Prolog

843 42 0
                                    

_o0o_

~Happy Reading~




  Derap langkah terdengar dari arah pintu rumah yang besar, pintu terbuka menampakkan sosok pria tinggi menggunakan jaket denim warna hitam, celana jeans yang sedikit sobek di bagian lutut menjadikan model yang sangat bagus.

Kakinya melangkah ke arah ruang tamu yang luas, ada papi dan maminya yang sedang duduk menunggu di sofa.

Dia, Shean duduk di hadapan orang tuanya, kedua matanya memandang mami kemudian mengalihkan pandangan pada papinya.

Malam ini udara tidak terlalu dingin,
tak biasanya dia sedang menongkrong di telepon dan di suruh pulang, entah mengapa saat pria itu di telepon oleh sang papinya menjadikan suasana dingin dan tegang.

"Ini ada apa, pi—mi? Kaya serius gitu ya?" Suara Shean memecah keheningan, jujur saja dia sedikit takut berbicara seperti itu, apa boleh buat, biar tidak tegang juga suasananya.

"Ekhem, kamu kan sudah kerja, duit juga banyak. Tapi, apa sudah punya pacar, Shean?" Veranda, sang mami menatap anak tunggalnya, berharap jika putranya belum memiliki kekasih.

"Tiba-tiba banget nanyain pacar, orang Shean maunya langsung nikah" sangat tengil dia saat mengucapkan kalimat itu, menyenderkan punggungnya pada sofa dengan tangan di angkat ke belakang kepalanya. Pun, alisnya dia naik turunkan dan menatap orang tuanya.

Brakk

Gebrakan pertemuan antara tangan dan meja di depannya membuat berjingkat kaget dan menatap sang pelaku, papi.

"Nah, bagus itu, jadi lebih gampang di jodohkan sama anak teman papi" ucap Keynal, papinya sangat bahagia dia mendengar ucapan Shean.

Shean spontan berdiri menatap papinya, raut wajah berubah, tak perlu waktu lama Shean mencerna kalimat yang di lontarkan papinya.

"Pi, yang bener aja? Aku tau emang ga ada pacar, tapi ga mau lah aku di jodohkan. Nanti aja Shean cari jodoh sendiri" ucapnya tak terima.

"Kamu itu, kelamaan kalo kamu yang cari sendiri. Katanya mau langsung nikah" saut Veranda yang menengahi(?) pertengkaran yang terjadi ini.

"Ya tapi, ga usah lah pake acara ajang perjodohan gini" ucap Shean dengan raut wajah yang memelas menatap sang ibunda.

"Kalo tidak mau, segeralah mencari jodohmu sendiri. Jika satu bulan tidak mendapatkan, papi akan menjodohkan kamu dengannya" ucap Papi, kemudian pergi dari ruang tamu itu dengan raut wajah sedikit kecewa.

Shean menatap papi yang pergi begitu saja dari hadapannya, sedikit teralihkan saat masih ada mami yang duduk di sofa, Shean menatap mami dengan wajah melas— jelas, orang dia ingin meminta bantuan sang mami untuk membatalkan ajang perjodohan ini.

Veranda bangkit dari duduknya,  kasihan juga putranya ini. Dia memutari meja untuk mendekati putranya yang melas sekali di liat, kepalanya sedikit mendongak. karena anaknya yang tinggi itu, kedua tangannya pun menangkup kedua pipi putranya.

"Kasihannya anak mami ini, semangat ya sayang cari mantu buat mami, kalo ga dapet ya terima nasib. Gih sana tidur, besok langsung cari mantu buat mami" ucap maminya, tangan yang tadinya menangkup pipi putranya berubah menjadi menguyel-uyel pipinya.

"Mami mah gitu" ucapnya yang masih dengan raut wajah melas, menatap sang mami yang kini pergi dari hadapannya, tinggal lah Shean sendiri dengan kesunyian di ruang tamu.

"Semangat shean, kamu sendiri" ucapnya tersenyum dengan tangan mengepal ke atas untuk menyemangati dirinya sendiri.

Ruang tamu kembali sunyi, kini waktu sudah larut malam. Tak ada lagi pembicaraan yang di lontarkan di ruangan luas ini, tak ada lagi aktivitas keluarga yang hangat ketika sudah larut malam begini.

SHEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang