3. pembicaraan.

9.5K 713 10
                                    

Setelah makan malam, keluarga Gallardo berkumpul di ruang keluarga, untuk membicarakan tentang sekolah Lachio.

"Bagaimana? Apa bayi ini sudah mendengarnya?"

Lachio hanya diam, dia mau hanya saja dia malas, dia tau betul tujuan mereka menyekolahkannya umum.

Mereka semua menatap Lachio, menunggu apakah si kecil itu setuju untuk bersekolah.

Lachio duduk di sofa tunggal, disamping kirinya ada Diavolo dan Levi, dan samping kanannya ada si kembar.

Levi paham, adiknya tak mau. "Jika kucing ini tak mau, maka tak usah lakukan"

Mereka semua pun mengangguk setuju, mereka akan mencari cara lain jika si kecil tak ingin bersekolah.

Lachio menghela napas panjang. "Chio mau, apa Chio akan mulai sekolah lusa?"

Mereka semua bernapas lega, tapi juga sedikit khawatir, apa si kecil ini benar-benar mau?

Demon yang kebetulan berada di dekat Lachio, dia menggenggam tangan kecil adiknya. "Iblis kecil ini benar-benar mau? Jika hanya demi kami, iblis kecil ini tak perlu melakukannya, hm?"

Yang di ucapkan Demon benar, jika hanya demi mereka, Lachio tak perlu melakukannya.

"Aku mau, demi diriku sendiri" Lachio mengatakan itu dengan tatapan penuh arti.

Lachio menatap semua anggota keluarganya, tatapan hangat penuh kasih sayang itu tak pernah hilang. Dia tau posisinya, apa yang harus dia lakukan, apa akibat dari apa yang dia lakukan, Lachio tau itu semua, maka dari itu dia mau bersekolah umum dan sedikit mengurangi kebiasaannya yang suka kabur itu.

Keluarganya tak akan memarahinya, Lachio tau itu.

Lucifer bangkit lalu duduk bersimpuh dan memeluk dua kaki Lachio.

Lucifer mendongak, menatap lembut pada netra sapphire itu lembut. "Sungguh?"

Lachio mengangguk yakin. "Iya! Aku bersungguh-sungguh, percayalah~"

Levi mengangguk kecil. "Tentu, kami mempercayai kucing kecil ini."

"Jadi, aku akan bersekolah lusa?" Lachio menatap mereka semua, tatapan polos penuh penasaran.

"Tentu, besok bayi ini harus beristirahat total, bayi ini tak boleh keluar mansion untuk besok. Apa bayi ini mengerti?" Diavolo berbicara dengan lembut dan berhati-hati, takut-takut kalau dia bicara yang salah itu akan menyakiti bayi kecilnya.

Lachio mengangguk cepat, rambut halus itu ikut bergerak, lucu.

"Sudah waktunya tidur. Ayo, bayi ini tak boleh tidur terlalu malam."

Diavolo bangkit dari duduknya lalu mengangkat Lachio dalam gendongan ala koala, berjalan menuju lift untuk pergi ke lantai atas.

"Kalian juga beristirahatlah. Selamat malam." Setelah mengucapkan itu pada dua adik kembarnya, Levi pergi untuk beristirahat.

"Selamat malam." Jawab dua orang itu kompak.




Diavolo mendudukkan Lachio di tepi kasur dengan dia yang bersimpuh sembari menggenggam tangan kecil itu dengan lembut.

"Apa bayi ini tak apa-apa? Selama berjauhan dengan papa. Apa semuanya baik-baik saja?" Bukan tanpa alasan Diavolo berkata seperti itu, dia memang menempatkan banyak orang untuk menjaga putra bungsunya ini, juga dengan keberadaan Hidam dan Mark seharusnya dia tentang, hanya saja Lachio orang yang tak tau apa itu bahaya dan rasa sakit, jelas Diavolo khawatir. Bukan tak mungkin bahwa orang-orang suruhannya lengah.

Lachio menatap sang papa dengan lembut, membalas genggaman tangan itu tak kalah erat. "Papa, maaf sudah membuat papa khawatir. Chio akan mengurangi kebiasaan Chio yang cukup merepotkan itu."

Diavolo menggeleng cepat. "No. Bayi ini tak pernah merepotkan siapapun, jangan berkata seperti itu."

Lachio mengangguk kecil, dia menarik sang papa agar ikut duduk di sampingnya. "Papa, terimakasih! Chio menyayangi papa!" Ucap Chio memeluk erat tubuh sang papa.

Diavolo juga membalas tak kalah erat, hatinya menghangat, dia senang. Setidaknya Monica tak pergi meninggalkannya dalam kekosongan.

"Papa juga sangat menyayangi bayi papa ini!" Diavolo mencium pucuk kepala Lachio penuh kelembutan.

Diavolo meregangkan pelukannya, menatap lembut netra sapphire yang cukup membuatnya tenang. "Ayo. Bayi ini harus gosok gigi, lalu tidur."

Setelah beberapa menit mereka keluar dari kamar mandi dengan menggunakan piyama yang senada, piyama berwarna coklat dengan motif beruang.

Diavolo berbaring, lalu menarik Lachio untuk masuk kedalam pelukannya, menepuk pelan punggung kecil itu, dan mencium pucuk kepala itu berkali-kali.

Nyaman dengan posisinya dan apa yang dilakukan sang papa. Kantuk mulai menghampiri Lachio, mata itu perlahan mulai sayu, lalu tertutup rapat, dia terlelap.

Diavolo tersenyum lembut, napas teratur dan dengkuran halus itu menandakan bahwa Lachio sudah benar-benar terlelap.

"Chio. Chio harus hidup dengan bebas dan melakukan apapun yang Chio mau, papa akan bereskan sisanya. Chio hanya harus tau bahwa Chio tak akan kesulitan dan hanya akan bahagia. Papa akan melakukan apapun agar Chio tetap bahagia, papa janji."

Diavolo menatap wajah mungil yang terlihat sangat menggemaskan dan cantik, dia menyingkirkan anak rambut yang mungkin akan mengganggu tidur putra bungsunya, mencium seluruh wajah itu dengan hati-hati.

"Selamat malam, Chio." Diavolo memejamkan matanya dan semakin memeluk erat tubuh kecil itu.



Just imagination ✨

WE DON'T KNOW Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang