Chapter 61

3.6K 368 1K
                                    

Kalian yang baca cerita ini jangan pada pelit vote dong. Gratis kok vote itu :')

Next chapter 310 vote & 1000 komentar.

Happy Reading 🤍

------------------------------------------------------------

Saat aku meminta yang baik, Allah memberiku yang terbaik. Karena kebaikan yang ada di sisi Allah itu lebih banyak dari apa yang dimohon dan diminta oleh manusia. Teruslah berdo'a dan meminta kepada Allah.

Ustadz Aris Munandar

🕊🕊🕊

Sebelum berangkat kerja, pagi ini aku dan Bang Al menyempatkan ziarah ke makam Mama terlebih dahulu. Tidak lupa aku membawakan bunga mawar merah kesukaan Mama dan diletakan di atas makam nya.

Usai membacakan doa bersama Bang Al, entah mengapa suasana hatiku menjadi sedih. Meskipun aku telah mengikhlaskan kepergian Mama, namun aku sangat rindu. Dan aku tidak pernah berhenti merindukannya.

"Ma, Mama bakalan punya cucu. Mama senang, kan, Ma, hm?" Aku berkata dengan mata berkaca-kaca.

"Mama, kelak kalau anak Sha lahir, Sha akan cerita kepadanya. Kalau Sha sangat senang dan bersyukur mempunyai Ibu yang hebat seperti Mama. Sha juga berjanji kepada diri sendiri untuk menjadi Mama yang hebat, dan menyayangi anak-anak Sha seperti Mama yang menyayangi Sha dengan tulus dan begitu hebatnya...." Aku berkata dengan air mata yang mengalir membasahi pipi.

Bang Al merangkul pundakku sembari mengelusnya. Namun aku masih menatap nanar makam Mama dengan air mata yang mengalir.

"Mama, Al janji kepada diri sendiri. Untuk menjadi Papa yang hebat buat anak-anak Al dan Sha nanti. Al juga akan menjaga dan menyayangi Shabira serta anak-anak kami dengan tulus. Makasih ya, Ma, Mama udah melahirkan seorang putri yang berhati baik dan cantik seperti Shabira. Al sangat mencintainya lillahita'ala," ucap Bang Al.

Aku yang mendengar perkataannya pun tersenyum haru bersamaan dengan air mata yang menetes.

"Mama, Sha dan Bang Al bakalan terus kangen sama Mama. We love you, Ma...." Aku berkata dengan lirih sembari tersenyum.

Usai itu kami pun memutuskan pergi. Bang Al mengantarkan ku ke butik terlebih dahulu, setelah itu dia pergi ke kantornya.

Ketika memasuki butik, Tante Widya dan para karyawan menyambutku dengan memberi buket bunga mawar merah berukuran sedang, kemudian mereka juga memberikan ucapan selamat atas kehamilanku ini. Sehingga membuatku terharu. Lantas aku pun mengucapkan terima kasih kepada mereka semua.

"Sha, selama kehamilan kamu ini nggak boleh ikut lembur, pokoknya kamu nggak boleh kecapean. Biar Tante yang handle sebagian kerjaan kamu, ya," ucap Tante Widya yang berjalan di sampingku menaiki anak tangga menuju ruangan kami.

Aku tersenyum. "Makasih Tante, insyaallah Sha nggak bakal kecapean. Mungkin nanti Sha minta handle nya kalau Sha cuti melahirkan saja, ya."

"Ini permintaan Papa kamu. Tante pun setuju dan nggak bisa menolak," balas Tante Widya diakhiri senyuman.

"Yaampun Papa. Makasih banyak ya, Tante," balasku sembari tersenyum.

"Sama-sama Sha, Tante senang banget kamu hamil. Dan Tante yakin Mama kamu juga pasti senang," balas Tante Widya.

"Iya Tante, aamiin," balasku sembari tersenyum haru.

***

Usai salat dzuhur, aku langsung menelpon Bang Al dan meminta izin kepadanya kalau aku akan pergi ke salah satu restoran All You Can Eat hendak bertemu Kiran dan Amanda. Namun kami malah berdebat karena Bang Al tidak mengizinkanku pergi menaiki taxi melainkan dijemput oleh dirinya. Membuatku kesal.

Pelabuhan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang