42. Masih Menunggu Jawabanmu

514 32 0
                                    

🌞🌞🌞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌞🌞🌞

"Apakah kamu mengenal saya? Hm?"

Sontak Dafiya seketika langsung mendongakkan kepalanya. Kedua bola matanya membulat sempurna saat ia mulai melihat wajah jelas pria itu.

"Kamu...kamu---"

Ia yakin, Dafiya pasti akan mengenalinya. Gadis itu pasti akan terkejut, tak menyangka bahwa akhirnya tuhan mempertemukannya lagi dengannya.

"Kamu siapa?"

Dafiya menaikkan kedua alisnya.

Anehnya, malah Sakha yang dibuat terkejut. Dafiya tak mengenalinya? Bagaimana bisa? Tapi sebenarnya bisa bisa saja gadis itu tak ingat karena sudah tujuh tahun lamanya dan mungkin memang benar bahwa Sakha bukanlah orang penting dihidupnya sehingga Dafiya semudah itu melupakannya.

Dafiya menyipitkan matanya.

"Kenapa kamu berani-beraninya melamar saya?"

Sakha mengusap wajahnya gusar, ini malah semakin rumit.

"Kamu serius tak ingat saya?"

Dafiya menggelengkan kepalanya.

Sakha berdekhm pelan, wajah setampan ini bisa-bisanya dilupakan, pikirnya. Sepertinya memang benar, selama ini Dafiya tak sama sekali memiliki perasaan padanya.

"Dokter! Dokter! Gaswat dokter!"

Saga berlari kecil dari arah belakang tubuh Sakha. Nafasnya ngos-ngosan, setelah ia menghentikan langkahnya tepat disamping pria itu.

Lantas, Sakha yang mendengar namanya dipanggil dengan segera ia menoleh.

"Ada apa?"

"Di sana ada pasien yang membutuhkan pertolongan secepatnya. Ayo dokter!" ajak Saga.

Sakha menghela nafasnya pelan, sebelum ia pergi pria itu sempat melirik Dafiya sekilas.

"Yaudah, ayo!"

Sakha pun akhirnya pergi meninggalkannya.

Dafiya terdiam. Otaknya terus memutar, memikirkan siapa dokter itu, wajahnya tampan rasanya terlihat tak asing juga.

Sedetik kemudian kedua mata Dafiya mulai terbelalak. Ia akhirnya ingat, wajah itu.

"Sakha? Dia Sakha?"

Dafiya menutup mulutnya tak percaya. Wajahnya memang sedikit berubah, semakin terlihat tampan apalagi jika ia memakai jas putih itu terkesan berwibawa sekali. Kepalanya menggeleng masih tak percaya, pantas saja dokter itu terlihat aneh dari awal sikapnya ternyata dia adalah Sakha, teman SMA nya dulu yang sempat membencinya.

Tapi bagaimana mungkin Sakha tiba-tiba melamarnya seperti ini? Bukankah dulu ia sempat membencinya ataukah perasaan benci itu bisa berubah menjadi cinta?

Away to Guard [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang