9. Keanu (1)

713 201 4
                                    

Pengajar yang dijanjikan Papa datang satu kali dalam seminggu. Seorang perempuan dengan senyum manis. Dia mengajariku memasak apa pun yang ingin kubuat, termasuk cara membuat adonan mi. Aku tidak suka pergi ke tempat les. Jadilah kuminta pertolongan Papa agar proses belajar masak diadakan di rumah saja.

Sebelum menjadi Airin, salah satu keinginanku ialah, bisa belajar masak. Andai dulu orangtuaku bersedia menguliahkanku ke jurusan tata boga atau sesuatu yang berhubungan dengan makanan, pastilah....

Pasti tidak mungkin. Orangtuaku lebih sayang kepada adikku daripada diriku. Titik.

Iya, memang menyebalkan tahu bahwa aku ternyata tidak dicintai orangtuaku sendiri. Pasti ada banyak anak sepertiku, yang dilahirkan demi suatu tujuan yakni: kepentingan menyejahterakan orangtua. Tidak ada cinta. Tidak ada kasih sayang. Murni dicetak seperti produk keluaran pabrik.

Oleh karena itu, aku tidak terlalu berharap besar terhadap Haas. Ekspektasi. Mimpi. Hari ini maupun esok. Lakukan yang ingin kunikmati. Standar hidupku tidak tinggi. Murni bertahan hidup sampai maut tiba dan mengajakku pergi ke perjalanan selanjutnya.

Aduh. Apa yang sedang kupikirkan? Membuatku tidak bahagia saja! Andai kesedihan bisa diubah jadi uang menggunakan alat khusus, sudah pasti diriku jadi manusia terkaya karena kesedihanku melimpah!

Lekas kuenyahkan pikiran buruk. Kali ini aku fokus membuat sup asam manis segar yang terdiri dari sayuran dan potongan daging ayam. Pengajarku sudah lama pergi setelah berhasil membimbingku belajar cara membuat burger dan puding jeruk. Jadilah, setelahnya aku menyibukkan diri mencoba resep salah satu masakan Korea yang berbahan dasar kimchi.

Masakan dalam panci hampir matang. Aku tinggal menambahkan tahu sutra. Hehehe bahan mahal. Dulu mau makan enak dan sehat saja harus berpikir dua sampai tujuh kali sebelum memutuskan, yang pada akhirnya tidak pernah kulakukan. Sekarang beda. Aku kaya! Ahahahahaha kaya! Eh, papaku yang kaya, bukan aku.

Sup matang. Lekas kupindahkan ke meja. Kali ini aku menyiapkan semangkuk nasi hangat dan lekas kuserbu sup kimchi tanpa perlu menunggu apalagi menawarkan....

“Kamu sepertinya nggak berniat berbagi, ya?”

Siapa lagi?! Orang yang bisa masuk dengan bebas ke rumah hanya Papa, Om Thy, atau anaknya Om Thy. Maka, kusimpulkan pria berpakaian santai setengah tidak santai ini adalah putranya Om Thy. Kusebut campuran setengah santai dan tidak santai karena dia mengenakan celana jins, kemeja, dan jas.

“Hmmm,” sahutku lantas menyendokkan secentong sup kimchi di atas nasi yang mengepul.

“Kamu nggak penasaran?”

Sebelum menjawab, aku memutuskan menikmati sesuap, dua suap, oke beberapa suap nasi campur sup.

“Anaknya Om Thy,” kataku sembari memikirkan cara mengamankan sup. “Maaf, nggak ada mangkuk kedua bagi tamu.”

Artinya, aku tidak mau bagi-bagi.

Dia tidak menunggu diriku mempersilakan duduk, alias langsung duduk di depanku. “Aku Keanu.”

“Airin.”

“Kenapa kamu bersedia menerima pertunangan dari Hawkins?” desaknya tidak tahu diri. Dasar. Pasti dia mengincar makananku!

Kusingkirkan panci berisi sup ke sisiku  agar Keanu tidak bisa mencurinya secara tiba-tiba. “Karena dia ganteng.”

Tentu saja itu bukan alasan sebenarnya. Mudah bagiku memutuskan menjadi tunangan Luke setelah mengetahui identitasnya dari game. Bodoh bila aku menolak Luke. Terlebih di sini, di semesta game, sangat penting memiliki tameng tambahan. Zena mungkin tidak tertarik menggangguku, tapi di masa depan nanti bisa saja dia ingin ... hmmm. Tunggu sebentar. Bukankah Keanu termasuk karakter yang disediakan oleh pengembang game untuk ditaklukkan Zena?

Dasar durjana! Sepupu yang satu ini pasti akan mengempas diriku ke tebing demi Zena suatu saat nanti. Memang keputusanku benar tidak memberinya makan! Begundal!

“Kenapa kamu melotot?” tanyanya dengan kening berkerut.

Ha tampan, sih. Tapi, Luke masih lebih lebih lebih lebih lebih segalanya daripada Keanu.

“Airin, sebagai sepupumu aku senang kamu kembali. Tapi, apa nggak terlalu tergesa menerima pertunangan dari cowok yang belum pernah kamu temui?”

“Udah ketemu kok. Sekali.” Dan berkali-kali dalam tayangan YouTube, tambahku dalam hati.

Kerutan di dahi Keanu pun semakin dalam. “Sekali dan kamu langsung setuju? Karena dia ganteng?”

“Dan kaya. Dan mapan. Dan bersahaja. Dan bisa kupercaya. Dan belum ada yang punya. Dan luar biasa. Dan dewasa. Dan sepertinya bisa memuaskan semua keinginan tergelapku ahahahaha!”

Keanu diam. Mendadak aku merasa sedikit sinting karena bicara tanpa kendali dan sensor, tapi itu memang benar! Luke VIP!

Aku berdeham. “Mau makan?”

“Boleh.”

Kali ini saja aku berbaik hati. Akan kubagi sedikit makanan agar dia tidak menggangguku di masa depan. Tentu saja bukan sup kesayanganku! Tidak ada yang boleh menjarah sup! Yang kuberikan ialah, hamburger dan puding jeruk. Kuserahkan dua makanan itu kepada Keanu. Dia sepertinya tidak tertarik menemaniku makan, tetapi begitu mencicipi segigit burger....

Ada setan yang merasuki Keanu. Dia menandaskan burger dan puding jeruk. Sempat-sempatnya dia minta tambah. Kebetulan aku hanya membuat tiga burger dan lima puding. Itu semua dihabiskan Keanu tanpa tersisa.

“Enak,” katanya memuji masakanku. Matanya melirik panci sup milikku.

“Nggak,” aku melarang, “yang ini hanya untukku.”

Entah mengapa rasanya aku melihat anak anjing yang sedang kecewa karena dilarang main. Keanu berkali-kali melirik panci dan nasi milikku hingga rasanya aku jengah!

“Oke,” kataku, menyerah.

Keanu langsung berbinar dan menerima semangkuk nasi dan sup. Seperti sebelumnya, dia sangat menikmati masakanku seolah tiada duanya. Aneh!

“Keanu, berapa umurmu?”

“26 tahun. Kenapa?”

“Apa kamu naksir artis? Penyanyi? Model?”

Dia menggeleng. “Sibuk kerja. Ngapain ngejar mereka?”

Dih menyangkal. Pasti nanti ujung-ujungnya minta disatukan dengan Zena. Dasar tsundere!

“Yakin?” Aku memicingkan mata, berlagak sok misterius.

“Boleh tambah?”

“Enggak,” tolakku tanpa ragu. “Jadi, apa kamu nggak tahu bintang film bernama Zena? Yakin nggak pernah ketemu?”

“Cuma pernah lihat iklannya. Yakin nggak mau ngasih semangkuk lagi?”

“Dia cantik, ya?”

Keanu menjulurkan tangan, meraih centong sayur dan-hei! Dia tidak izin dulu! Langsung merebut makananku!

“Enak banget masakanmu,” katanya dengan senyum puas. “Aku nggak punya perasaan apa pun terhadap Zena. Kalau itu yang mau kamu tahu. Sekadar naksir pun enggak.”

“Sup! Sup punyaku! Kamu cari pacar atau ke restoran gitu. Kenapa harus merebut masakanku?” gerutuku sembari menggigit sendok. Sesal! Ah aku ingin berlari ke pelukan Luke. Lalu mengadu. Minta kartu kredit tanpa limit. Sedih sekali hatiku.

“Andai boleh, lebih baik aku nikahin kamu saja. Seenggaknya bisa makan masakanmu setiap hari.”

Dih percaya diri sekali dia. “Nggak mau.”

“Nanti aku kasih kartu kredit.”

“Nggak, soalnya kamu karakter sampingan.”

“...”

Yang kubutuhkan hanyalah karakter kuat VIP. Luke!

***
Keanu: “Beneran nggak mau?”
Airin: “Nggak usah ngelunjak! Kalau kamu butuh tukang masak, cari ke restoran!”
Keanu: “Cih.”

***
Selesai ditulis pada 15 Juni 2024.

***
Mengapa kecoak munculnya di tempat nggak terdugaaaaaaaaa? Saya mau cuci baju nggak sengaja nginjak kecoak! Huwaaaaaaaaaaa! Mau ngamuk, tapi aaaaaaaa!

(0_0) Sebal.

Bukan Target CintaWhere stories live. Discover now