DYLM 31

640 37 2
                                    

Bab 31: Hilang dan Pulang

***

Carlos kembali ke apartemennya dengan perasaan bahagia. Sejak di jalan, ia terus membayangkan ekspresi wajah Rion saat memakan kue manis yang telah ia beli.

Namun di luar dugaan, yang ia dapati hanyalah kekosongan di dalam unit itu. Tak ada satu pun orang di dalamnya. Rion menghilang.

"Ri-Rion? Sayang?" panggil Carlos. Ia panik, namun berusaha untuk berpikiran positif. Untuk sesaat, ia panik karena baru menyadari bahwa dirinya meninggalkan kunci apartemen.

Carlos terdiam, kemudian berlari ke dalam kamar. Kamar itu berantakan. Buku-buku yang awalnya tersusun rapi di rak, kini menghilang semuanya, tidak menyisakan satu pun kertas.

Panik. Carlos benar-benar panik. Dengan wajah pucatnya, ia berlari ke kamar mandi, berharap bahwa Rion berada di sana. Namun nihil, tak ada satu pun orang di sana. Bahkan benda-benda yang Rion beli, semuanya ikut menghilang.

Ponsel, Carlos berpikir bahwa ia dapat men-track ponsel pria manis itu. Tapi sial, Rion tidak membawa ponselnya. Pria manis itu meninggalkan ponselnya di atas tempat tidur dalam keadaan teriset ulang.

Tidak ada petunjuk. Carlos benar-benar tidak tahu ke mana istrinya pergi. Mungkin sudah cukup jauh.

Namun saat Carlos membalikkan ponsel tersebut, ia mendapati secarik kertas di dalam case ponsel. Membukanya, Carlos segera tahu bahwa ini adalah tulisan tangan Rion.

***

Di sisi lain, Rion menghela lega napasnya. Ia sudah terbebas dari jeratan Carlos untuk yang kedua kalinya. Namun, masih ada yang mengganjal dalam hatinya.

"Kenapa kamu bantu aku, Rey? Bukannya kalian... eum, temenan?" tanya Rion seraya melirik Rey yang tengah mengendari mobilnya.

"Pertemanan nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan uang, Rion," jawab psikolog muda itu dengan ambigu.

"Hah?" Rion menatapnya untuk sementara waktu. Rasa penasarannya jelas membuatnya tersiksa. Akan tetapi, dirinya sadar bahwa itu bukanlah ranahnya untuk mengurusi urusan orang lain. Yang terpenting saat ini adalah; dirinya selamat dan tak harus berpura-pura lagi.

Tak lama berselang, mereka sampai di sebuah kediaman yang cukup jauh dari kota. Tempatnya berada di antara hutan-hutan. Harus melewati beberapa pemukiman hingga akhirnya bisa sampai di tempat ini.

Waktu menunjukkan pukul setengah sebelas malam.

Di gerbang, mereka disambut oleh beberapa penjaga yang mengizinkan keduanya untuk masuk. Rey hanya mengangguk dan memarkirkan mobilnya di depan halaman rumah.

"Ini... di mana?" tanya Rion.

"Rumah seseorang yang mungkin kamu kenal," jawab Rey. Tatapan matanya berubah.

"Si-siapa?" tanya Rion. Jantungnya berdegup kencang.

Rey tidak menjawab, dan lebih memilih untuk mengetuk pintu. Tak lama menunggu, seseorang dengan wajah oriental membukakan pintu. Mata Rion berbinar seketika.

"Haruko!" serunya. Ia segera memeluk sosok yang ada di hadapannya itu, melepas rasa rindu yang membuat hatinya sesak.

Haruko terkejut, namun tetap membalas pelukannya. Tangannya yang hangat mengelus puncak kepala Rion dan membelai punggungnya dengan lembut.

"Welcome home, Ryo."

***

"AHH AKHIRNYA KELAR!" seru Cathrina. Di hadapannya, terdapat beberapa tumpukan kertas yang menjulang tinggi. Akhir-akhir ini, wanita itu memang sering dilanda oleh kesialan. Tugasnya kian menumpuk karena mencari keberadaan Rion. Namun setelah mempekerjakan Rey, semuanya kembali seperti semula.

"Oh iya, gue belum sarapan," gumamnya.

Cathrina memang sudah pulang ke tanah air sejak beberapa munggu yang lalu, meninggalkan tugasnya yang sudah cukup banyak. Dan hari ini, semuanya telah selesai dan ia dapat beristirahat dengan tenang.

Sampai ponselnya berbunyi. Terdapat panggilan dari kakak tercintanya, Carlos.

Cathrina memutar bola matanya. Sebenarnya ia benar-benar enggan untuk mengangkat panggilan tersebut. Tapi mau bagaimana lagi? Jika wanita itu menghindar, bisa saja Carlos akan semakin mencurigainya.

"Ha--"

"Rion di mana? Lo lagi kan yang ambil dia?!" tanya Carlos, berseru kesal.

"Hah?" Cathrina hanya ber-hah. Karena faktanya, ia tidak tahu ke mana Rey membawa Rion pergi. Mungkin saja ke kediaman Haruko, tapi entah yang mana. "Ya mana gue tau?! Yang culik dia siapa?! Lo kan? Harusnya lo tau lebih baik dari gue!" bentak Cathrina.

"Lo jangan bohong. Gue ta--"

"Kalau lo tau, lo nggak akan nanya ke gue ya bangsat," sela wanita itu. Tugasnya sangat banyak, dan itu tentu saja, membuatnya benar-benar stres. Dan setelah semuanya selesai, bukannya tenang, ia malah semakin stres karena kakaknya yang tiba-tiba tantrum lalu menyalahkan dirinya atas hal yang tidak ia ketahui.

"Haruko. Di mana tempat Haruko tinggal? Tolong, sekali ini aja, bantu gue..." pinta Carlos dengan nada seakan memohon.

"Nggak," jawab Cathrina, singkat, padat, dan jelas. "Gue nggak akan pernah kasih tau. Rumah Haruko itu banyak tau nggak?! Bahkan ada tempat yang gue sendiri nggak tau! Cari aja sendiri. Gue nggak mau bantuin lo!" seru Cathrina, lantas mematikan sambungan tanpa aba-aba.

"Makan tuh karma. Suruh siapa goblok?" desisnya.

***

To be continue...

Tolong beritahu bila ada typo ya, semuanya :).

Apa impresi kalian untuk bab kali ini? Silahkan beri komentar kalian di sini >>>

Terimakasih telah membaca.

Don't You Love Me? [BL] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang