Happy Reading!
***
8. Seberapa Dekat Kita Dulu?
Pertengkarannya dengan Sadam membuat rumah berubah menjadi menyesakkan bagi Aruna. Alih-alih merenung di kamar, Aruna memilih pergi ke lapangan RT untuk menenangkan diri. Malam ini lapangan tampak sepi karena anak-anak sibuk meramaikan pasar malam pertama di pemukiman mereka. Mungkin alasan mengapa adik dan kedua orangtuanya terlambat pulang karena mampir ke pasar malam untuk menghibur Rafa yang baru pulang dari asrama. Aruna cukup senang dengan keterlambatan tersebut, karena dia tidak tahu harus bersikap bagaimana jika nanti ketahuan habis bertengkar dengan Sadam.
Cukup lama Aruna berada di bawah sinar lampu sorot lapangan RT dalam kesendirian dan kebimbangannya. Sampai sebuah motor berhenti tepat di depan lapangan, seseorang dengan pakaian loreng cokelat keabu-abuan berjalan memasuki lapangan. Wajahnya tidak begitu kelihatan jelas karena lampu sorot hanya menerangi sebagian lapangan saja. Dia nampak mendekati gazebo dan mengambil sesuatu dari sana sebelum berjalan kembali keluar lapangan. Namun saat berbalik pergi, dia sadar akan keberadaan orang lain di lapangan itu. Sepatu PDL yang dia pakai melangkah mendekati tempat duduk Aruna saat ini hingga dia berdiri di depan Aruna yang masih menebak siapa orang tersebut.
"Aruna?" sapanya.
"Kamu...?"
"Aku Dhava, kamu nggak lupa kan?"
Bagaimana bisa Aruna melupakan sosok yang menjadi masalah terbesarnya saat ini.
"Nggak kok, cucunya Opa Hans kan."
Dia tersenyum dengan ramahnya kemudian duduk disamping Aruna tanpa bertanya.
"Kamu ngapain sendirian disini? Anak-anak malam ini sibuk bermain di pasar malam."
"Oh, iya aku tau kok. Aku disini karena mau ngelamun aja."
"Kamu nggak takut?"
"Takut apa?"
Sambil melihat kanan kiri dengan penuh was-was, raut wajah Dhava seakan ketakutan oleh satu hal. "Kamu nggak tau rumornya?"
"Rumor apa?" Seakan terbawa oleh suasana sunyi dan wajah waspada Dhava membuat buku kuduk Aruna perlahan berdiri.
"Dulu pernah ada anak yang ngelamun disini dan kesurupan mbak kun penunggu pohon jambu disana."
Aruna memukul bahu Dhava yang menceritakan hal-hal aneh untuk menakutinya. "Nggak usah ngarang! Aku orang lama disini dan nggak pernah denger rumor begitu."
"Yaudah kalau nggak percaya. Aku pulang dulu ya, semoga kamu aman-aman aja ngelamunnya disini."
Dhava berlalu pergi meninggalkan Aruna setelah mendengarkan cerita mistis yang perlahan membuat Aruna hilang fokus pada salah satu pohon jambu yang di sebutkan Dhava dalam ceritanya. Entah kenapa pohon itu bergerak sendiri, padahal angin tidak lagi berhembus. Seketika tubuh Aruna merinding dan kepalanya terasa membesar karena merasa takut.
Merasa jika pohon tersebut tak kunjung diam, Aruna tidak bisa lagi mengabaikan rasa takutnya dan memilih pergi dengan terburu-buru. Namun saat meninggalkan lapangan, tiba-tiba seseorang muncul dan..
KAMU SEDANG MEMBACA
Love After Love
Teen FictionPengkhianatan cinta yang dilakukan kekasihnya bersama sahabatnya sendiri membawa Aruna pada rasa kecewa yang mendalam. Luka yang ditorehkan akibat tikaman kedua orang terdekatnya membawa Aruna pada lembaran baru yang tidak pernah dia pikirkan akan d...