juga sakit. Dan tanpa sadar, kamu juga menyakiti hati anak kamu saat kamu mencoba menegur dirinya yang menyakiti hati Acha. Sekarang apa beda nya kamu dan Arka? Kalian sama sama menyakiti hati seseorang nak. " tambah bunda dan membuat Wira memandang bunda dengan lekat.

" Wira gak ada maksud buat nyakitin hati Arka. Dia yang menyakiti hati istri Wira. " ujar Wira lirih. Sadar jika kini dirinya juga menyakiti hati buah hati kami berdua.

" bunda paham, kakak memang gak bermaksud seperti itu, tapi tanpa sadar Wira melakukannya. Sekarang, Kamu coba tenangin diri dulu. Bunda mau bujuk Arka dan mencoba ngomong sama dia pelan pelan. Ya? " Putus bunda dan di balas oleh anggukkan kepala lemah Wira.

Dan akhirnya, bunda pun kembali meninggalkan Wira sendiri dan mencoba untuk menenangkan Wira dan menjelaskan mengapa alasan Wira melakukan hal tersebut kepada Arka.

*****

" papa. " Tangis Arka sembari berlari menyerbu Wira dan memeluk tubuh suami ku itu dengan erat. Tak kala bocah kecil itu memanggil suami ku ini dengan isakannya.

Si Fueras Mia (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang