twenty seven

21K 2K 54
                                    

Mata bulat Ace terbuka meskipun terlalu susah untuk Ace. Matanya terasa sangat berat dan Ace langsung merasakan rasa pening yang luar biasa menghantam kepalanya membuat air mata Ace keluar dengan deras begitu saja.

Pendengaran Kedrick yang sangat tajam itupun langsung tersentam dan terbangun mendengar tangisan Ace. Tangan besarnya mengelus kepala Ace dengan lembut, "Baby? Kenapa, sayang? Ada yang sakit hm?"

"Hikss.. Abang, kepala Ace putal-putal, hikss.." Tangisan Ace makin mengeras membuat Kedrick mengangkat tubuh ringan Ace, bersamaan dengan Oscar, Orion dan Noah yang juga ikut terbangun.

Noah yang masih linglung hampir saja terjungkal jika kakinya tidak berhasil menahan, saking paniknya ia langsung menghampiri Ace, "Adek kenapa bang?"

"Adek kenapa? Bilang sama abang apa yang sakit." kali ini Orion yang mengeluarkan suaranya. Ia juga khawatir ketika mendengar tangisan Ace yang sangat keras itu.

"Panggil Asher." titah Kedrick yang masih mengayunkan Ace yang memeluk lehernya. Kedrick bisa merasakan hawa panas menerpa lehernya.

Oscar langsung menekan tombol darurat yang langsung terhubung ke ruangan Asher. Asher memang tadi ada diruangannya, entah apa yang dokter muda itu kerjakan. Tapi yang pasti ini menyangkut tentang Ace. Pemeriksaan yang Asher lakukan bukan sembarangan, Asher memastikan rekam medis Ace dengan akurat.

Suara nyaring itu mengejutkan Asher hingga dengan cepat Asher bangkit dari duduknya dan berlari keluar menuju kamar rawat Ace.

"Baringkan Ace, bang." Tangisan Ace makin menjadi ketika Kedrick mencoba melepaskan tangan Ace yang melingkar.

"N-nggak, hiks.. Ace nggak mau." isak Ace sambil menggelengkan kepalanya.

Asher panik ketika melihat Ace menggelengkan kepalanya ke kiri-ke kanan. Asher tahu jika kepala Ace pasti pusing saat bangun karena efek Ace yang menangis dan juga efek dari alerginya, "Sayang, jangan gitu okay? Nanti tambah pusing."

Asher mengode pada Kedrick untuk lebih memposisikan badan Ace menghadap padanya, Asher akan melakukan pemeriksaan. Yang lainnya hanya menyimak dan melihat bagaimana seorang Asher yang begitu telaten dalam memeriksa Ace. Asher lumayan berpengalaman karena sebelumnya juga ia menangani banyak anak kecil.

"Gimana bang?" tanya Orion.

"Tenang saja, Ace sudah baik-baik saja. Ini reaksi dari obat yang aku berikan." jelas Asher membuat yang lain menghela nafas lega. "Aku akan memberikan obat pereda pusing."

Kedrick mengusap rambut Ace yang berkeringat, meskipun penjelasan Asher bisa membuat mereka lega tetapi Ace masih setia dengan tangisannya. Selain itu juga Ace beberapa kali mengumamkan memanggil Alice.

Noah mengusap jejak air mata Ace, pipi gembul itu menekan bahu Kedrick. "Baby, udah ya jangan nangis."

"Ace ingin mommy, hiks.."

Tak tega mendengar tangisan Ace yang begitu menyayat hati, Oscar pun meraih ponselnya dan mulai mendial Alice. Oscar akan meminta maaf nanti karena telah menelpon tengah malam seperti ini. Tapi ia tak ada pilihan bukan?

"Mommy, hiks.."

..

Mata sembab Alice terbuka.

Alice memandang langit-langit kamarnya. Ia melirik ke sebelahnya tidak menemukan Rylee disana. Kemana suaminya itu, batinnya berkata.

little aceWhere stories live. Discover now