17 Mengintai

30 19 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Gue pergi dulu." Jena pun berlari semampunya, sampai benar-benar menjauh dan tak ingin mendengarkan omelan dari Naren.

Pasalnya setelah tau apa yang sebenarnya terjadi. Jena dengan gerakan cepatnya langsung mengambil tas milik Rajes dari tangan Naren, dan membawanya pergi.

Hal itu sukses membuat Naren marah besar. Semua itu terbukti dengan teriak yang pria itu lontarkan. "GAK USAH BIKIN ULAH, HARI INI LO LES JENA."

Suara teriak Naren pun melemah bersama dengan punggung Jena yang itu menghilangkan di tikungan koridor.

Beruntung lah Naren tak berpikir untuk mengejarnya.

Saat sudah tiba di parkiran, Jena hanya mampu menatap tas milik Rajes dengan pandangan yang sulit diartikan.

Entah apa motivasinya, sampai-sampai Jena berusaha mengamankan tas itu.

Padahal hal itu jelas-jelas tak ada sangkut paut dengan dirinya. Perihal hutang budi diantara keduanya pun sudah Jena anggap lunas.

Lalu atas dasar apa Jena mau bersusah payah melakukan hal ini?

Jena hanya mampu menggigit bibir bawanya dengan gusar.
Apakah pertimbangannya ini sudah benar?

"Bodo amet lah, sehari gak dateng les gak bakal ketahuan ini."

Melalui pertimbangan yang berat, Jena pum sudah memutuskan untuk tidak pergi ke tempat les hari ini.

Niat awaknya kan memang pergi mengantarkan tas Rajes kepada pemiliknya.

Semoga saja Jena akan aman sampai akhir.

***

Mata Jena benar-benar cukup Jeli. Baru saja akan sampai di kost Rajes, tepatnya ditikungan terakhir sebelum sampai kost.

Penglihatannya menangkap sosok Rajes yang tengah membuka pagar dengan motornya, seperti pria itu hendak pergi.

Awalnya Jena sangat ini memanggilnya, dan sesegera mungkin menghampirinya.

Namun hal itu Jena urungkan, dia masih lebih memilih untuk memantau saja.

"Mau kemana dia?" Jena hanya mampu bermonolog.

Harusnya ia segera mendatangi Rajes dan sesegera mungkin mempersiapkan

Hal itu sudah tidak berlaku lagi, saat Jena memutuskan untuk membuntutinya.

Sesungguhnya Jena begitu penasaran dengan sosok Rajes ini.

Siapa dia sebenarnya?

Acara buntut-membuntuti itu terus berlanjut.

Dengan jarak aman Jena berusaha mengendarai motornya. Sambil terus memperhatikan keadaan Rajes.

Jena benar-benar tak boleh sampai kehilangan jejaknya.

'Jauh juga ya, Dia mau kemana sih sebenernya?'

Nyata sudah hampir setengah jam lebih ia berkendara, namun masih belum ada tanda-tanda Rajes akan menghentikan motornya.

Jena mulai bisa bernafas dengan lega begitu Rajes melajukan motornya dikawasan perumahan elit. Perlu waktu hampir 40 menit untuk bisa sampai kesini.

Cukup jauh ternyata!

Dari kejauhan Jena pun kembali menghentikan motornya ketika Rajes sudah memarkirkan motornya di depan sebuah rumah yang bisa dikatakan begitu megah.

Mengingat rata-rata disini adalah hunian orang-orang kaya yang memiliki kekuasaan.

Jarak dari gerbang depan kerumahnya saja begitu jauh. Belum lagi disetiap gang memiliki portal.

Untungnya ditempat berdiri tak memiliki portal. Jadi Jena masih aman untuk memantau Rajes.

Jena hanya mampu terduduk sambil menatap kearah dimana motor Rajes terparkir.

Parkirannya mengatakan mungkin Rajes tak akan lama, semua dapat disimpulkan dengan motor pria itu tang diparkir diarea luar bukan dalam.

Jika sampai beneran ini adalah rumah orang tuanya, itu berarti Rajes benar-benar anak orang kaya.

Heran, tapi kok bisa dia mau tinggal di kost-kostan.

Jika masih belum ada tanda-tanda Rajes keluar, mungkin dengan berat hati Jena akan mengakhiri acara mengintai nya.

10 menit berlalu, Jena benar-benar sudah bosan.

Jika masih belum ada tanda-tanda Rajes akan keluar, lebih baik Jena yang akan memilih lebih dulu pergi.

Tubuhnya sekarang benar-benar lelah.

Dengan cepat Jena pun kembali memakai helmnya yang kebetulan tadi sempat ia buka.

Cukup sudah acara mengintainya.

"Loh kok?"

Baru saja dirinya berniat pergi, namun hal itu harus ia urungkan ketika melihat Rajes yang mulai keluar dari rumah itu.

Kali ini ia tak sendiri, ada wanita paruh baya yang mengikuti langkahnya dari arah belakang.

Terlihat mereka berbicara-bincang sebentar, lalu Rajes menyalami tangan wanita itu. Bersiap untuk pamit.

Mama Rajes terlihat cukup muda untuk ukuran wanti diusianya.
Bahkan mungkin Mama Rajes memiliki umur yang jauh lebih muda dari mamanya

Jena pikir Rajes akan segera pulang, namun hal itu tak kunjung terjadi ketika mereka malah kembali sibuk dengan perbincangan mereka.

Sebenarnya apa yang mereka tunggu?

Tbc

Akhirnya lunas juga utang aku. Bisa tidur nyenyak malam ini.
Maaf kalau terlalu pendek...🙏

Jangan lupa vote dan komentarnya ya guys

Buat yang belum follow akun aku, mari follow...

Terimakasih

See u sayang-sayangku...🧚

Dear You (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang