49. Menerima Lamaran

325 30 8
                                    

Sejujurnya ini cuma nambahin bab dikit yang kemarin sih heheng✌️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sejujurnya ini cuma nambahin bab dikit yang kemarin sih heheng✌️

🌞🌞🌞

"Tapi Dafiya cantik, kan?"

"Iya." sahut Sakha pelan.

Meskipun suara lelaki itu pelan. Namun hal itu sudah jelas di dengar oleh Dafiya. Percayalah, saat ini wanita itu sedang salah tingkah sehingga sejak tadi kepalanya terus tertunduk.

"Kha, ayo mulai tunggu apalagi?" tanya Adam sambil menyenggol sikutnya.

Sakha tersentak. Sontak lelaki itu mulai menegakkan tubuhnya, dan mulai percaya diri. Ia menarik nafasnya panjang sesaat sebelum ia hendak bicara. Semalam Sakha sudah berlatih, dan ia terus mengulangnya beberapa kali di hadapan cermin. Sejujurnya Sakha takut jika sampai salah bicara sehingga mendapatkan nilai minus dari calon mertuanya ataupun Dafiya sendiri.

"Bismillahirrahmanirrahim. Sebelumnya terima kasih kepada Tante Dhena karena telah merestui saya untuk melamar putri Tante. Sedikit cerita sebelum ke inti, jujur waktu SMA saya pernah membenci Dafiya. Di sini sebenarnya saya ingin meminta maaf pada Tante Dhena karena telah membencinya, padahal Dafiya wanita baik-baik. Benci jadi cinta, seperti kisah novel hanya saja saya butuh waktu untuk menjauh. Kurang lebih dari benci lalu cinta dan, menjauh, menunggu, sehingga sampai akhirnya bisa melamarnya. Perjalanan yang panjang, tidak mudah. Ada rasa sakit, sedihnya semuanya campur aduk. Tapi kini, hari itu tiba, doa saya terkabulkan di depan saya saat ini ada seorang wanita yang selama ini saya tunggu selama tujuh tahun. Wanita yang selalu ada dalam doaku. Diantara banyaknya wanita yang saya temui, tapi hanya dialah yang menjadi pemenangnya. Saya tiada hentinya mengucap rasa syukur karena telah berada dititik ini. Dan terima kasih kepada Dafiya, karena kamu telah menerima lelaki yang masih banyak kekurangan ini." pandangannya sedikit tertunduk. Kedua bola mata lelaki itu tampak berkaca-kaca.

Dafiya merasa tersentuh mendengarnya.

"Maa Syaa Allah, Sakha. Cerita kamu, bikin Tante senyam-senyum." sahut Dhena.

Aisya dan Adam saling menatap satu sama lain. Mereka berdua ikut tersenyum.

"Kalau begitu Sakha langsung ke intinya saja. Bismillahirrahmanirrahim. Jika Allah SWT saja mengizinkan saya dan Dafiya bertemu lagi setelah tujuh tahun atas dasar karena kita memang berjodoh, maka saya ingin meminta izin juga kepada Tante Dhena untuk menjadikan putri Ibu sebagai istri sah saya. Saya berjanji akan membahagiakan dan memenuhi kebutuhan lahir dan batinnya. Saya akan menjadikannya seorang ratu yang selalu saja rindukan ketika pulang ke rumah dan saya berjanji akan berusaha untuk menuntunnya sampai ke Syurga."

Dhena menganggukkan kepalanya. "Tante merestui kalian Sakha, lalu bagaimana Dafiya jawabannya?"

Dafiya sedikit mengangkat kepalanya. Kedua matanya terpejam. Ia harus bisa menjawabnya dengan tenang.

"Bismillahirrahmanirrahim. Saya Dafiya Rania. Sejujurnya saya terkesan dengan dirimu yang mau menerimaku apa adanya. Perjuanganmu untuk mendapatkanku begitu sabar dan penuh lika-liku. Kesetiaanmu benar-benar teruji. Lamaran ini merupakan bukti dari keinginan kuatmu dalam menjadikan saya sebagai seorang istri. Terima kasih telah memantapkan hati untuk melamar saya. Atas restu dari Allah SWT., Insya Allah didepan bunda saya beserta kedua orangtuamu, saya bersedia menerima lamaranmu. Tolong saya minta bimbingannya," sahutnya.

Away to Guard [End]Where stories live. Discover now