(P.O.V TEDDY) | chapter 39

819 48 3
                                    

Flashback

Baru saja beberapa hari yang lalu aku mendaftarkan diri untuk melanjutkan pendidikan  di sekolah kedinasan staf dan komando TNI, setelah sebelumnya aku melalui serangkaian seleksi yang cukup ketat tentunya selama sebulan tanpa sepengetahuan kekasihku. Tentu Bapak juga mengetahui hal ini, maka dari itu sempat beberapa kali juga tugasku di ambil alih oleh juniorku yang saat ini menjadi asisten ajudan.

Sejujurnya aku belum sempat cerita kepada kekasihku, jika aku akan berangkat pendidikan keluar negeri secepat ini, tapi mau bagaimana lagi? Beberapa bulan lagi bapak akan di lantik menjadi seorang presiden, bapak juga memintaku untuk kembali menjadi ajudannya, setelah pulang dari pendidikan, namun aku tetap harus membawahi sebuah batalyon untuk masa depan karirku.

Aku rasa, batalyon yang aku akan pimpin nanti setelah selesai pendidikan adalah batalyon yang saat ini di tunjuk oleh bapak Kasad untukku mengemban tanggung jawab sebagai Wakil komandan Yonif disana.

Lihatlah hidupku tidak sesimpel hidupmu bukan?

Besoknya aku harus mengawal Bapak, besoknya aku harus berada di batalyon. Bahkan dalam sehari aku bisa berpindah ke beberapa tempat, tergantung kepada jadwal.

Hari ini sesuai jadwal yang di buat oleh para sekretaris pribadi bapak, aku akan menemani dan mengawal bapak berkunjung ke mega proyek IKN. Dari sebelum subuh kami sudah berangkat menuju Halim Perdana kusuma, untuk berangkat menggunakan helikopter.

Sesampainya kami di IKN, kami langsung menuju ke pusat pemerintahan, kami mengecek kondisi istana yang sedang dalam tahap pembangunan, bapak berpesan nanti akan menghuni istana itu saat sudah dilantik menjadi presiden.

"Teddy..." Panggil bapak, setelah selesai mengecek kondisi istana dan beberapa bangunan gedung menteri yang baru saja jadi, kata bapak sih anggap saja sebuah kunjungan.

"Iya pak?" Jawabku dengan penuh hormat, beliau adalah salah satu sosok panutanku, hingga aku menjadi seperti sekarang, aku berharap di masa depan nanti aku akan mengikuti jejaknya.

"Seingat saya dalam waktu dekat ini, kamu ingin melamar putri saya ya?" Tanya bapak, memang sebelumnya aku sudah meminta izin untuk membawa putrinya ke jenjang yang lebih serius, rencanaku sebelum berangkat ke Amerika kami  sudah bertunangan, walaupun belum sampai di tahap pernikahan.

"Iya pak"

"kapan dilaksanakan acaranya?"

"Kemungkinan dua minggu lagi pak acara akan di langsungkan, di swissotel Jakarta Utara" bapak menepuk pundak ku memberikan semangat, lihatlah bapak selalu dapat membangkitkan energi ku.

"Itu siapa yang mengurusnya jika kamu saja sibuk sekali sama saya disini?"

"Saya sudah meminta kedua teman Mala pak untuk membantu memantau tim wo, di bantu juga oleh mama dan kakak saya, beserta beberapa staff lain"

"Acaranya belum undang banyak orang kan Ted?"

"Siap belum pak maaf, kalo untuk acara ini saya memutuskan untuk intimated engagement saja dulu, belum besar-besaran. Setelah saya pulang dari pendidikan, baru akan di gelar pernikahan yang mengundang banyak kolega" jawabku antusias.

"Oke baguslah... Kita rahasiakan saja dulu dari awak media, yang terpenting adalah pengikatan dulu diantara kalian"

"Oh iya Ted Jangan lupakan, Mala sebenarnya masih memiliki Ibu, saat acara tunangan kalian berlangsung, dia juga harus datang mendampingi putrinya, coba kamu hampiri dia ya untuk meminta restu" sambung bapak, aku hanya dapat menganggukan kepala, aku ingat sosok ibu Kemala juga cukup berpengaruh, dia adalah anak dari presiden terdahulu, ia juga sosok berdarah biru, Ibu Widyawati.

Ajudan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang