Bricia 44🔮

7.1K 883 112
                                    

H̤̮a̤̮p̤̮p̤̮y̤̮ R̤̮e̤̮a̤̮d̤̮i̤̮n̤̮g̤̮!̤̮

●○●○●○●○

















Manik coklat madu itu mulai berkaca-kaca menatap nanar isak tangis gadis di depannya yang terdengar sangat menyayat itu, Romero menggeleng pelan, ingin berbicara dan bergerak memeluknya namun sekujur tubuhnya terasa kosong tak bernyawa.

Bricia tau, dia sekarang mengingat semuanya.

Tapi kenapa ... Kenapa ingatan itu datang lagi, aku udah meminta supaya ingatan menyakitkan itu hilang dari ingatan Cia, batin Romero merasa sudah dibodohin oleh perjanjian tersebut.

Ya, tidak ada yang bisa dipercaya oleh tipu daya setan, Romero.

"Sakit Daddy ... Tubuh Cia sakit ... Iblis itu, dia nyiksa Cia dia bunuh Cia ... Cia gamau lihat dia lagi tolong Cia ... Cia gamau lihat muka bajingan nya Daddy tolong ... " dalam pelukan Miller Bricia meraung menangis kencang, kepalanya mendonggak disembunyikan dileher sang Ayah dengan gelengan berkali-kali seraya tak henti berucap, "Sakit ... Dia jahat Daddy dia jahat ... Cowok brengsek itu-- Cia benci lihat wajahnya! Cia benci!"

"E--engga Cia denger Rome--"

"Pergi!!! Kalian tidak dengar putriku tidak ingin melihat putra sialan kalian!" sentak Miller melotot tajam seakan merasakan semua rasa sakit Bricia.

"Biarin Rome ngomong sama Cia Om Rome mohon--" permohonan dengan wajah memelas Romero malah membuat Bricia menjerit menutup telinganya, pria itu terkejut melangkah dengan perasaan kalut, "C--Cia ... Cia Rome minta maaf biarin Rome nebus semuanya--Lepas!"

Demetrio dan Tiara menahan kedua tangan Romero hendak mendekati ranjang Bricia, "Ayo keluar Rom biarin Cia tenang dulu, ayo."

"Engga Rome gamau biarin Rome bicara sama Cia," Demetrio abai dan terus menyeret tangan Romero yang berontak keluar pintu, "CIA! BIARIN ROME NEBUS SEMUANYA BIARIN ROME BALAS SAKIT CIA!!! ROME CINTA SAMA CIA! ROME SAYANG SAMA CIA! maaf ... Maafin Rome."

Berbarengan saat keluar Dokter segera masuk kedalam, Romero hendak menerobos lagi namun ditahan Demetrio hingga.

Bughh! Suara pukulan kuat menghantam sisi wajah Romero hingga pria itu terjatuh dengan lemas kebelakang, Tiara yang melihatnya segera mendekat dengan cemas membantu Romero, "Kendalikan diri kamu! Lihat! Cia trauma setelah dia ingat semua kejahatan kamu Rom, serapat apapun kamu menyembunyikan semuanya dari Bricia dia tetap akan ingat suatu hari nanti dan terbukti sekarang. Kamu harus ingat kalau luka yang kamu kasih ke dia bukan cuman luka fisiknya tapi perasaannya juga."

"Biarin Cia tenang dulu ya sayang, Cia baru bangun dari koma nya dia masih harus istirahat," lirih Tiara mengusap sisi wajah pucat dengan tatapan redup Romero, sebagai Ibu dia mengaku sakit melihat keduanya, "Nanti kamu bisa bicara baik-baik kalau Cia nya udah tenang."

"Cia sakit lagi gara-gara ingatan itu, Rome udah berusaha hilangin semua memorinya biar Cia gak inget bukan karena Rome gamau Cia lihat sisi jahat Rome, tapi Rome gamau Cia sakit lagi kaya gini ... semuanya salah Rome, Rome emang jahat, Rome minta maaf, seandainya Rome juga bisa ngehindarin itu semua Rome gaakan pernah lukain Cia ... Maafin Rome, Cia ... " tutur Romero menggigit ibu jarinya dengan tubuh bergetar samar.

Melihat itu Tiara segera menarik kepala Romero untuk dipeluk nya dari samping, Ibu satu itu mengusap sisi bahu Romero, "Bunda paham, Rome pasti cinta banget ya sama Cia? Rome bisa nunjukin semua usaha Rome buat luluhin Cia mulai sekarang. Lebih baik semua rahasianya terbongkar daripada terus tersembunyi sayang, kamu bisa berusaha keras, tunjukin kalau kamu mau nebus semua kesalahan kamu sama Cia. Tunjukin kalau Rome cinta sama Cia."

Bricia's world (Ending) Where stories live. Discover now