16

771 161 21
                                    

.
.
.

Cukup lama Milk menenangkan dirinya di taman rumah sakit.

Dari kejauhan Tontawan menatap Milk kasihan. Dia dan para teman-teman yang lain sudah mengetahui tentang apa yang terjadi pada Love.

Orang tua Love yang memberi tahu mereka tadi saat di depan ruangan Love.

Perlahan Tontawan menghampiri Milk, duduk disamping gadis tersebut.

"Hai."

Milk melirik sebentar lalu kembali menatap ke bintang-bintang.

"Lucu ya?" Lirih Milk pelan sambil tertawa pelan.

Seolah sedang menertawakan takdir.

"Orang seceria dia bisa-bisanya dapet penyakit kayak gini." Milk mendengus pelan.

Tontawan hanya diam, tangannya terangkat untuk mengelus punggung Milk.

Gadis dengan mata bulat itu tidak tau harus berkata apa.

"Gimana..."

"Gimana kalo dia nanti ninggalin gua Tu?" Lanjut Milk menatap Tontawan.

"Dia ga akan pernah ninggalin lo Milk, stop berfikiran yang engga-engga." Lembut Tontawan kembali mengelus punggung Milk.

Setelah cukup lama mereka berdua hanyut dalam pemikiran masing-masing, Milk perlahan berdiri.

"Ini udah malem, ayo lo gua anterin pulang." Ucap Milk mengulurkan tangannya.

Tontawan tertawa pelan lalu menepuk tangan gadis di hadapannya itu.

"Gue pulang sendiri. Lo mending samperin Love, kata Pawat dia udah sadar."

Mendengar ucapan Tontawan, kedua mata Milk langsung melebar.

"Gua duluan Tu."

Setelahnya Milk langsung berlari meninggalkan Tontawan yang tersenyum tipis.

.
.
.

Setelah sampai di ruangan Love, Milk dapat melihat Pawat yang sedang menemani si mungil.

"Eh Milk?" Ucap Pawat kemudian menyuruh Milk untuk mendekat.

Milk melirik ke arah gadis yang tersenyum tipis dengan muka pucatnya itu.

"Lo mau nemenin Love kan? Kalo gitu temenin dulu dong. Gua mau balik ngambil baju, bokap nyokap udah balik duluan soalnya tadi." Ucap Pawat tersenyum lalu menepuk pelan pundak Milk.

"Gapapa kan?"

Milk mengangguk pelan.

"Gapapa kak."

Setelah Pawat berpamitan dengan Love, ia pergi keluar dari ruangan.

Menyisahkan kedua insan yang sekarang hanya saling diam.

"Mata lo sembab." Bisik Love akhirnya mau buka suara.

Milk mengangkat pandangannya menatap gadis yang sekarang sedang tersenyum manis.

"Kelilipan." Asal Milk mengulum bibirnya sebentar.

Love tertawa pelan.

Ia tidak sebodoh itu.

"Jangan kebanyakan nangisin gue ah. Jadi jelek nanti." Ejek Love mengelus pelan pipi orang yang dicintainya.

"Gaada yang nangisin lo, pede."

"Dih gengsi banget." Balas Love mencubit pipi Milk.

Milk hanya mendengus pelan.

"Maaf ya kalo gue lemah." Lirih Love pelan bikin Milk sekarang natap mata gadis itu.

708!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang