Chapter 41

2.7K 423 64
                                    

Para peserta ujian telah sampai di lokasi ujian diselenggarakan.

Sebuah hutan yang memiliki pohon yang berukuran tidak normal. Di pintu masuk yang terbuat dari teralis besi bertuliskan area terlarang.

"Aku Mitarashi Anko pengawas ujian kedua. Jadi dengarkan apa yang ku ucapkan pada kalian semua.

Saat ini kalian berada ditempat latihan ke-44 atau harus kusebut sebagai Hutan Kematian."

" Hutan... Kematian?" Gumam Naruto.

"Tempat ini terlihat mengerikan." Sakura terlihat gugup.

Anko yang mendengar itu terkekeh pelan.

"Tempat ini disebut Hutan Kematian. Sebentar lagi kalian tahu alasannya.

"Ancaman seperti itu tidak akan mempan padaku!

Aku tak takut!" Ujar Naruto percaya diri.

"Benarkah?" Tiba-tiba Anko melempar kunai yang mengarah tepat disamping Naruto hingga menggores sedikit pipinya dan mengeluarkan sedikit darah.

Dalam sekejab mata Anko sudah berada di belakang Naruto.

"Anak sepertimu yang akan mati lebih dulu. Berlumuran darah merah yang kusukai." Anko menyentuh luka gores yang ia torehkan pada pipi Naruto.

Anko yang merasakan pergerakan dari arah belakang segera mengeluarkan kunainya dengan cepat.

Sebuah lidah panjang menjulur dan terdapat kunai yang Anko lempar tadi.

"Kukembalikan kunaimu." Seorang peserta berada di belakang Anko sambil memegang caping jerami, hanya memperlihatkan satu matanya saja.

"Terima kasih sudah membantu." Anko hanya tersenyum palsu.

Mereka berdua saling melirik tajam.

"Namun, jangan berdiri dibelakangku dengan haus darah. Jika kau tak mau mati." Anko segera mengambilnya.

Segera orang itu mengembalikan lidahnya seperti semula.

"Wajar jika aku bereaksi setelah melihat darah merah. Lalu rambut berhargaku terpotong. Jadi, aku bersemangat.

Aku minta maaf." Orang itu perlahan mulai meninggalkan Anko dan Naruto.

Suasana perlahan mulai normal kembali. Anko memberi penjelasan dan semua peserta memulai ujian mereka.

***

Mikoto penasaran melihat Cale yang begitu fokus melihat beberapa bumbu di deretan etalase.

"Kenapa kau terlihat bingung, Cale?"

Cale tersentak dari acara pilih-memilihnya.

"Mikoto-san, bisakah kau menunjukan mana yang bagus?" Cale memperlihatkan kedua botol yang dia pegang.

"Sepertinya keduanya sama saja bagiku." Cale yang akan bertanya kembali dihentikan oleh getaran pada sakunya.

Dia mengambil cambuk atas dengan cepat dan segera dibombardir oleh informasi yang mengejutkannya.

- Ada pria aneh yang menyamar sebagai adikmu!

- KEKACAUAN.... MEREKA MENGINCAR KETIGA BOCAH ITU!

- Lidahnya menjijikan seperti lidah ular!

"Apa!" Mikoto terkejut mendengar nada keras Cale.

"Ada apa Cale?!"

"Maaf, Mikoto-san aku harus cepat pergi. Nanti aku akan segera kembali!" Cale segera merogoh saku celananya dan mulai merobek gulungan teleportasi di depan Mikoto secara langsung.

Kehidupan Ketiga Cale HenituseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang