Beberapa bulan kemudian.
Beberapa bulan telah mereka semua lalui. Di rumah, di kantor, di kampus dan dimana pun telah mereka lalui. Tak banyak hal yang terjadi kepada mereka, terkecuali pada Arthur dan Zaidan.
Hubungan antara Zaidan dan Arthur masih sebatas atasan dan asisten pribadi, namun Arthur yang semula-mula masih malu-malu terhadap Zaidan kini Arthur sudah mulai terbuka sedikit-sedikit pada Zaidan. Jarak diantara mereka kini semakin mengecil.
Seperti pada suatu malam itu, Arthur mengajak Zaidan untuk pergi makan malam sepulang dari kantor karena lembur.
"Terimakasih ya Arthur, sudah ajak saya makan di sini"
"Sama-sama pak, maaf kalau saya cuma ajak pak Zaidan makan ketoprak di pinggir jalan gini"
"Kenapa minta maaf? Makan kan bisa dimana aja"
"Ya tapi...pak Zaidan kalau traktir saya makan selalu di restoran mahal, sedangkan saya"
"Saya gak mikirin tentang itu, saya juga sebenarnya lebih suka makan di tempat seperti ini"
"Beneran pak?"
"Iya, malah kalau emang ada waktu saya selalu cari angkringan buat beli susu jahe"
"Saya pikir pak Zaidan gak suka di tempat kayak gini"
"Kenapa kamu mikir terlalu jauh sih"
"Maaf pak kalau pemikiran saya seperti itu"
"Kamu itu mirip sama seseorang yang saya kenal, selalu minta maaf buat segal hal yang dia lakukan"
"Seseorang?"
"Iya, orang yang pernah ada di hidup saya. Tapi dia udah lama pergi lebih dulu daripada saya"
"Maksudnya pak?"
"Pergi buat selama-lamanya"
"O-oh...."
"Tapi itu bukan masalah lagi sekarang, saya sudah ikhlas buat kepergian dia"
"Yang sabar ya pak, saya yakin pak Zaidan pasti dapat yang lebih baik dan yang layak buat pak Zaidan"
"Iya, terimakasih ya"
"Sama-sama pak, kalau pak Zaidan butuh apapun tinggal bilang ke saya ya pak. Sebisa mungkin saya bantu pak Zaidan nantinya"
Arthur tersenyum kepada Zaidan di bawa remang-remang cahaya lampu jalanan. Melihat Arthur yang tersenyum terlintas di benak Zaidan pada seseorang, yaitu putra.
"Iya, terimakasih"
"Sama-sama pak"
Lalu Zaidan dan Arthur melanjutkan makan malamnya dan setelah itu mereka langsung pergi dari sana, tapi sebelum itu Zaidan mengajak Arthur ke sebuah taman dengan view danau di tengah-tengahnya.
"Kenapa kita ke sini pak?"
"Saya cuma mau menenangkan diri sebentar, kamu gak keberatan kan?"
"Enggak pak, dengan senang hati saya akan temani pak Zaidan di sini"
Lalu Arthur dan Zaidan mencari duduk di sebuah kursi di pinggir danau yang menghadap ke arah danau tersebut. Keheningan malam dan angin yang berhembus lembut menerpa mereka berdua.
"Maaf kalau saya merepotkan kamu Arthur"
"Saya tidak merasa kalau pak Zaidan merepotkan saya. Malahan sebaliknya"
"Kamu kenapa bisa sebaik ini sama orang lain?"
"Maksudnya pak?"
"Maksudnya itu kenapa kamu bisa baik sama siapapun gitu"
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Chance [BxB]
Romancesequel cerita dari kisah Zaidan dan Putra, kali ini menceritakan tentang perjalanan cinta Zaidan yang baru dan bertemu dengan orang yang baru. Perjalanan hidup yang berliku-liku membuat Zaidan hampir menyerah pada keadaan, namun dengan dukungan dari...