6. Cry Again

27 14 61
                                    

Happy Reading!

Don't forget to comment!

17 Januari 2022

Pagi telah tiba dan semua warga kota Perawang sudah bersiap-siap untuk melaksanakan aktivitasnya.

Begitu juga dengan Wanda dan Shino. Kedua insan lawan jenis itu sudah bersiap dengan seragam sekolah mereka masing-masing.

Seperti biasa, Wanda tidak sarapan di rumah dan langsung pergi ke sekolah. Gadis itu malas bertemu dengan kedua orangtuanya. Kalaupun bertemu, bukan kehangatan yang tercipta, melainkan kesuraman.

Sebelumnya, Wanda pernah mengalami patah tulang kaki. Oleh karena itu ia harus memakai tongkat jalan. Sekarang, Wanda mengalami patah tulang kaki lagi. Terlihat dirinya yang berjalan menggunakan tongkat jalan.

Malam itu, Wanda diam-diam memutuskan untuk pergi ke klinik yang masih buka di jam larut malam. Kakinya pun diobati oleh paramedis dan ia disarankan untuk tidak banyak bergerak terlebih dahulu.

Saat ini, Wanda sedang membuka gerbang rumahnya. Besi rumahnya sudah hampir tua, sehingga sulit untuk dibuka. Namun, gadis itu dengan lihai membuka besi gerbang rumahnya, sehingga gadis itu bisa berjalan meninggalkan rumah.

Wanda memutuskan untuk menunggu Shino di depan gerbang rumahnya. Gadis itu tahu, bahwa tanpa diminta, Shino pasti akan mengantarkan gadis itu dan pulang bersama gadis itu juga.

"Huft. Teman-teman aku bakal kaget gak ya pas tau kakiku patah tulang?" Wanda bermonolog.

Tak lama kemudian, sebuah motor berhenti di depan Wanda. Gadis itu tersenyum, dan mulai menaiki motor itu. Namun, tampaknya gadis itu kesulitan untuk menaiki motor itu.

"Biar aku yang bantu."

Ucapan yang familiar itu hampir saja mengejutkan Wanda. Untungnya gadis itu bisa menjaga keseimbangannya, sehingga ia tidak terjatuh ke dalam selokan.

"Kamu nih gak bisa gak ngagetin aku seharian apa? Karesel aku tuh!" omel Wanda.

Pemuda itu terkekeh. "Bukan Shino namanya kalau gak nyebelin."

Ya, pemuda itu adalah Shino, pemuda yang motornya berhenti di depan Wanda. Pemuda menyebalkan yang membuat Wanda selalu jengkel.

"Habis, kamu tuh datangnya tiba-tiba banget gitu. Gak ada ngasih aba-aba," Wanda tak berhenti mengomel.

"Iya, sayang. Maaf ya, aku sering bikin kamu kesal. Nggak lagi deh aku bikin kamu kesal," ucap Shino, sambil mengelus rambut Wanda.

Wanda tersenyum. Kemudian, Shino mulai membantu Wanda menaiki motornya. Setelah kekasihnya itu duduk di atas motornya, ia dan kekasihnya mulai berangkat ke sekolah.

=🇨🇳🇮🇩❤🇨🇳🇮🇩=

"Wanda. Tangan kamu kok biru?"

Wanda menoleh ke arah Shino yang memperhatikan tangannya. Gadis itu tersenyum, lalu menjawab, "Dipukul ayah. Tapi tenang aja, sakitnya cuma sebentar, kok. Kamu gak usah khawatir."

Shino mengangguk, lalu mengelus rambut Wanda. Kedekatan mereka berdua tentu disaksikan oleh seluruh siswa-siswi SMP Negeri 3 Tualang. Wanda dan Shino yang merasa diperhatikan pun tak menggubrisnya. Benar-benar seperti dunia hanya milik mereka berdua.

"Aku antar kamu sampai ke depan kelas, ya. Biar aku gendong," ucap Shino, lalu membungkukkan badannya ke bawah.

Wanda pun melingkarkan tangannya di leher Shino, lalu kakinya diletakkan di atas lengan Shino. Kemudian, keduanya berjalan hingga sampai di depan kelas Wanda.

Sebelas Februari [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang