17. Sweetheart

40.2K 1.2K 46
                                    

Jam 11 malem update wkwk pasti udah pada tidur...

Jangan lupa tekan bintang sebelum baca yaa^^

Happy reading..

***

Setelah berdebat semalaman, akhirnya Aksa diizinkan menginap lagi di rumah Adara dengan syarat dia tidak boleh macam-macam, tidak boleh berlaku mesum kurang ajar, dan tidak boleh tidur di kamar si empunya rumah.
Jadi, di sinilah Aksa, di sofa ruang tengah Adara tidur selama 5 jam dan terbangun tepat di jam 7 pagi hari minggu setelah alarm di ponselnya berbunyi.
Lelaki yang masih terlihat mengantuk itu mengucek mata, lalu terduduk dengan bedcover yang masih membungkus kakinya, sekilas Aksa melihat pada pintu kamar Adara yang masih tertutup, sepertinya gadis itu belum terjaga.

Meski dengan muka bantal, perlahan ia bangkit lalu membereskan selimut serta bantal dan menatanya agar kembali rapi, anak lelaki itu menguap, beberapa kali mengacak rambut lalu berjalan menuju kamar mandi di dekat dapur.
Aksa akan mencuci muka dan menggosok gigi menggunakan sikat gigi milik Adara, seolah ia memang betulan satu rumah dengan perempuan itu.

Aksa berjanji akan langsung pulang, namun sebelumnya ia melangkah dulu ke dalam dapur setelah selesai dengan urusannya di kamar mandi.
Lelaki jangkung yang masih memakai celana formal tetapi kemejanya sudah dilepas itu membuka kulkas lalu melamun sesaat ketika melihat isi kulkas yang hampir kosong, hanya ada tiga telur dan bawang merah dua biji di dalamnya.
Lalu si tamu tak diundang itu memeriksa wadah beras, dan lagi-lagi Aksa tercengang ketika melihat hanya ada sedikit beras di sana.

Apa Adara jarang memasak? Apa cewek itu tidak pernah kelaparan di tengah malam mengingat dapurnya sangat kosong tanpa bahan-bahan makanan.

"Ngapain?"

Aksa menoleh, dan kini Adara tengah berdiri di samping kulkas dengan piyama warna putih yang bawahannya telah diganti dengan celana pendek, rambutnya dikucir asal terlihat sama kusutnya dengan rambut Aksa, tatatapannya masih terlihat ngantuk.
"Elo suka sarapan nggak, Dar?"

"Iyalah."

"Sarapan apaan emang?"

"Telur mata sapi."

"Itu doang?"

"Iya."

"Tiap hari?"

Adara mengangguk dan Aksa berdecak gemas.

"Gue pulang sekarang." katanya mendadak, dan Adara dengan senang hati memberi jalan, menggerakan tangan mempersilakan.

Setelahnya Aksa menutup kulkas, lalu berjalan melewati Adara, sebelum membuka pintu depan, Aksa mengambil lebih dulu kemeja yang ia simpan di sandaran sofa. Satu langkah lagi Aksa akan membuka kenop pintu namun lagi-lagi urung, seperti melupakan sesuatu, si lelaki yang menyampirkan kemejanya di bahu itu berbalik badan, berjalan dengan langkah lebar menuju tempat Adara berdiri diam di pintu dapur dan ketika tubuhnya sudah berada tepat di hadapan gadis itu, ia menunduk sedikit, lalu tangan kanannya terangkat dan jempol lentik Aksa mengusap bibir Adara secara perlahan, lelaki itu melakukannya dengan mata menyorot teliti seolah Aksa tengah menghapus sesuatu yang sangat kotor di bibir si perempuan.

"Semalem, bibir lo abis ketempelan najis mughaladhah."

Kening Adara berkerut. "Kenapa? Gue ileran ya?"

Aksa menggelengkan kepalanya, masih dengan ibu jari yang mengusap lembut bibir mungil si lawan bicara. "Bukan." katanya, "Itu lebih najis daripada iler."

Aksa-Dara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang