VLARIEON -04

241 168 207
                                    

Budayakan vote and comment setiap paragrafnya><!

“Terkadang manusia sering terluka karena ekspektasinya yang terlalu besar”

"Brengsek, lo," ucap seseorang memukul kepala Gerald dari belakang yang membuatnya mengerang kesakitan sambil memegangi kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Brengsek, lo," ucap seseorang memukul kepala Gerald dari belakang yang membuatnya mengerang kesakitan sambil memegangi kepalanya.

Heina sontak menjauh dari kedua laki-laki yang tengah beradu otot, lantaran karena takut.

Sedari kecil dia tidak pernah mengalami atau melihat kekerasan fisik selain di layar televisi.

Gerald dan sosok laki-laki yang berseragam sama dengannya itu saling meninju satu sama lain, terkadang Gerald yang terjatuh namun terkadang dia juga terjatuh karena pukulan yang diberikan oleh Gerald.

Heina menjauh, dia berjongkok sambil menutup kedua telinganya menggunakan tangan. Suara pukulan, terdengar sangat nyaring di telinganya.

Bughhh!!!

Salah satu dari mereka tumbang ke jalanan yang saat ini sudah sepi dengan muka yang penuh dengan lebam.

Gerald, ya, itu adalah Gerald. Dialah yang tumbang karena tendangan keras yang diberikan sang lawan tepat di perutnya.

Dan orang yang sejak tadi berkelahi dengannya adalah Ravenga.

Awalnya dia hanya ingin mengambil barang yang tertinggal di kelas namun ketika dia melihat perlakuan aneh yang di berikan Gerald pada perempuan itu. Membuatnya ingin menghabisi Gerald saat itu juga.

Entah karena apa tiba-tiba Ravenga kehilangan kendali atas dirinya sendiri.

Setelah berhasil membuat Gerald tumbang, kini dia lebih memilih untuk mendekat kearah perempuan yang sedang berjongkok ketakutan itu.

Ravenga berjongkok untuk menyetarakan posisi keduanya, "Hei," panggil Ravenga sembari meraih tangan perempuan itu.

Namun dengan cekatan, perempuan itu menepis tangan Ravenga dan beranjak berdiri.

"Tenanglah dia sudah pingsan sekarang," tunjuk Ravenga pada Gerald yang sudah tak sadarkan diri di jalan.

Heina mengikuti arah telunjuk Ravenga, dan benar apa yang dikatakan olehnya. Setidaknya Heina bisa bernafas lega karenanya. Sudah sehari ini dia tidak bisa tenang karena lelaki itu.

"Heina," ucap Ravenga membaca nametag yang tersemat pada seragam perempuan itu.

"Bukankah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Ravenga menaikkan sebelah alisnya.

VLARIEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang