Jangan lupa ramein part ini dengan vote dan komen biar aku semangat lanjutin nya.
Minta tolong banget share cerita ini ke teman kalian, media sosial seperti tiktok, Facebook, X dll biar lapak Abang Jeandra rame kayak bapaknya Jevan.
Selamat membaca sayang-sayangku 💚
BAGIAN DUA : BRAGA AFTER RAIN“Jeandra, Papah mau bicara sama kamu.” Suara Jevan membuat Jeandra berdecak pelan, mau tak mau ia harus menuruti Papah nya. Ia tebak, perkataan nya pasti template lagi.
Jeandra duduk bersebelahan di sofa ruang tengah bersama Jevan yang wajahnya sama sekali tidak kemakan usia, masih tampan juga tentunya.
“Mau bicara apa lagi? Jeandra udah turuti kemauan Ayah beliin wiskas buat si Bagong, kan?” Keluh Jevan.
“Papah mau kamu segera menikah.” Tuh, kan, Jeandra tidak salah nebak lagi.
“Aku belum siap menikah, Pah. Lagi pula pernikahan bukan sebuah mainan. Mental aku belum siap.” Jelas nya, ia kehabisan kesabaran setiap di tanya kapan nikah, kapan nikah. Bukan hanya dari keluarganya saja begitu melainkan teman-temannya sering mengungkapkan yang sama seperti; Eh, kapan nyusul nih? Kapan nikah? Anak lain udah punya anak masa umur dua lima masih jomblo? Kasihan tuh burungnya bersarang.
Kalau di pikir-pikir mengapa penduduk bumi ini sering kepo dengan kehidupan orang lain? Manfaatnya apa? Pernikahan bukan di anggap enteng, ia tak mau di umurnya yang masih belum siap dari segi kesiapan mental, biaya hidup dan tunjangan lainnya. Tetapi, masih banyak orang bilang dengan istilah banyak anak, banyak rezeki. Jeandra bukanlah lelaki seperti itu, anak bukalah sebuah investasi, anak bukan jadi bahan kita enak-enakan dimasa tua kelak. Jeandra benci orang-orang yang masih berpikiran sempit, rasanya ia ingin menendang mereka—kecuali orang tuanya, bisa-bisa ia di coret dari kartu keluarga.
“Terus kamu mau calon yang seperti apa? Papah sebenernya sudah capek bilang ini ke kamu, Papah juga nggak akan maksa lagi kamu menikah sama siapa soalnya Papah udah tua jadi pantas Papah khawatir sama kamu. Jika Papah sama bunda kamu nggak ada lagi di dunia ini, kamu hidup sendiri.” Sesudah menyudahi ucapan nya, Jevan mengambil cangkir putih berisi kopi hitam lalu menyeruput penuh kenikmatan.
Jeandra memandang Papahnya kasihan, seperti ini kah yang dimaksud konten tiktok kalau laki-laki kalau lagi ngapa-ngapain itu kasihan. “Papah kok, ngomong gitu? Aku belum nyari calon istri yang pas saja.” Helaan napas itu keluar begitu saja, ia menyenderkan punggung lebar nya di sofa.
“Papah tahu kamu masih belum move on sama guru les kamu, kan?” Tebak Jevan sembari melipat kedua tangannya didepan dada. Jangan lupa senyuman meledeknya itu, makin tua makin banyak tingkah.
“Papah tahu dari mana aku suka sama kak Zeina, ah, bukan kak lagi, tapi—”
“Calon istri.” Potong Jevan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEANDRA (Sequel JEVANGAR)
Teen Fiction[ FOLLOW AKUN KU DULU SEBELUM BACA] Zeina harus menelan pahitnya kehidupan di usia 30 tahun mengalami kekerasan rumah tangga oleh suaminya sendiri. Selama 2 tahun menikah, mereka belum pernah di karuniai seorang anak dan alhasil menjadi bahan gosip...