Pt. 4

840 88 4
                                    

𝐀 𝐑 𝐕 𝐈 𝐎

Happy Reading Chingudeul!!

.. ..


Malam harinya ketika semua anak-anaknya kecuali Gara telah tertidur Vincent menghampiri satu kamar yang lampunya masih menyala. Ayah tiga anak itu bahkan belum mengganti pakaian atau beristirahat, tapi dia memutuskan untuk menemui anak yang katanya sempat menjadi sasaran kekesalan bungsunya tadi siang.

Tuk

Tuk!

"Apa kamu belum tidur?" Tanya Vincent.

Karena tak ada jawaban, Vincent memutuskan untuk langsung masuk ke kamar itu saja.

Matanya memperhatikan kasur yang kosong tanpa penghuni. Kemana kiranya anak itu? Pikirnya.

Ketika matanya meliar ke penjuru kamar mencari keberadaan Vio, ia menangkap pemandangan jendela yang terbuka setengah. Vincent berjalan mendekat dan menuju ke balkon luar untuk memastikan. Dan benar saja, Vio ada disana. Duduk sendiri sembari mantap langit malam yang penuh bintang.

"Aku mencarimu dan kau malah disini malam-malam begini.." Ucap Vincent berkomentar.

Sadar jika ada orang lain selain dirinya membuat Vio mendongak hingga tatapannya dan Vincent bertemu.

"Papa sudah pulang? Maaf Vio-nya fokus lihat bintang." Ucapnya jujur. Anak itu langsung mengubah posisi untuk bangun dari duduknya. Namun alih-alih membiarkan, Vincent malah menahan pergerakan Vio dan malah duduk disebelah anak itu.

"Kudengar dari Gara bungsuku Rico membuat masalah. Apa dia membuatmu sakit hati dengan ucapannya?" Tanya Vincent memulai pembicaraan.

Vio yang tadi hanya diam kini menoleh pada pria dewasa di sisinya. Terlihat jika dia tampak begitu tenang, mungkin sebenarnya sudah tahu duduk masalah yang terjadi. Hanya mungkin tetap bertanya.

"Yang lancang Vio, jadi wajar jika kak Rico marah. Lagipula katanya itu taman punya Mama-nya kak Vio, jadi tidak salah untuk marah." Jawab anak itu.

Memang Vio tahu diri untuk tak terlalu sakit hati meski memang rasanya sakit. Dirinya ini pendatang baru yang hanya berusaha memenuhi permintaan orang yang pernah menolong serta menyayanginya. Jadi untuk apa semua diambil hati?

"Kuberitahu satu hal. Rico itu tidak suka jika dia tersingkir. Dari kecil ibunya telah meninggal dan hanya menyisakan taman itu, itulah kenapa dia sangat tak suka dengan kehadiran orang selain dia disana.."

"Aku tak membenarkan tindakannya. Hanya saja aku tak ingin kau salah paham pada tindakannya, dia hanya belum terima dan bukannya membenci." Jelas Vincent dengan nada lembut.

Single Dad itu membiarkan tangannya mengusap lembut rambut halus Vio, dan tentu saja Vio menikmati kegiatan itu.

"Akupun belum tahu pasti bagaimana rasanya menjadi keluargamu, hanya saja mungkin aku sedang berproses. Karena itulah kau harus coba untuk menunggu dan bersabar seperti yang biasa kau lakukan.." Vincent mengakhiri ucapannya dengan membubuhkan kecupan kecil di kepala Vio.

Pria itu beranjak pergi tanpa mendengar apapun yang mungkin Vio akan katakan. Tapi mungkin memang tak ada yang ingin Vio katakan sebab anak itu hanya bisa diam mematung dengan tangan yang memegang bekas kecupan dari orang yang katanya adalah ayah angkatnya itu.

.. ..


Sementara di kamar lain yang lebih tepatnya adalah kamar Dikta, si anak tengah serta si bungsu tengah bermain game bersama.

A R V I OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang