CIHYL | 25.0

750 51 0
                                    

Helaan nafas kasar bercampur lelah terdengar memenuhi deretan kursi di dalam bus. Bahkan suara kendaraan di sekitar pun kalah oleh suara nafas para gadis di sana. 

Tak ada tawa dan nyanyian ceria seperti beberapa jam lalu, kini mereka terdiam lesu dan terlihat menahan rasa sakit di tubuhnya masing-masing.

Tentang pertandingan? 

Jelas mereka memenangkannya, meraih mendali emas dan trophy yang akan mereka bawa pulang. Kebahagian pun telah mereka curahkan, tadi, saat perayaan kemenangan mereka di sana. Sekarang yang tersisa hanya tubuh yang terasa lelah dengan lebam dan bengkak yang menjadi cinderamata nya.

Eve menatap ke arah Rana yang terduduk di depan barisan kirinya dengan tangan kiri yang mengusap pelan bagian rusuk kanannya sendiri. Kepala sang gadis pun terlihat selalu menunduk sejak di mulainya babak ke 4 tadi.

Di babak ke-4 itulah, Rana dan keempat gadis lainnya merasa semakin tersiksa. Team lawan bermain semakin kasar dan berani, bahkan Rana sempat beradu argumen dengan mereka. 

Membuat wasit harus mengambil keputusan tegas. Pertandingan di hentikan pada menit ke 8 di babak ke-4, mendiskualifikasi team basket putri Angkasa. 

Keputusan yang membuat team lawan naik pitam dan menghajar Rana. Kenapa Rana? karena posisi Rana lah yang lebih dekat dengan mereka dan hanya Rana yang berani melawan mereka. Hingga akhirnya kekacauan terjadi dan mereka, team Angkasa di usir secara tak hormat dari kompetisi.

"Shhhh.." 

Eve menoleh ke arah samping saat terdengar ringisan kecil Kei yang tertidur di pundaknya.

"Sttt.." 

Ia mengusap lembut pergelangan tangan Kei yang terlihat membiru. Gadis itu kembali menatap Rana yang ternyata tengah menatap ke arahnya.

Rana menaikkan sebelah alis bermaksud bertanya, Eve hanya menggeleng kecil sebagai jawaban. Si gadis jangkung tersenyum kemudian kembali mengalihkan pandangan ke depan. 

 

Bus terhenti tepat di pelataran parkir Edden, Rey turun pertama kali, diikuti beberapa gadis lainnya yang nampak lesu.
Eve menepuk pipi Kei yang masih tertidur di pundaknya.

"Kei, kita udah sampe.."

"Hm? iya kak.."  

Eve bangkit dari tempat duduknya, ia mengambil ranselnya dari atas bagasi kemudian berjalan menuju pintu keluar di depan sana. 

Rana bangkit dari tempat duduknya berniat keluar dari bus namun tanpa sengaja bahunya bertabrakan dengan bahu Eve.

"Sorry, duluan.." 

Eve hanya mengangguk dan meneruskan langkah, Rana menoleh ke arah belakang dan menggeleng kecil melihat Kei yang malah kembali memejamkan matanya. Gadis itu berjalan ke arah Kei dan membangunkannya.

"Hei, bangun. Lo mau nginep sini?" 

"Nghhh diem kak, gue ngantuk!"  Balasnya dengan kedua mata terpejam. Rana terkekeh, ia melirik Belva dan memberinya kode untuk membawakan ranselnya dan Kei. 

Gadis itu terduduk di tempat Eve, membalikkan tubuh dan menarik kedua langan Kei, mengalungkan di lehernya. Tangan kanannya menarik paha Kei untuk melingkar di pinggangnya.

"As-taga, lo kecil-kecil berat juga!"  Gumam Rana setelah berhasil bangkit dan menyamankan posisi Kei di punggungnya.

Perlahan ia berjalan menuju pintu keluar, Rey menatap keduanya dengan gelengan kepala. Ia menunjuk ke arah sebuah mobil yang di ketahui jemputan Kei. Gadis itu membukakan pintu mobil dan Rana perlahan merebahkan tubuh Kei di kursi belakang.

Can I HOOP your Love? (GxG) (COMPLETED)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt