ㅡ🍀 Meant to Be

145 24 16
                                    

Netra berbingkai kelopak sayu itu berkedip pelan. Menyesuaikan diri pada cahaya matahari yang mengintip malu melalui celah jendela yang setengah tertutup tirai. Raganya dia regangkan perlahan, ringisan kecil keluar dari bibirnya yang mengerucut.

Hah, Melo masih mengantuk. Terlalu dini untuk bangun hanya karena ini weekend.

Entah pukul berapa semalam dia menjemput lelap, atau bahkan dia tak sadarkan diri saat jarum jam menunjuk di angka empat pagi? Dia lupa, benar-benar tidak ingat. Sungguh, sosok seorang bernama Anandisa itu sangat mengganggu pikirannya.

Tubuhnya kini telentang menatap langit-langit kamar. Tidak banyak yang dia lakukan selain menguap dan terus menggaruk perut serta pantatnya yang mendadak gatal. Uh, kalian seperti ini juga tidak? Bangun tidur mendadak merasakan sensasi aneh seperti ketika sekujur tubuh terasa gatal dan ingin terus menggaruknya dengan brutal. Jika iya, ya tidak apa-apa asal tidak ada mata yang memergoki kegiatan tersebut.

Kembali pada Melo yang matanya hampir saja terpejam lagi jika seandainya hidung mancungnya tidak mencium aroma lezat nan memikat perut yang mulai berdendang. Melo bangkit, setengah tubuhnya dia sandarkan pada kepala ranjang bermaksud untuk mengumpulkan nyawa. Beberapa saat dia berjalan sempoyongan dengan tangan yang masih menggaruk pantat berlapis celana kolor abu-abu.

"What the fㅡ"

Ketika pintu kamar di buka, kesucian mata miliknya langsung mendelik melihat pantat kecil seperti buah persik tengah bergerak ke kiri-kanan mengikuti alunan musik di televisi yang menayangkan acara senam aerobic.

"Putar putar pinggang, goyang pantat kiri kanan~~" syairnya yang turut diikuti Disa.

"Putar putar pinggang, goyang pantat kiri kanan~~" syairnya yang turut diikuti Disa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Disa??? Lo lagi senam lansia??"

"Ohㅡ HEH?!!" lansia katanya? Disa yang terkejut, hampir saja menjatuhkan sendok nasi ditangan.

Lantas dia menoleh, mendapati Melo dengan muka bantal, lingkar hitam yang menyaingi mata panda dan jangan lupakan rambut legamnya yang mencuat kesana kemari belum tersisir.

Disa tertawa dibuatnya.

"Kenapa ketawa?" matanya memincing.

Perut Disa terasa kaku, "minimal cuci muka dulu deh kak, itu ada pulaunya udah hampir menyerupai pulau Pulu-Pulu kalo kakak ngaca, pfftt..."

"Ck, sialan," akhirnya dia mencuci muka dan kembali dengan keadaan yang lebih segar.

"Kenapa nggak dilanjutin senamnya? Sana, tadi kayaknya seru banget geal-geol gitu padahal gue mau join," ujarnya meniru gerakan yang dia lihat tadi.

Disa mendengus, "jangan sampai centong nasi ini melayang ke muka kamu ya, kak."

"Next kalo mau senam tuh ajak-ajak, lo jadi instrukturnya biar gue ikutin gerakan lo dari belakang."

"Bisa diem, nggak?" ancamnya, siap dengan serbet ditangan.

Tawa Melo pecah, Disa kembali dengan kegiatan sebelumnya. Oh, rupanya Disa tengah menyiapkan sarapan. Melo yang penasaran pun ikut nimbrung sambil jarinya mengacak surai Disa. Halus.

[1] BROKEN MELODIES; MARKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang