Chap. 359 - Forgotten People of the Scenario [4]

44 3 0
                                    

< Bab. 359 - Mereka yang Terlupakan di dalam Skenario (4) >


Aku menelan sumpah serapahku. Jika ketebalan Fourth Wall menjadi lebih tipis ...

Muncul suatu rasa sakit yang aneh selama pertempuran yang telah aku lupakan. Luka yang ada di tulang kering dan lenganku terasa sakit. Kemejaku yang berkeringat lebih terasa tidak nyaman dan panasnya hutan membuatku pusing. Aku akan berolahraga lebih banyak jika aku tahu ini akan terjadi.

Sebuah tongkat berduri terbang melesat menuju kepalaku. Aku memutar tubuhku dan menghindari serangan goblin. Sendiku berderit ketika aku bergerak dengan tergesa-gesa. Si goblin menghalangi arah di mana aku hendak menghindar dengan tongkat seolah mereka sedang mencoba menangkap seekor tikus tanah. Bulu halus di punggung tanganku naik saat darah menodai tongkat berduri. Jelas itu adalah bau yang pernah aku temui berkali-kali tetapi tetap saja rasanya aneh.

[Fourth Wall menjadi sangat tipis.]

['Fourth Wall' bergetar berbahaya.]

Aku melompat dari posisiku dan memperbaiki postur pedangku. Kedua goblin tersebut telah kehilangan teman mereka dan mengelilingiku dengan mata merahnya. Kapan saja, tanpa bisa aku prediksi, mereka dapat bergegas maju dan membunuhku. Saat aku membaca adanya kemungkinan tersebut, rasa takutku akan kematian datang kepadaku.

Di luar Fourth Wall yang menipis, emosi yang aku sudah lama aku abaikan memancar keluar. Kisah yang aku lihat sebenarnya adalah sesuatu seperti ini.

Aku mengendalikan napasku yang gemetaran. Aku harus bertarung. AAku bisa bertarung. Semua temanku juga telah berjuang melalui rasa takut ini. Aku adalah satu-satunya seseorang yang paling pengecut karena terbiasa untuk menghindari rasa sakit semacam ini dengan menggunakan Fourth Wall.

「 Kim Dokja memegang Unbroken Faith dengan tangan gemetar. 」

Mari berpikir jernih. Bagaimana aku bisa melukai para goblin dengan kemampuan tubuh asliku saat ini? Keterampilan tidak dapat digunakan tetapi stigma masih diizinkan tetap ada. Levelnya telah direset ulang tetapi masih dimungkinkan untuk menggunakan stigma. Masalahnya adalah bagaimana cara menerapkan stigma. Aku melihat goblin yang mendekat dan melemparkan Song of the Sword.

[Ini bukan stigma kamu.]

[Efek dari stigma ditetapkan seminimal mungkin.]

「 Hari kedua. Cerah. Aku keluar lebih awal dan memeriksa senjata. 」

Unbroken Faith memancarkan kilau samar dan kembali ke keadaan semula. Akan lebih menyenangkan jika saja panah api yang muncul, sial. Tapi tetap saja, sangat nyaman untuk merasakan bahwa pedangku kini terasa sedikit lebih ringan.

Kieeek?

Goblin itu menertawakan perlawananku dan mengayunkan tongkat berduri itu lagi. Tongkatnya melawan pedang dan pergelangan tanganku terasa seperti patah.

Para goblin terlihat ceroboh tetapi mereka lebih kuat dari manusia. Mereka adalah monster yang dioptimalkan untuk mampu bertahan hidup di pulau ini.

Kemudian tongkat kedua mengarah ke pinggangku. Sudah terlambat untuk menghadangnya dengan pedangku. Aku mengayunkan kakiku dan menendang tongkatnya. Terasa suatu sensasi dari kumpulan duri yang menembus telapak kakiku. Aku menggigit bibirku untuk bertahan dari rasa sakit yang mengerikan. Para goblin yang marah berteriak mendengar aroma darah. Jika stigma tidak dapat digunakan maka aku harus mencoba metode kedua.

[Kisah raksasa 'Demon World's Spring' merespons keinginan kamu.]

Di pulau ini, keterampilan disegel dan kemahiran stigma juga sama diatur ulang. Ini tidak berarti tidak ada daya yang tersedia.

Pembaca yang Tahu Segalanya [Vol. 03]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang