IX

124 30 6
                                    

Attention: Bab ini full flashback ya

....

Gavriel tak suka perasaan ini. Perasaan yang membuat dirinya dapat menangis tersedu. Perasaan yang membuatnya harus berteriak pada semua orang disekitarnya.

Memohon untuk menyelamatkan orang yang dia cintai. Dia tak menyukai perasaan saat dirinya tak bisa mengontrol sesuatu seperti yang dia selalu lakukan.

"Help her, please! Lo dokter kan?! Bantu dia anjing!" Teriak Gavriel sambil menarik kerah pakaian seorang dokter yang in charge yang menangani sang istri. Namun dokter itu hanya diam.

Bukan sekali ini dia melihat keluarga terdekat pasien yang histeris seperti Gavriel. Namun memang dia bisa apa? Dia memang dokter tapi tetap saja dia bukan Tuhan.

Karena hidup dan matinya makhluk bukan perihal manusia yang menentukan. Semua itu adalah kehendak Tuhan.

"Maafkan kami, Pak" maka hanya itu yang bisa keluar dari mulut sang dokter.

Tubuh Gavriel meluruh ke lantai.

Kenapa semua ini begitu menyakitkan?

Kenapa?

Tak ada yang berani mendekati Gavriel bahkan bundanya juga tidak. Risty juga sibuk menangis dipelukan sang suami. Dia menangisi nasib Gavriel juga istri dari sang putra.

Kenapa putranya harus memiliki nasib setragis ini?

"Gavriel"

Suara pelan itu akhirnya bisa mengalihkan tangis Gavriel sejenak. Ada Leia yang berjarak lima langkah darinya. Dia dapat melihat mata merah Leia. Melihat keberadaan Leia, Gavriel reflek berjalan cepat kearah perempuan itu.

Mendekap Leia begitu erat.

Air matanya kembali jatuh.

"Le... Amanda ninggalin gue" bisik Gavriel, hatinya kembali sakit.

Begitu sakit hingga rasanya jika boleh, dia juga ingin menyusul Amanda. Dan pikirannya itu sudah tertebak oleh Leia.

"Nanti ketemu lagi sama Manda, okay? Jangan pergi juga ya Gavriel. Temenin gue sama orang tua lo disini" balas Leia berbisik sambil terus mengusap belakang kepala Gavriel.

Gavriel tak menjawab karena terus menangis dalam pelukan Leia. Tapi mungkin karena kebersamaan mereka selama ini, Leia bisa berlega diri. Gavriel akan tetap disini walau hatinya tak utuh lagi, tapi Gavriel akan tetap melajutkan hidupnya.

Eratnya pelukan Gavriel pada dirinyalah yang bisa membuat Leia lega.

Namun pelukan itu tak membuat lega Nadhif yang menyaksikan semuanya.

Laki-laki itu merasa semua ini adapah awal baru dari pernikahannya dengan Leia.

Kapal mereka, yang mereka layarkan berdua terasa mendapat penumpang baru.

....

"Leia katanya gak bisa nunggu sampai kamu datang, Gavi. Dia harus pulang karena Nadhif sama dia mau malming bareng"

Lagi-lagi Gavriel menelan kekecewaan. Padahal dia udah berusaha pulang lebih cepat dari kantor untuk bisa ngehabisin waktu bareng Leia.

"Gav?"

"Apa Bun? Aku capek, mau tidur aja"

Mood Gavriel bener-bener jatuh. Dia masuk ke kamarnya dan membanting pintu lumayan keras.

Entah kenapa ya dia merasa Nadhif sekarang sangat menyebalkan. Laki-laki itu seperti ngebuat Leia tak punya waktu untuknya.

Harusnya Nadhif paham kalau dia adalah orang baru dikehidupan Leia dan harusnya sadar jika satu kata buruk dari Gavriel akan sangat mempengaruhi cara berpikir Leia kepada laki-laki itu.

Favorite AlmostWhere stories live. Discover now