Fragmen 11: Pulau Hujan

523 144 16
                                    

Eruhaben datang menjemput tepat waktu. Cale sudah selesai berkemas. Ia dibekali tas spasial yang mampu menyimpan barang-barang di dalam ruang 5x5 meter. Tentu saja, berbagai hal sudah disisihkan keluarganya di dalam tas itu. Cale kurang tahu lengkapnya tapi ibu dan bundanya berkata kalau semua yang dia perlukan sudah ada di dalam.

Deruth juga tidak lupa memberi putranya sebuah kartu platinum yang bisa digunakan Cale untuk berbelanja segala kebutuhannya. Kartu itu juga dapat diakses di negara mana pun dan mampu berfungsi untuk menarik uang tunai.

Ayahnya menekan berkali-kali kalau putranya tidak boleh bersikap hemat, jangan sampai menekan diri sendiri. Deruth berjanji tiap bulan dia akan mengirim uang melalui kartu itu jadi Cale tidak perlu khawatir soal menghabiskannya. Kalau ada kepentingan atau butuh bantuan mendadak, putranya dapat selalu menghubunginya lewat kontak darurat.

Cale berpikir itu sebenarnya tak perlu toh Eruhaben pastilah sangat mampu membiayai kebutuhan muridnya. Bagaimanapun, keluarga Henituse telah menggaji pria itu di muka jadi Eruhaben sudah sepantasnya bertanggung jawab penuh atas kehidupan muridnya.

"Biar tidak digaji juga, aku yakin Mentor sudah sangat kaya," pikir Cale yang memperkirakan jika gaji Eruhaben sebagai Hunter kelas S pasti bukan main tingginya.

Bassen dan Lilly ikut mengantar kepergian Cale dengan sedih. Kedua anak itu merasa sangat kehilangan sosok kakak sulung yang selalu hadir membantu mereka belajar.

"Kalian masih bisa menghubungiku lewat terminal, aku janji akan membalas pesan tiap ada waktu luang," tukas Cale menepuk kepala Lilly dan bahu Bassen.

"Kakak, jaga dirimu. Makan tepat waktu, oke?" tukas Lilly memberi Cale pelukan.

"Dimengerti," balasnya memeluk gadis kecil itu.

Bassen ikut menambahkan, "Jangan tidur terlalu larut karena membaca, Kakak ingat istirahat."

Lilly mengangguk setuju dengan wajah yang dibenamkan di dada Cale. "Iya, Kakak harus perhatikan diri sendiri."

Sekarang tidak ada lagi yang akan menegur Cale jika dia belajar terlalu berlebihan.

"Aku akan mengingatnya."

Cale berpamitan pada setiap anggota keluarganya. Terakhir kali, ibunya mengelus rambut merahnya dengan lembut. "Dengarkan apa kata Tuan Eruhaben, belajarlah dengan keras tapi jangan lupa istirahat yang cukup."

"Baik, Ibu."

Jour mengecup puncak kepala putranya dan memeluknya erat sekali lagi untuk terakhir kali sebelum melepas anak itu pergi.

On dan Hong turut mengekori kontraktor mereka. Kedua anak kucing itu tidak lupa menoleh memandang berat hati keluarga kecil yang mengantar kepergian tuan mereka.

"Aku sedih, nyan," tukas Hong lirih.

"Tidak apa, kita akan pulang nanti," hibur On menepuk kepala adiknya dengan kaki kanan depannya.

Cale masuk ke mobil diikuti dua kucing kecil yang melompat naik ke atas pangkuannya. Eruhaben melirik dua makhluk yang menguarkan aura tak biasa itu tapi tak berkomentar apa-apa. Cale sudah memberitahu sang Mentor perihal kekuatannya sebagai Summoner.

Mobil yang Cale tumpangi akhirnya beranjak semakin jauh meninggalkan kediaman mewah Henituse.

Cale merasa hatinya sedikit tak berdaya. Setelah tiga belas tahun tinggal dalam kasih sayang keluarga Henituse, Cale akhirnya menyadari jika kehidupannya sudah sangat melekat dengan keluarga itu sampai-sampai hati serta kepribadiannya perlahan ikut berubah karena lingkungan hangat tempatnya dibesarkan.

Jika itu di masa lalu saat dia menjadi Kim Roksu, Cale yakin dirinya tidak akan menaruh banyak simpati saat dituntut pergi jauh dari rumah.

Dia menghela napas pelan lantas menoleh ke luar jendela mobil. Ini akan menjadi terakhir kalinya dia menginjak negara Roan sebagai anak-anak. Waktu lain ketika dia kembali, usianya sudah akan terhitung dewasa menurut hukum negara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[BL] Piece of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang