10

774 135 15
                                    

.
.
.

Seperti perbincangan dirinya dengan Tontawan kemarin. Mereka berdua sedikit menjaga jarak.

Lebih tepatnya Tontawan yang menjaga jarak.

"Lo berantem sama Tu?" Tanya Namtan sedikit melirik ke arah gerombolan Love dan kawan-kawan yang sedang makan.

"Engga." Sahut Milk seadanya.

"Halah tai." Ejek Namtan menyenggol lengan Milk agar gadis itu berkata jujur.

"Cuma jaga jarak aja."

"Oh."

Milk mengkerutkan alisnya bingung.

"Kok lo ga penasaran kenapa?"

"Buat apa? paling juga alasannya ketebak." Ucap Namtan menopang dagunya sambil mengaduk minumannya.

"Apa emang?"

"Dia mau nyoba move on dari lo kan?"

"Kok lo bisa tau?"

"Yaelah ketebak banget anjir." Sahut Namtan.

"Berawal dari Tontawan yang masih suka sama lo. Dan lo sekarang deket sama Love, sampe kadang jarang ngabisin waktu buat Tontawan-"

"Sampe Tontawan sering bawain gua makanan."

Mendengar kalimat terakhir dari Namtan, alis Milk kembali terangkat.

"Maksudnya?"

"Lo akhir-akhir ini sering nolak ajakan makan dia kan? ya makanan itu jadi disumbangin ke gua." Jujur Namtan, menurutnya Milk harus tau fakta soal ini.

Milk hanya diam, perlahan melirik ke arah meja Love dan kawan-kawan.

Love dan Tontawan asik bercanda seolah tidak terjadi apa-apa.

Ya memang Love tidak tau sih soal fakta Milk dan Tontawan sekarang berjauhan.

"Jadi lo sama Love gimana?" Tanya Namtan begitu Milk kembali fokus ke makanannya.

"Gimana apanya anjir?"

"Kapan jadian?"

"Lo udah gila?!" Heboh Milk hampir memukul Namtan dengan sendoknya.

"Salah mulu."

"Stress."

Namtan mengerucutkan bibirnya kesal. Malas menanggapi Milk lagi.

.
.
.

Milk melihat lurus ke pintu masuk gedung fakultas kedokteran.

Seperti biasa, sudah ada Love disana.

Menunggu dirinya.

"Hai." Sapa Milk pelan begitu sampai di depan Love.

Yang disapa langsung tersenyum manis. Namun alisnya langsung terangkat begitu melihat seseorang yang berjalan sedikit jauh dari Milk.

"Hai Tu!!" Love melambaikan tangannya.

Tontawan tersenyum manis membalas sapaan Love.

Tapi gadis bermata bulat itu ikut tersenyum ke arah Milk.

Seolah tidak ingin Love tau bahwa dirinya dan Milk sedang bermasalah.

Milk mau tak mau ikut tersenyum untuk mengindari kecurigaan Love nantinya.

Setelah melihat Tontawan mulai menjauh, baru Milk buka suara.

"Jadi sering banget kesini." Sindir Milk sedikit menambahkan nada bercanda di ucapannya.

708!Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt