Dua Tahun Sebelum 867 M

111 23 12
                                    

Ini tidak ada di Ebook kemarin ya!
Happy reading❤️
.
.
.
.                                              

Dua tahun silam. Raja Mandala habis-habisan mencaci Pangeran Satya. Kakak dari Putri Resnani itu menjalin cinta terlarang dengan Putri dari Raja Ise Alora, musuh terbesar Kerajaan Moissena.

Pria itu murka ketika Pangeran Satya akan memilih kekasihnya itu dibanding meneruskan titah sang Raja.

"Jika kamu terus memberontak seperti ini, saya tidak segan membunuh Putri dari kerajaan Ise Alora dengan tangan saya sendiri," gertak Raja Mandala.

Pangeran Satya teguh dengan pendiriannya, "saya mencintai Putri Aurora, Ayah! Bukankah lebih baik bila kalian berdamai. Kemudian membangun negeri ini bersama-sama?"

Raja berdesis mengusap wajahnya kasar, "siapkan semua prajurit untuk menyerang Kerajaan Ise Alora!" perintah Raja kepada sang Maha Patih yang setia di samping Raja.

"Laksanakan, Raja!" jawab Patih.

"Ayah!! Mengapa Ayah berbuat seenaknya?" Pangeran Satya meninggikan suaranya. "Satya lelah jika harus berperang terus menerus. Mengapa kita tidak berdamai saja? Wilayah kita sudah cukup luas, Ayah!" pintanya.

Sang Raja hanya terdiam, mengeratkan rahangnya serta menatap nyalang ke arah pria yang bertengger mahkota lebih pendek dibandingkan mahkotanya.

Terdengar tapak kaki menderap ke arah mereka. "Ayah, mengapa prajurit sudah berbaris di halaman belakang kerajaan? Apakah akan ada penyerangan?" tanya Putri Risnani, lari terengah-engah setelah mendapati keramaian yang mengusik pikirannya. "Risnani takut, Ayah!"

Gadis cantik berambut legam sedikit gelombang terurai, terselip mahkota kecil yang menghiasi puncak kepala, mengenakan gaun putri berwarna merah muda sedikit keunguan, terlihat sangat anggun dan menawan.

"Pergi ke kamarmu, Risnani! Jangan keluar rumah sebelum saya perintah."

"Ada apa, Ayah? Apa yang terjadi?" tanya sang putri was-was. Ia takut kejadian ibunya menimpa ke dua orang yang menghadapnya sekarang.

"Jangan membantah! Turuti saja perintah, Ayah." Pria paruh baya itu lantas berbalik arah, meninggalkan dua anaknya yang mematung tanpa kata. Tiba-tiba, langkah kakinya terhenti pada salah satu dayang muda yang selalu menemani putrinya kemanapun putrinya pergi. "Pastikan Putri Risnani baik-baik saja! Jaga dia!"

Dayang tersebut mengangguk.

Jelas sang raja pun kembali melangkah keluar guna mempersiapkan diri untuk pertempuran besar kerajaan yang akan ia segerakan.

"Raka.... Risnani takut. Risnani mohon! Raka jangan pergi, tetap di samping Risnani!" pinta sang adik dengan netra berlinang penuh harapan. Kedua tangannya pun menyatu, tanda sebuah permohonan.

Pangeran Satya lantas menghampiri adiknya. Ia harus tetap hidup demi perempuan yang akan menangis ini. Dan menghalangi sang ayah untuk tidak berbuat melebihi batas pada sang kekasih. "Tenang! Semua akan baik-baik saja," ucap Pangeran Satya menenangkan, diimbangi belaian hangat surai legam milik sang adik. "Raka dan Ayah, akan pulang dengan selamat," sambungnya.

Wanita kecil itu menangis, merengkuh tubuh kekar sang kakak. "Janji ya! Risnani tidak ingin Ayah dan Raka terluka. Risnani sudah cukup patah ketika Ibunda meninggal di tangan musuh."

Pangeran Satya mengangguk. Anggukan itu terkesan hanya sebuah penenangan. Ia tak ingin menambah kekhawatiran adiknya. Tetapi, di sisi lain, pria itu tidak yakin akan nasibnya nanti.

Putri Risnani merenggangkan pelukannya. "Baiklah kalau begitu. Risnani akan bantu doa di sini. Semoga kalian pulang dengan keadaan selamat tanpa luka sedikitpun."

Orange Portal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang