🪶 46. Desperation

396 46 40
                                    

Berulang kali tak henti-hentinya Junho melihat kondisi jalanan yang cukup padat dari dalam mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berulang kali tak henti-hentinya Junho melihat kondisi jalanan yang cukup padat dari dalam mobilnya. Ia ingin segera sampai ke tempat tujuan, tapi ternyata jalanan tidak selengang itu saat sore hari seperti ini. Beberapa mobil lain cukup memadati jalan di depan, belakang, kanan dan kirinya. Hingga ia tidak tau harus keluar dari jalur mana.

Junho menghela napas lelah sambil sesekali melihat jam tangan. Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore dan Seodaemun Hospital tutup sekitar pukul 5 sore untuk poli jiwa. Junho khawatir dia tidak bisa sampai lokasi sebelum waktu tersebut.

Tadi siang, tepatnya sebelum Junho melakukan jadwal operasi di jam 12 siang, ia sempat menerima telepon dari Bibi Nahee. Sejujurnya, Junho merasa terkejut dengan informasi yang didapatnya. Dia kebingungan dan hilang arah. Jantungnya berdebar keras dan ia merasa sesak. Bahkan saat operasi berlangsung, ia hampir tidak bisa fokus karena memikirkan pembicaraannya dengan Bibi Nahee.

Mendiang ibu mertuanya ternyata meninggal dalam kondisi tidak wajar. Sementara Yoona yang masih sangat kecil melihat itu semua dengan jelas. Sesuatu yang tidak pernah Junho bayangkan sebelumnya bahwa istrinya mengalami kondisi amnesia disosiatif untuk ingatan menyakitkan seperti itu.

Benar kata Bibi Nahee. Lebih baik Yoona tidak pernah mengingatnya seumur hidup dibanding wanita itu harus mengingat kembali sesuatu yang telah terkubur sangat lama. Itu hanya akan menjadi kenangan yang menyakitkan bagi istrinya. Bahkan Junho yang belum pernah bertemu dengan mertuanya saja merasakan kesakitan yang sangat besar. Apalagi Yoona.

Tujuan Junho datang ke Soedaemun Hospital karena hal itu. Dia ingin membatalkan beberapa terapi agar Yoona tidak perlu mengingat masa lalunya. Cukup terapi yang berfokus pada masa sekarang saja. Ia tidak sanggup istrinya mengingat itu lagi. Biarkan semua ini menjadi rahasia besar yang tidak pernah terungkap.

Beberapa menit kemudian, jalanan mulai lengang. Karena itu, Junho segera menjalankan mobilnya segera ke tempat yang dituju. Perlu waktu sekitar 15 menit untuk sampai di lokasi. Syukurlah bagian administrasi di poli jiwa memang belum tutup. Junho bisa meminta perawat untuk meninjau ulang jadwal terapi Yoona.

Baru saja Junho sampai di poli kejiwaan, dia melihat ada Dokter Hwang yang tampak berbicara dengan beberapa perawat. Pria itu sangat serius saat menyampaikannya dan entah kenapa Junho merasa tidak enak hati.

“Oh, Dokter Lee…” Perawat yang biasa menangani Yoona menyadari keberadaan Junho yang berdiri di dekat pintu masuk. Kemudian, Dokter Hwang menoleh ke arah Junho saat dirinya sudah berbicara dengan beberapa perawat.

Junho menghampiri Dokter Hwang dan menyapanya. “Saya kira Anda sudah pulang. Ada sesuatu yang ingin saya sampaikan.”

Dokter Hwang menatap Junho dengan lekat sebelum mengangguk. “Kebetulan ada sesuatu yang ingin saya sampaikan juga mengenai kondisi Yoona-nim sekarang.”

Junho mengernyitkan dahi dengan resah. “Ada apa?”

Dokter Hwang terdiam sejenak. “Amnesia disosiatifnya hampir sepenuhnya pulih. Dan dia sudah mulai mengingat hal-hal ganjal di masa lalunya.”

DILUTED HORIZONS [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang