DYLM 34

821 41 7
                                    

Bab 34: I Love You, Goodbye

***

[POV Carlos]

Aku menghela napasku. Hari ini adalah sehari sebelum pengadilan dimulai, dan hari ini pula, aku akan kembali bertemu dengannya.

Sejujurnya aku merasa gugup, juga berharap bahwa dengan keajaiban, Rion mau kembali padaku. Namun sepertinya, itu mustahil. Bahkan keajaiban pun belum tentu berpihak padaku.

Dunia tidak adil, itulah yang mereka katakan. Mereka berpikir demikian karena merasa bahwa kesialan dan rintangan yang mereka hadapi terjadi tanpa sebab. Walau nyatanya, setiap tindakan yang kita lakukan akan menimbulkan hasil ke depannya, sekecil apa pun itu.

Dan inilah yang terjadi padaku. Hal yang kukira sepele--dan telah aku lakukan selama delapan tahun--kini telah membuahkan hasil. Aku mendapatkan hal yang pantas aku terima.

Rion telah memberikan kesempatan padaku. Bukan sekali dua kali, namun sudah berkali-kali. Ia sudah menaruh banyak harapan padaku, namun kubiarkan begitu saja, berpikir bahwa itu tidaklah penting.

Namun nyatanya, kini itu adalah hal yang paling berharga untukku. Jika saja dia masih menaruh sedikit harapan padaku, aku bisa saja mengambil hatinya kembali. Tapi kini, itu semua mustahil. Harapannya telah terkikis habis oleh rasa sakit. Cintanya padaku telah layu, mati, tak dapat mekar kembali.

Yang bisa kulakukan sekarang hanyalah menerima segalanya dengan lapang dada. Tapi, aku akan tetap mencintainya. Aku akan tetap melihatnya bahagia, walau dari jauh.

Aku... akan terus mencintainya, sama seperti dia yang selalu mencintaiku.

***

Aku berdiri di depan pintu rumah Haruko. Ah, tidak. Mansion ini terlalu besar untuk disebut sebagai rumah, lebih cocok untuk disebut sebagai istana.

Aku termangu, menunggu Haruko membukakan pintu. Tak lama kemudian, pintu terbuka, menampilkan Haruko dengan pakaian kasualnya, seperti yang biasa ia kenakan saat bertemu denganku.

"Silahkan masuk," ujarnya.

Aku mengangguk. Kakiku melangkah masuk dengan sendirinya. Kepalaku menoleh ke sana kemari, bukan memperhatikan desain interior dalam rumah ini, melainkan menerka-nerka keberadaan Rion.

"Dia nggak ada di sini," celetuk Haruko. "Dia ada di kamar lantai bawah," tambahnya.

Aku hanya mengangguk pelan. Ternyata, rumah ini memiliki lantai dasar yang tidak terhubung dengan halaman luar. Cukup unik dan membingungkan.

"Semenjak hamil, dia sulit untuk sekadar berjalan. Makanya dia tinggal di lantai paling dasar. Ada dapur, kamar mandi, ruang keluarga, semua yang dia perlukan sudah disiapkan. Jadi, dia nggak perlu repot-repot naik-turun tangga," jelasnya.

Aku hanya diam. Haruko sepeduli itu padanya. Bahkan, aku, suaminya sendiri pun tidak bisa melakukan hal sekecil ini saat kami masih bersama. Aku justru membuangnya ke gudang, membiarkannya tidur beralaskan lantai dingin nan kotor.

Membayangkan hal itu saja membuatku meringis, apa lagi jika merasakannya langsung.

Jadi, aku tidak heran mengapa Rion tergila-gila pada Haruko. Jawabannya cukup jelas. Dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang yang cukup. Batinnya merengek, menginginkan seseorang untuk menjaga dan melindunginya. Ia ingin disayang. Dan semua itu telah Haruko berikan. Semua pertama kali-nya ia lakukan dengan Haruko, kecuali bersetubuh.

Don't You Love Me? [BL] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang