Bagian 75. DIAM BUKAN GAYANYA

1K 302 14
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bismillahirrahmanirrahim.

Hari ini ada obat dan tindakan yang harus dibayar sebesar 1.630.000. Udah nyaris gila saya sampai berpikir, benar tidak sih saya kuat menghadapi ini semua? Saya sampai meragukan semuanya. Bertanya sana sini apa benar-benar biayanya sebesar itu? Dan ada yang menjawab : ”Itu belum seberapa, Bu. Saya sudah habis-habisan juga.”

Tolong dibantu ya teman-teman. Saya tidak tahu harus minta tolong siapa lagi. Jangan bertanya saya sudah ke mana saja. Pokoknya saya sudah ke mana-mana.

Tolong bantu saya teman-teman [ 6281263649 BCA a/n NIKEN ARUM DHATI ]

Sudah kopyor rasanya. Kami berdua, saya dan suami itu sampai tidak bisa bicara apa-apa lagi. Mau diserahkan ke mana anak ini ya Allah? Apa ini satu lagi titipanMu ya Allah...

Tolong kami teman-teman...

*

Perjalanan 56 kilometer yang ditempuh dalam waktu 1 jam 25 menit membawa Gempar dan Andi ke sebuah tempat yang membuat mereka mau tak mau merapatkan jaket dan penutup kepala mereka.

Dusun Butuh, Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Magelang.

Dusun Butuh, Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Magelang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih terlalu pagi untuk sebuah kunjungan. Mereka berhenti di jalan utama dan menatap kejauhan. Dusun Butuh terletak di lembah membuatnya unik dengan rumah yang seperti sawah tampak siring. Lampu-lampu masih menyala. Baru satu dua orang penduduk yang keluar dari rumah dan berdiri di halaman. Sebuah motor turun dengan hati-hati. Seorang tukang ojek online membawa penumpang seorang mbak-mbak. Mungkin wanita itu akan pergi bekerja ke kota.

”Ngopi dulu saja Mas sambil menunggu subuhan. Kita benar-benar tidak mengenal siapapun di sini jadi yah...belum ada yang bisa kita lakukan sekarang.”

”Benar.” Gempar menatap sekelilingnya dan menghela napas lega melihat sebuah warung sederhana di tepi jalan masuk yang masih buka. Mungkin warung itu buka 24 jam.

Gempar turun dari mobil dan memberi kode pada orang-orang nya untuk turun. Enam pria turun dari mobil dan berusaha tidak menarik perhatian. Berusaha bersikap biasa saja. Gempar melangkah ke warung diikuti oleh Andi. Mereka memesan 8 gelas kopi dan duduk di bale-bale panjang di depan warung itu. Dua orang pria sepuh bercengkrama menyesap kopi pagi mereka. Sepertinya mereka mendapatkan jatah ronda semalam.

GEMPAR AND THE COFFEE THEORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang