Part 2

3 1 0
                                    

Beberapa jam kemudian akhirnya bel pulang pun berbunyi yang membuat para siswa-siswi seketika berbondong-bondong keluar kelas begitupun Claudya dan para sahabatnya. Setelah sampai di parkiran merekapun bergegas menaiki kendaraan masing-masing.

"Clau mau pulang bareng gak?." Tanya Nesya karena kebetulan hari ini dia membawa mobil kesekolah.

"Nggak Nes, soalnya tadi pagi nyokap bilang bakal  ngejemput paling bentar lagi juga nyampe." Jawabnya membuat Nesya mengangguk.

"Emang motor kesayangan lo kemana? tumben banget gak dibawa." Celetuk Devina membuat yang lain mengangguk setuju.

"Ho'oh, bener kata Devina tuh Clau." Seru Sherly.

"Kebetulan tadi pagi waktu mau berangkat, bensin motor gue abis jadi kepaksa deh minta anterin nyokap." Jelas Claudya membuat yang lain paham.

"Yaudah, sono balik ngapa malah bengong." Usirnya pada para sahabatnya.

"Emang lo gapapa nunggu sendirian?." Tanya Zhafira.

"Gapapalah anjir lebay banget lo pada, lagian gue gak sendiri masih banyak anak-anak lain yang nunggu jemputan." Ucapnya membuat Devina kesal.

"Lebay-lebay matalo, ini karna kita-kita sayang dan peduli bukan lebay goblok!." Ucap Devina sarkas.

"Hehehe, canda kali gue Dev sensian amat dah." Cengir Claudya membuat Devina memutar kedua bola matanya malas.

"Yaudah kalau gitu kita duluan yah Clau, kalau ada apa-apa kabarin kita." Ucap Nesya kemudian mulai masuk kedalam mobilnya dan mulai menjalankanya keluar area sekolah yang disusul motor Sherly, Zhafira, dan Devina di belakangnya.

Melihat para sahabatnya sudah menghilang dari tatapannya, Claudya pun mulai berjalan menuju halte.

Sesampainya dihalte Claudya duduk dan termenung kembali mengingat perkataan Prof. Wartono saat dikelas pagi tadi.

"Jadi gini nak, maksud perkataan bapak tadi setelah melihat garis tangan mu yang dapat bapak simpulkan bahwa hari dimana kamu dilahirkan kedunia ini merupakan hari yang sama dimana kedua orang tuamu memutuskan untuk berpisah." Tutur Prof. Wartono.

'Deg'

Mendengar penuturan dari Prof. Wartono, seketika  debaran jantungnya berpacu dengan cepat dan lidahnya terasa kelu.

Claudya bingung harus merespon seperti apa, banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul dikepalanya.

'Apa maksud semua ini?'

'Apakah benar yang diucapkan Prof. Wartono barusan?'

'Apa gue anak pembawa sial?'

'Apa gue penyebab kedua orang tua gue cerai?'

'Kalau memang benar itu artinya gue bener-bener anak pembawa sial bagi mereka."

'Tapi kenapa?! Kenapa harus gue?!.'

'Gue gak tau apa-apa dan gue juga gak punya salah sama sekali kepada mereka, tapi kenapa mereka setega ini?.'

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 31 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Moonless NightWhere stories live. Discover now