𝐁𝐀𝐆𝐈𝐀𝐍 𝟏𝟓: perlakuan

84 15 2
                                    

‼️ 𝗗𝗶𝗵𝗮𝗿𝗮𝗽𝗸𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗲𝗿𝗶
𝘃𝗼𝘁𝗲 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗱𝘂𝗸𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻 ‼️

Perlahan tapi pasti, Jaekyung berusaha untuk berjalan dengan berhati-hati dan usaha kerasnya kini membuahkan hasil yang sangat manis.

Ia bisa sampai ke rumahnya dengan selamat. Penanganan Kim Dan tak perlu diragukan lagi, Jaekyung tak merasakan rasa sakit yang berlebih seperti sebelumnya.

Dilemparnya tas berwarna hitam itu kearah sofa di ruang tengah. Jaekyung menghela nafasnya berat, penglihatan tajam nya itu mulai menelusuri ruangan besar ini, "Sial,"

"Hari ini sangat sial." Ia bergumam sebelum akhirnya kembali berjalan kearah pintu kamar tidurnya. Diputarnya kenop pintu kamar tidur itu dan perlahan mendorongnya.

Kedua alis Jaekyung seketika terangkat begitu melihat Jiyeon dengan keadaan lemah yang masih terlentang diatas kasur, dan tubuh telanjangnya hanya tertutup oleh selimut tebal.

Seharian ia berada disana? Tak mungkin. Apa yang membuat wanita itu sama sekali tidak bisa terbangun? Pertanyaan demi pertanyaan bodoh itu mulai timbul dalam pikiran Jaekyung.

Srak!

Jaekyung memandangi tubuh Jiyeon yang dipenuhi dengan bekas gigitan keunguan di sekujur tubuhnya, setelah ia menyibak selimut itu. Keadaan Jiyeon sudah seperti dipukuli orang yang ketahuan mencuri.

Mata Jaekyung juga menangkap keadaan bibir Jiyeon dengan darah yang setengah kering dan jelas kulit pada bibirnya itu terkelupas.

Perbuatan Jaekyung selalu berakhir membuat Jiyeon dalam keadaan mengenaskan seperti ini. Walaupun, kali ini adalah yang terparah. Sialnya, perasaan empati dan simpatinya terhadap Jiyeon yang tiba-tiba tumbuh tanpa diinginkan,

"Sial, ini lebih buruk..."

Kedua tangan Jaekyung dengan perlahan kembali membukus tubuh Jiyeon dengan selimut tebal ini. Dengan hati-hati, kedua lengan itu mengangkat tubuh lemah Jiyeon. Perlahan di dekapnya tubuh wanita itu sembari memperhatikan wajah pucat tersebut.

"Nona Kang, bangunlah.." Suara serak dan dalam yang dilontarkan secara lembut itu keluar dari mulut Jaekyung, tetapi tidak menimbulkan respon sama sekali dari yang diajak bicara.

Helaan nafas panjang dan berat lolos. Ini masalah, "Kang Jiyeon..."

Hanyalah rasa ketidakpercayaan yang kini menjalar di pikiran Jaekyung. Nyatanya dirinya ini sekejam itu membuat wanita yang tak bersalah hanya karena orang yang bersangkutan, agaknya Jaekyung pergi terlalu jauh untuk masalahnya dengan Heeseung.

Rasa frustasi kini membungkus diri Jaekyung. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk merebahkan kembali tubuh Jiyeon dengan balutan selimut tebal itu, dan perlahan berjalan kearah lemari untuk mengambil pakaian.

 Sampai akhirnya ia memutuskan untuk merebahkan kembali tubuh Jiyeon dengan balutan selimut tebal itu, dan perlahan berjalan kearah lemari untuk mengambil pakaian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perlahan cahaya terang bisa Jiyeon rasa menyoroti wajahnya. Ia perlahan membuka kedua matanya dan melihat Jaekyung yang tengah berbicara dengan seseorang, sebelum akhirnya pria itu keluar dari kamar tidur dan Jaekyung kembali menoleh kearah Jiyeon.

Kepala Jiyeon rasanya masih sangat pusing dan belum merasa membaik. Dengan tenggorokan yang kering, perlahan Jiyeon berusaha mengeluarkan suaranya, "Jaekyung?"

Yang dipanggil hanya bisa menghela nafas dan melipat kedua lengannya di depan dada bidang itu, "Aku sudah berharap untuk pergi istirahat secepatnya malam ini, tapi karena mu aku menundanya selama dua jam."

Mendengar itu membuat Jiyeon hanya terdiam, tak tahu harus merespon apa. Karena, pagi itu dia tersadar bahwa tubuhnya sangat nyeri. Nyatanya ia pingsan selama seharian penuh.

"Kau memanggil dokter?" Jiyeon bertanya membuat Jaekyung mengangguk kecil

"Untuk apa aku membawamu ke rumah sakit disaat kaki ku terkilir?" Jaekyung balik bertanya, membuat Jiyeon dengan cepat terdiam.

Jaekyung menghela nafasnya, "Lebih baik kita ke dapur. Aku sudah memasakkan mu makanan untuk malam ini. Aku bahkan tak percaya bisa-bisanya kau jatuh pingsan seharian."

Pernyataan itu membuat Jiyeon kesal sebenarnya. Tetapi, ia tak punya cukup tenaga untuk membantah.

Tubuhnya terasa sakit, dengan lubang vulva nya juga ikut merasakan sakit berlebih, bahkan payudaranya saja terasa seperti membengkak.

Dan disini, Jaekyung hanya mengatakan hal semacam itu tanpa ada kata permintaan maaf. Dan memperlakukan Jiyeon secara berbeda malam ini. Ia hanya melakukan itu karena tak ada lagi yang akan memuaskan nafsu itu selain dirinya sendiri-Kang Jiyeon.

"Kau tak bisa bergerak?" Pertanyaan Jaekyung itu membuat pandangan Jiyeon teralihkan

"Mungkin... Bisa." Jiyeon menjawab dengan perlahan menurunkan kedua kakinya dari ranjang tidur.

Disaat tubuhnya sudah berhasil sepenuhnya berdiri, bak disambar petir-rasa sakit itu kembali menjalar keseluruh tubuh Jiyeon membuat wanita itu memekik kesakitan dan dengan sigap lengan Jaekyung menangkap tubuhku itu sebelum jatuh mengenai lantai.

"Pada akhirnya kau tetap membutuhkan pertolongan ku. Merepotkan."

Jiyeon hanya bisa mengerutkan keningnya dengan kesal, tetapi dengan mudahnya lengan Jaekyung membawa tubuh Jiyeon menuju dapur tanpa.

Padahal bila ia tak mau, ia tak perlu melakukannya daripada menjadi kesal seperti saat ini, bukankah begitu?
































⌗ ꜞꜝ 𝗍᥆ ᑲᥱ ᥴ᥆ᥒ𝗍іᥒᥙᥱძ ٫ 🪐 ୭ ֺ

𝗖𝗮𝗺𝗯𝗶𝗼 𝗥𝗲𝗽𝗲𝗻𝘁𝗶𝗻𝗼: Joo Jaekyung (Jinx Mingwa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang