Dear Bagas: Dua Puluh

23 8 0
                                    

Kenapa sih orang-orang selalu sok tahu? Bilang; harusnya kamu begini, harusnya kamu begitu. Memang mereka benar-benar tahu apa yang lagi kita hadapi?

felicia.

***

020. Perjanjian

Bagas tengah menikmati makan malam di rumahnya bersama sang Mama, sementara papanya pulang telat. Sebenarnya Bagas sudah tak sabar ingin segera bicara dengan Arga perihal kasus Feli beberapa tahun lalu, dia ingin mendengarnya lebih jelas.

"Bagas, kamu yakin gak mau ikut ke Aussie? Nanti kakakmu sedih kalau kamu gak dateng ke wisudanya," tanya Nadya seraya menatap Bagas.

Bagas yang sedang mengunyah makanan dengan segera menelannya. "Hmm, nanti Bagas pikirin lagi, Ma," jawabnya.

"Kalau kamu takut, nanti Mama yang minta izin ke guru kamu, cuma sebentar kok. Lagian kamu udah lama gak ketemu Kak Nares, 'kan?" Nadya kembali berucap seraya itu memotong daging di piringnya.

"Bagas sering kontekan sama Kak Nares kok, Ma," timpal Bagas, "Nanti Bagas pikirin lagi mau ikut apa enggak. Ngomong-ngomong, Papa kok lama banget pulangnya?"

Nadya menatap snag putra kemudian membalas, "Papa lagi banyak kasus, Sayang. Mereka maunya Papa yang urus, jadi sibuk. Emang ada perlu apa? Tumben banget."

Bagas diam, bingung apakah dia harus mengatakannya pada sang Mama atau tidak. Bagas juga tidak tahu apa mamanya itu tahu mengenai Arga yang menangani kasus Feli.

"Itu, Ma-"

"Tapi dia masih ngelakuin itu lagi lho Mas, tahun baru kemarin anaknya masuk RS, aku yang kebetulan rawat."

"Mas tahu, tapi kita gak bisa ngelakuin apa-apa, Yuna."

"Gak bisa gimana sih, Mas? Bukti dan saksi 'kan udah ada.

"Masalahnya korban minta saksi untuk diam dan gak ikut campur lagi, Yuna."

"Lho, terus nunggu dia dan anaknya kenapa-napa gitu?!"

Bagas dan Nadya kompak menoleh kala terdengar suara dari Arga juga Yuna-adiknya-yang terlihat berjalan ke arah ruang maka. Nadya langsung bangkit menghampiri sang suami dan mencium tangannya. "Ada apa, Pa? Kok ribut-ribut?"

"Itu lho, Mbak. Si Felicia lagi-lagi masuk rumah sakit, perjanjiannya kan setelah keluar dari penjara ayahnya berubah," cetus Yuna yang tak menyadari kehadiran Bagas di sana.

Nadya tampak terkejut. "Lho, apa gak ada saksi yang ngelaporin? Kamu juga ada buktinya 'kan, Yun?"

"Ada Mbak, aku record juga keterangan ibunya, cuma gak tahu tuh Mas Arga, masa katanya gak bisa," ucap Yuna dengan raut sebal.

"Felicia siapa Tante?" sahut Bagas tiba-tiba.

Yuna langsung menoleh ke samping dan baru sadar ada keponakannya di sana. "Eh! Ada Bagas ternyata, maaf-maaf, Tante gak tahu."

Arga menatap ke arah Bagas kemudian berkata, "Felicia mantan klien Papa, kamu pasti gak akan tertarik."

Bagas diam, makanannya tak ia sentuh. Lalu, tangannya merogoh saku celana dan mengotak-atik sesuatu sebelum akhirnya menghadapkan layar ponselnya pada sang Papa. "Apa Felicia yang ini?"

Ketiga orang di depannya tampak terkejut, lalu Nadya mengambil ponsel Bagas ddan mengamati foto yang ada di layar. "Kamu kenal sama Felicia?" tanya Nadya seraya menatap putranya.

"D-dia teman sekolah Bagas."

