05. Nasihat

92 61 14
                                    

HAPPY READING

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING



Suasana malam setelah hujan memang selalu membawa kita pada kerinduan, apalagi pada seseorang yang sudah tidak dalam genggaman.

Rio mengendarai motor nya diatas jalanan yang basah karena hujan itu dengan kecepatan sedang, sambil sedikit melamun menikmati udara sejuk malam ini.

Cahaya dari arah depan dengan kecepatan tinggi itu datang menghampiri Rio, nahas jalan yang licin itu membuat ia kesulitan menghindar. hingga kecelakaan itu tidak bisa ia hindari dan adu banteng pun terjadi.

Rio terpelanting ke arah trotoar dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Motor yang ia kendarai tadi sangat hancur tak berbentuk, tubuh yang bersimbah darah. Tapi truk yang menabrak nya itu langsung kabur begitu saja.

Kondisi jalanan itu sangat sepi, tidak ada yang berlalu lalang. Rio hanya bisa pasrah merasakan sakit disekujur tubuh nya. Ia berpikir apakah ini hari terakhirnya di dunia. Rio merasakan sakit disekujur tubuhnya yang semakin menjalar.

Lima menit, sepuluh menit, hingga akhirnya ada seorang warga yang lewat dan menolong nya dan segera menelpon ambulan. Dan saat ambulan itu datang, Rio tidak bisa menahan sakitnya hingga pandangan nya semakin kabur dan matanya tertutup.

◇◇◇

Satya menjemput Lisa yang berada di Asrama, beruntung malam ini tidak ada kegiatan apa apa dan besok juga hari libur.

Lisa bingung ada apa sebenarnya tiba tiba sekali Satya menyuruhnya pulang, bahkan dijemput. Melihat jalanan yang asing ini, Lisa semakin penasaran. "Mau kemana sih? Muter muter mulu. Gajelas "

Satya hanya diam membisu, ia bingung menjawab apa.

Lambat laun, Lisa sadar ini adalah jalan menuju Rumah Sakit. Siapa yang sakit? tanya lisa sepanjang jalan kepada dirinya sendiri.

Rasa penasaran itu semakin memuncak. "Ini bukannya jalan ke rumah sakit ya? Siapa yang sakit?" Tanya Lisa pada akhirnya.

"Banyak omong kamu ini, lihat aja nanti." Ucap Satya ketus.

Lisa yang mendengar jawaban itu sontak membulatkan mata nya terkejut "Biarin, kan aku mau tau siapa yang sakit. Masa ga boleh tau gajelas dasar."

"Bapak." Jawab Satya dengan suara pelan, sangat pelan.

Lisa hanya diam mencerna apa yang ia dengar tadi, apa tidak salah dengar? "Hah? Maksudnya?"

Satya hanya bisa menghela nafas "Kamu budek, korekin tu kuping. Gitu aja ga denger"

"Bapak sakit? Aku ga mau kesitu" Sarkas Lisa.

"Bapak kecelakaan. Maksud kamu apa gamau kesitu?" Tanya satya hera.

"Iya gamau, buat apa?" Ucap lisa malah bertanya balik.

Satya semakin geram dengan pertanyaan pertanyaan yang lisa lontarkan "Maksud kamu apa? Bapak itu orang tua kamu. Bapak kecelakaan kamu gamau jenguk?"

"Ga, gamau. Aku mau pulang lagi aja ke Asrama, gamau ikut." Ucap Lisa dengan angkuh.

"Turun." ucap satya lembut.

Lisa semakin bingung dengan satya yang berbicara seperti itu dan langsung menepi kan motor nya dibahu jalan "Loh kok disuruh turun, nanti aku ke Asrama lagi sama siapa?"

Satya hanya melirik Lisa dari spion "Iya, sana turun pulang ke Asrama kamu sendiri. Aa mau ke rumah sakit."

"Loh ga bisa gitu dong, apa apaan?" Tolak lisa.

"Katanya kamu ga mau ikut ke rumah sakit kan? Turun kalo ga mau ikut."

"Loh, masa aku sendiri. " Lisa terus mengelak.

"Turun" sentak satya.

"I-iya aku turun" Lisa yang takut demgan segera turun dari motor itu.

Lisa bingung apa maksud satya, ia hanya menunduk. Mungkin ia akan ditinggal satya dipinggir jalan dengan kondisi jalanan yang malam ini sangat sepi.

Namun dugaan nya salah. Satya memegang ngangkat dagu Lisa, menyuruhnya agar menatap wajahnya.

Satya menatap wajah Lisa yang memerah menahan tangisannya itu "Mau bagaimana pun kondisi keluarga kita sekarang, bapak itu tetap bapak kamu. Kamu itu darah daging bapak. Kalo ga ada bapak kamu ga mungkin hidup di dunia ini."

"Jangan lupakan seribu kebaikan, hanya karna mereka melakukan satu kesalahan. Apalagi itu orangtua kamu sendiri."

Lisa berusaha membuka suara "T-tapi.."

Dengan cepat Satya memotong ucapan Lisa. "Di dunia ini ga ada mantan orang tua, Lisa. Mau itu ada mantan istri, mantan suami, matan pacar. Ga ada yang namanya mantan anak. Apalagi mantan orangtua. Mau bagaimana pun mereka orangtua kamu. Kamu anak mereka."

"Jangan kaya anak kecil yang bodoh, Lisa. Kamu udah ngerti semuanya, harusnya kamu bisa lebih dewasa. Jangan lupa kalo dulu juga bapak yang ngehidupin kamu. Jangan hanya karna masalah ini, kamu lupain semua kebaikan itu."

"Kamu hanya beberapa taun mengenal bapak, tapi kamu selalu beranggapan ia orang jahat. Lihat ibu yang mengenal bapak jauh sebelum kamu, pernah kah ibu seperti kamu? menghindar, bahkan ga mau anggep dia ada lagi."

Ucapan demi ucapan yang satya lontarkan membuat buliran bening di pelupuk mata nya yang sedari tadi ia tahan, luruh begitu saja.

"Hargai selagi ada, hormati selagi ada. Jangan malah kamu anggap dia ga ada. Jangan malah kamu mengindari dia. Nanti kamu nyesel kalo terlambat menyadari. Jangan hanya karna kita sudah ga sama sama lagi sama bapak, kamu malah mau menghilangkan bayangan bapak dari hidup kamu."

Ucapan satya sangat dalam. Membekas di pikiran Lisa.

THANKS FOR READING

AFTER 1074 DAY'S (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang