4 : amnesia was his name

2.3K 291 46
                                    

"HAHAHAHAHAHAHAHA

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"HAHAHAHAHAHAHAHA."

Tawa menggelegar yang keluar dari mulut Rendy memenuhi apartemen Daru dan membuatnya dongkol.

Insiden salah paham yang terjadi hari ini sudah ditertawakan Rendy dan Oscar selama satu jam tanpa henti. Rasa-rasanya Daru ingin menghancurkan apartemennya — hanya kiasan karena Daru baru saja melunasinya —dan menendang dua sahabatnya itu dari lantai 18 kamarnya.

"CV udah diperbarui, Ru?" Oscar bertanya dengan simpul yang dia coba sembunyikan mati-matian.

"Atau mau gue beliin donat jeko?" Rendy menawarkan, kedua oknum itu jelas sedang mengolok-oloknya.

Daru mendesah, rona merah kembali merambati wajah hingga telinganya. Seakan kain merah tanpa cela menyelimuti dan satu-satunya solusi yang Daru lihat hanyalah menghilang dan bersembunyi.

Gagasan tentang mengundurkan diri memang sempat terlintas di benaknya, tapi bagaimanapun —Daru mencintai pekerjaannya. Dua tahun setelah lulus, Daru luntang-lantung tanpa pekerjaan tetap dan bekerja sebagai drafter lepas. Daru begitu putus asa hingga dia berpikir untuk pulang saja ke Wonosobo dan membantu mengurus usaha tembakau milik ayahnya.

Apapun Daru lakukan demi memperpanjang nasibnya di Jakarta, bahkan mendesain rumah temannya dengan 'harga teman' dan tidak banyak menuntut. Tak disangka, salah satu project manager di Timeless , yang ternyata mengenal ayah temannya, mengatakan ada posisi kosong sebagai arsitek junior di perusahaannya.

Darah dan keringat Daru tertuang pada setiap desain yang ia goreskan selama 8 tahun terakhir, kerja kerasnya itulah yang membuatnya tetap bertahan, mengalir di nadinya seperti jiwa kedua.

Mengundurkan diri? Jangan harap. Daru tidak sekekanakkan itu. Daru cuma perlu menghindari perempuan itu seumur hidupnya dan dunianya akan kembali damai, pikirnya.

"Bajingan," Daru mengerang, kebiasaan merokoknya yang hanya muncul kala stress melandanya karena pekerjaan ,  muncul kembali disertai rasa frustasi. Daru menyelipkan sebatang rokok di antara bibirnya, mengobarkan api di ujungnya dengan pemantiknya yang berwarna biru muda.

Kalau bukan karena Oscar, Daru tidak akan segusar ini hanya karena rasa malu.

Tadi siang, Daru bersikap seakan tidak terjadi apapun saat perempuan itu selesai menjelaskan siapa dia.

"Ah..." kata-kata tertahan di lidah Daru sebelum ia berpura-pura batuk untuk mengubur perasaan hina yang mulai menggerogotinya. "Itu jawaban saya soal rumor, karena saya nggak minat sama perempuan ataupun pacaran," ucap Daru pada perempuan itu, hampir terbata-bata dengan harga diri yang masih tersisa untuk mempertahankan sisi kerennya.

Seolah kesalahpahaman yang terjadi belum cukup mempermalukannya, perempuan itu kembali bertanya, "Jadi, yang bukan tipe Pak Daru ini Bu Shanty atau saya?"

Dia menekankan pada kata 'saya' dan mengangkat alisnya sambil menyeringai, tak memberinya kesempatan untuk memulihkan harga dirinya sama sekali.

"Terus abis dia ngomong begitu lo gimana, Ru?" tanya Rendy, menghantam Daru kembali pada kenyataan.

fvck u, goodluck.Where stories live. Discover now