Bab 44

6.1K 368 85
                                    

Duduk di kursi kayu berdekatan dengan kandang domba, Elena dan Eizer masihlah terlihat saling diam. Moana pada akhirnya mengijinkan Eizer untuk berbicara dengan Elena. Tentu saja dengan memberikan pesan kepada Elena jika Eizer melakukan sesuatu kepadanya maka Elena harus memanggilnya dan dia benar-benar akan memukul Eizer.

Jika Elena melihat ke arah depan maka sangat berbeda dengan Eizer. Dia sedari tadi terus memperhatikan Elena, melihat banyak perubahan pada tubuh Elena termasuk pipi Elena yang lebih berisi. Dan hanya satu hal yang tidak berubah dari Elena, yaitu kecantikannya.

"Beri aku kesempatan."

Elena seketika menoleh kepada Eizer. Matanya bergulir, memperhatikan wajah Eizer yang terlihat sangat berbeda dari saat mereka masih bersama. Wajah pria itu kini terlihat lebih tirus.

"Aku tahu aku telah berbuat salah, aku juga tahu bahwa kita_"

"Saya tidak ingin membahasnya karena semuanya sudah berlalu. Akan lebih baik jika Anda segera pulang, saya juga akan segera masuk kedalam rumah," ucap Elena. Dia menyela ucapan Eizer dan kini berdiri dari duduknya, berniat pergi dari sana.

"Elena, dengarkan aku dulu!" Eizer dengan cepat meraih tangan Elena dan menarik Elena, sehingga kini Elena terduduk di pangkuannya.

"Kau!"

"Ya, memanggilku seperti itu akan lebih baik daripada memanggilku dengan sebutan, Tuan, terus menerus," ucap Eizer cepat.

Tangan kiri Eizer melingkar di pinggang Elena, sedangkan sebelah tangannya masih memegang lengan Elena. Dia mengusap-usapkan jarinya di sana.

"Dengarkan aku dulu! Aku ingin berbicara," sambungnya penuh perintah akan tetapi sorot matanya menatap Elena dengan lembut.

"Apa Anda benar-benar tidak takut dipukul oleh ibu saya?" tanya Elena tak percaya dengan apa yang Eize lakukan. Bisa saja ibunya melihat posisi mereka saat ini.

"Aku bisa berlindung di belakang tubuh kecilmu," balas Eizer. Kedua sudut bibirnya tertarik, membentuk senyuman.

Elena membasahi bibirnya dengan melihat sekeliling mereka. Dia tidak mengerti ada apa dengan Eizer? Sikapnya benar-benar di luar kebiasannya, bahkan pria itu tersenyum manis saat ini.

"Aku hanya ingin berbicara denganmu," ucap Eizer lagi.

Elena hanya diam, dan Eizer mengartikan bahwa Elena bersedia, sehingga kini dia mulai kembali menatap Elena dengan lembut, bahkan kini tangannya sudah merapikan anak rambut Elena yang tertiup angin hingga menutupi wajahnya.

"Aku tahu aku salah, aku memanfaatkan kau yang pada saat itu terdesak oleh keadaan. Aku juga membuat kau terperangkap lama dalam kesepakatan kita. Aku mengaku salah. Namun, untuk yang satu ini, aku tidak merasa bersalah," ucap Eizer. Tangannya kini mengusap pelan perut besar Elena.

"Kau tahu, aku pernah berharap kau hamil agar kau bisa tetap berada dalam perangkapku, berada di sisiku. Ya, dan kau bisa mengataiku gila," sambungnya. Matanya terlihat bergulir, memperhatikan wajah Elena.

"Hingga semua kekacauan terjadi, dan kau ikut terseret dalam lingkaran masalah yang aku buat. Aku menyesal, dan memilih mengurung kau di dalam kamar agar kau tidak mendengar mereka yang terus membicarakan kita. Namun, kau selalu terlihat menderita berada di sisiku. Kau terlihat tak membutuhkan perlindunganku, kau selalu terlihat tak menyukai diriku, bahkan sejak pertama kita bertemu, Elena. Dan aku, aku melakukan hal gila itu agar kau bisa bergantung padaku, agar kau bisa tetap ada di sisiku dengan semua kegilaan yang aku ciptakan." Eizer berkata dengan terus memperhatikan Elena, melihat bagaimana wajah Elena yang kini mulai berpaling lagi darinya.

Helaan napas Eizer terdengar. Dia terus melihat wajah Elena dengan lama, dan setelahnya dia menyerah, menyusupkan kepalanya di leher Elena.

"Apakah Anda tidak mengerti dengan keadaan saat itu? Apakah Anda tidak mengerti arti dari sebuah pernikahan?" tanya Elena tak percaya saat mendengar semua ucapan yang Eizer katakan. Bagaimana bisa Eizer berbicara seperti itu di saat dia saja mempunyai istri.

Troubled Man(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang