10. Hukuman Yang Pantas

18 3 0
                                    

Azika terbangun dari tidurnya yang sudah beberapa jam, hingga sekarang memasuki pukul 05.58.

Sesekali ia mengucek kedua matanya, mencari-cari keberadaan seseorang yang bersamanya pagi tadi. Siapalagi jika bukan Malio.

"Malio udah pulang ya?" gumam Azika dengan raut wajah murungnya.

Pintu Ruang UGD terbuka, menampakkan dua pasangan suami istri paruh baya yang membawa nampan berisi bubur, dan dua iris pisang.

"Kamu udah bangun?" tanya Kirana, menaruh nampan itu di atas meja samping brankar.

Kirana mengambil sesendok bubur, lalu menyuapi Azika yang terduduk lemah di atas brankar. "Ayo makan dulu."

Azika menggeleng. "Enggak laper, Mah." tolak nya.

Kirana menghela nafas pelan, Naratama menghampiri istri dan putrinya itu.

"Sedikit aja, kamu belum makan apapun daritadi pagi" perintah Naratama mengelus pundak Azika.

Azika menatap bubur yang tidak berselera itu, dirinya benar-benar kehilangan nafsu makan.

"Kapan aku bisa pulang pah?" tanya Azika yang bukannya memakan bubur yang disuapi Kirana.

"Kata dokter, dua hari lagi" jawab Naratama.

"Ayo makan" ajak Kirana, Azika kemudian membuka mulutnya, dengan perlahan Kirana memasukkan bubur itu ke mulut Azika.

Sembari berusaha mengunyah bubur yang tidak ada rasanya itu, Azika berbalik ke arah jendela menatap matahari terbenam.

Tiba-tiba ia teringat dengan Malio, dipikirannya hanya ada Malio, Malio dan Malio.

*****

Vanya menggigit jari telunjuk nya, memikirkan cara agar Vandra tidak membongkar perlakuan jahat yang ia lakukan terhadap Azika. Pusing, lelah, sedih, semua bercampur aduk.

Bukannya memikirkan keadaan Azika, ia malah memikirkan cara agar dirinya tidak ketahuan.

"Vandra sialan" gumam samar Vanya, merasa dendam terhadap Vandra.

Tring

Handphone Vanya sedari tadi berbunyi, memunculkan satu persatu notifikasi dari grup WhatsApp.

Vanya sontak membulatkan kedua netranya, bagaimana tidak Vandra sudah sangat lancang menyebarkan video bukti bahwa pelakunya adalah Vanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Vanya sontak membulatkan kedua netranya, bagaimana tidak Vandra sudah sangat lancang menyebarkan video bukti bahwa pelakunya adalah Vanya.

"Kurang ajar, berani-beraninya dia ngirim video itu di grup WhatsApp?"

Vanya benar-benar bingung, tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang, hanya teman-teman nya yang bisa membela nya saat ini, dan untuk yang lain... mungkin mereka sudah tidak percaya lagi pada Vanya.

Lovhord [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang