Pembantaian

11 8 0
                                    

"Agrh! pelan-pelan bu." Aku merengek, ketika ibu mencoba mengobati luka yang ku dapat semalam. Rasanya pedih dan sakit, di saat ibu dan tabib istana berusaha mengeluarkan duri berukuran 3cm untuk di keluarkan dari sisi kulitku yang terbuka.

"Sudah ibu bilang, jangan keluar. Tapi kau acuh terhadap perintah ibu." Aneh. Ibu terlihat biasa saja. Aku pikir ibu akan marah ketika tau aku kabur dari istana. Aku menatap ibu dengan seksama, melihat raut wajahnya untuk memastikan apakah dia benar-benar tenang.

"William, kembalikan ini pada anak perempuan itu." Ibu terkekeh kecil, ketika memberikanku lipatan pita sutra milik Victoria. Aku tak paham apa maksud ibu, tapi ia terus memandangku dan menanyakan keadaan si kucing aneh itu.

"Akan ku kembalikan malam ini bu. Apa ibu mengizinkannya?"

"Tentu sayang. Pergilah sendiri, ibu dengar ayahmu melarang seluruh anggota kerajaan untuk keluar malam ini."

"Mengapa ayah melarangnya?"

"Ibu tak tau pasti. Ibu pun heran, tapi dengarkan saja apa kata ayahmu."

Ibu tersenyum padaku, tak selang lama ia meninggalkan kamarku dan berpesan untuk keluar istana dengan hati-hati.

Malam telah tiba. Aku bersiap keluar dengan baju lusuhku. Aku harap penyamaran kali ini akan sukses kembali. Aku berjalan, melewati kamar perdana menteri, sesaat aku berjalan terdengar kata-kata yang cukup membingungkan.

"Akan ku bawakan kepala dan jasad mereka dengan tanganku sendiri sesuai perintah paduka."

"Kepala? jasad?" Batinku keheranan. Aku bertanya-tanya siapa yang akan di penggal malam ini? dan apa kesalahan yang mereka perbuat. Tak ingin larut dalam kebingungan, akhirnya aku pun memutuskan untuk segera pergi menemui Victoria.

****

"Hei apa yang kau lakukan kemari?" Tanya Victoria Padaku. Dia terlihat heran, mungkin karna untuk pertama kalinya aku menemuinya malam hari.

"Ayo ikut aku!" Dia meraih tanganku, kemudian mengajakku bersembunyi di balik pagar.

"Ayahku melarang orang luar masuk ke rumah saat ini. Jangan tunjukan dirimu, atau semua pelayan akan di marahi." Ucapnya gelisah. Ia terlihat murung dan khawatir. Entah apa yang di pikirannya pada saat itu.

"Victoria, aku ingin-"

"BUKA GERBANGNYA!" Belum sempat mengeluarkan pita yang ada di saku ku, ucapanku terhenti ketika mendengar suara segerombolan orang berteriak tak sopan ke tempat kediaman keluarga Victoria.

"Tunggulah disini. Jangan keluar." Ucapnya sesaat sebelum dia meninggalkan ku.

Aku melihatnya dari kejauhan, menyaksikan apa yang terjadi pada saat itu.

"Siapa disana?" Tanya salah satu pelayan.

"Buka pintunya ini perintah raja!" Teriak salah satu orang dari segerombolan manusia misterius itu.

"Tunggu. Bukankah raja sudah wafat dengan cara tak wajar kemarin? dan ia tak pernah berbicara sebulan sebelum kematiannya. Aku yakin, karna aku sendiri memantau keadaan raja sampai akhir hayatnya. Aneh."

Batinku kembali terheran, banyak kejanggalan malam ini. Pertama, ayah tiba-tiba melarang seluruh anggota kerajaan untuk keluar istana. Kedua, aku mendengar obrolan janggal dari kamar wakil perdana menteri. Dan ketiga, seperti mereka adalah prajurit dari istana.

LOST MY PROPERTY Where stories live. Discover now