-🦋🌻

Saat ini Bagas sedang berada di ruang kerja papanya, duduk di kursi menghadap sang puan. Telapak tangannya mengepal, wajahnya menunduk, Bagas sedang memantapkan hati untuk membicarakan keputusan yang ia buat.

"Jadi, Felicia Clarabell ini teman sekelas kamu?" Arga bertanya seraya menatap sang putra.

Bagas mengangguk, lantas kepalanya mendongak menatap Arga yang kini bertopang dagu.

"Terus ... apa yang mau kamu bicarakan sedari siang adalah ini?" tanya Arga.

"Bagas ... mau Papa selametin Feli dari ayahnya. Bagas gak mau kalau Feli sampai ... kehilangan nyawa," tutur Bagas dengan suara berat, matanya masih teguh menatap sang Papa.

Sementara, Arga menaikkan sebelah alisnya, tampak tertarik dengan apa yang diucapkan putranya. "Kenapa? Apa kamu ada hubungan sama Felicia?"

Bagas terlihat menelan salivanya, jujur dia sangat takut jika Arga akan memarahinya karena berani pacaran padahal masih sekolah. Akan tetapi, Bagas perlu mengatakannya, dia benar-benar ingin Feli selamat, dia tidak mau Feli celaka berkelanjutan. "Apa kalau Bagas bilang iya Papa bakal marah?" tanyanya.

Arga menyunggingkan senyum tipis. "Mamamu mungkin bakal kasih ceramah 7 hari 7 malam," godanya, "Jadi, anak Papa sudah doyan perempuan?"

Bagas mengernyitkan dahinya dengan tatapan tak suka. "Pa, Bagas serius," ucapnya.

"Bagas sayang sama Feli, dan Bagas baru tahu hari ini kalau Feli jadi korban kdrt ayahnya. Bagas mau Feli hidup bebas tanpa takut bakal disakitin lagi. Jadi, Bagas minta tolong sama Papa buat bantu Feli lagi, Bagas gak ngerti gimana caranya, tapi Bagas mohon ... untuk kali ini ... buat Feli benar-benar bebas dari ayahnya," mohon Bagas dengan sangat, hal itu membuat Arga terdiam.

Arga menegakkan badannya, lalu menatap Bagas dengan intens. "Sepertinya kamu gak sedang main-main, tapi apa jaminannya? Apa yang bakal Papa dapat dari permintaan kamu itu?"

Jantung Bagas berdebar hebat, dia tahu papanya akan mengatakan ini. Sedari kecil, Bagas harus melakukan sesuatu agar ia bisa mendapatkan apa yang dimau. Maka dari itu, semenjak ia mendengar pembicaraan Feli dan Iren di rooftop, saat itu pula Bagas telah membulatkan tekadnya.

"Bagas bakal ambil sekolah hukum dan lanjutin jejak Papa."

Arga menahan tawanya, dia bangkit dan menghampiri Bagas. Menepuk kedua bahu putranya, lalu menjajarkan wajah mereka. "Bagas, apa yang kamu rasain sekarang itu cuma cinta monyet. Setelahnya, kamu pasti bakal menyesal sama keputusan yang kamu ambil tadi."

Bagas langsung menggeleng. "Bagas gak akan menyesal, Bagas bener-bener serius, Pa!"

Arga tersenyum sembari menggeleng. Dia berdiri di hadapan sang putra sambil menyilangkan kedua tangannya. "Bagas, sudah banyak bujuk rayu yang Papa kasih ke kamu, tapi kamu tetep menolak buat ikutin jejak Papa juga kakakmu, lalu sekarang kamu tiba-tiba berubah hanya karena seorang gadis. Papa gak mau ambil resiko."

"Papa bisa buat perjanjian di atas materai kalau gak percaya sama ucapan Bagas. Papa boleh kasih hukuman kalau Bagas terbukti ingkar!" tantang Bagas dengan wajah serius.

—🦋🌻

Menurut kalian cinta yg bagas rasain cinta monyet bukan?

Dear Bagas: Ayo Balikan! || 2023 ✓Where stories live. Discover now