Dambha (Syongsok)

181 19 7
                                    

Saya lihat ada yang mempertanyakan kenapa book ini hanya memuat Seoknen. Ya sudah saya coba hadirkan pasangan lain bin goda-gado: SYONGSOK gak tuh. Jangan tanya kesambet apa yaa!

🌼Petunjuk nama-nama:

Sander Christiaan Hendrik Lodewijk de Jong/Sudarmaji (Jung Sungchan)

Kasiman (Song Eunseok)

Adelheid Karolin Wiebke Pfeiffer (Park Wonbin)

Jan Hendrik Lodewijk de Jong (Jung Jaehyun)

Retnomurti (Huang Renjun)

Suryati (Son Seungwan)

Jeroen Gerardus Hendrik Lodewijk de Jong (Lee Jeno)

...

Batang-batang tebu di setiap larik telah masuk ketinggian ideal. Rata-rata mencapai tiga meter tingginya, melindungi 'markas' mereka dari marabahaya sebaik keteguhan hati para buruh tebu menahan lidah. Solidaritas proletariat lantang dalam senyap ketika pengawas kepercayaan Meneer¹ Jan menanyakan keberadaan Sander--kancil kesayangan sang majikan yang lahir dari rahim gundik inlander²-nya. Para buruh tebu di bawah naungan Suikerfabriek³ Tjepiring persisten satu suara lewat kur singkat: "Tidak tahu" atau "Tidak lihat". Sang pengawas dipastikan segera menghela kasar tali kekang kudanya, diganjar gusar meninggalkan area perkebunan bersama sumpah serapah yang diserap batang-batang langsing tebu tentang 'haram jadah', 'anak setan' atau yang paling dihayati mulut beraroma pekat tembakaunya tentulah: 'anjing'.

Batas perkebunan tebu milik Maatschappij tot Exploitatie der Kendalsche Suikerfabriekenyang membawahi Suikerfabriek Tjepiring mewujud tanah pematang, membentuk lereng dengan sudut kemiringan 30° yang melandai sampai ke bibir sungai. Deretan rumpun bambu lebat beralih fungsi menjadi benteng pertahanan mereka yang terakhir, semacam pagar pembatas jangkauan pandang dari atas pematang. Dominasi kesan singup melekat permanen pada rimbun daun-daun bambu, membentuk siluet koloni danawa berambut gondrong dalam kisah orang-orang dahulu. Ilusi optik gerbang dua dunia membentang sepanjang batang-batang bambu sanggup berdiri kokoh, menyembunyikan sepasang anak manusia pemukim celah antara silang sengkarut batang-batang pepaya kurus dan maja muda di bantaran sungai.

Sisa hujan belum sepenuhnya kering dipapar suryarasmi. Batang-batang pepaya dan maja muda tampil serupa muda-mudi baru mentas dari kali. Gugus siluet tiap-tiap batang melukis tubuh-tubuh telanjang yang berjemur mengejar kering, saling merayu lewat bahasa bayu. Daun-daun pepaya basah masih sibuk menggodai angin, sisa-sisa hujan dijatuhkannya main-main ke helai-helai sehitam gagak milik objek puja buronan sang pengawas.

Namun, Kasiman tidak peduli. Mulut kecilnya khidmat mengisap manis serat-serat batang tebu yang dikupaskan sang buronan bersih-bersih untuknya. Sedap aroma nira bercampur asap menguar pekat dari tubuh Kasiman setiap ia bergerak. Dada dan perutnya tidak tertutupi kain, mengilap dibasahi tetesan peluh bercampur sisa-sisa jelaga larut. Noda jelaga menyulitkan mata telanjang mengenali warna asli kain belacu yang mewujud pakaian tanpa kancing pembungkus tubuhnya.

Kasiman duduk dengan tenang di atas 'singgasana' persembahan sang buronan; disusun dari tumpukan pelepah-pelepah kelapa setengah basah dan ditutup selembar daun pisang. Kurang lebih lima meter jaraknya dari bibir sungai, sang buronan berhasil mengamankan kaki Kasiman dari risiko tergenang akibat kenaikan debit air pascahujan.

Punggung Kasiman bersandar santai pada batang maja muda. Daun-daun maja belum masuk usia rimbun, tidak sanggup membendung nafsu rawikara mengoyak jejak mendung. Biasnya jatuh melimpahi Kasiman, tepat pada paras pembingkai eksotika timur nan linuhung.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: a day ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cherry Blossoms After ErrorWhere stories live. Discover now